Sabtu, 03 Mei 2014

Renungan Minggu - 30 Maret 2014

RENUNGAN MINGGU LETARE

Seorang guru asal Amerika ditugaskan menjadi guru di satu sekolah di Jepang. Sebelum ia melakukan tugasnya, penguasa kota menyodorkan kepadanya satu perjanjian untuk ditanda tangani. Di dalam pemikiran penguasa kota, perjanjian itu tidak mungkin ditandatangani guru Amerika itu, karena isi perjanjian adalah: Selama jam-jam pelajaran, guru Amerika itu, tidak boleh menggunakan satu kata pun yang berhubungan dengan ke-Kristenan. Dalam pikiran penguasa kota, si guru Amerika pasti tidak bersedia menandatangani perjanjian itu; namun ternyata guru Amerika itu bersedia menandatanganinya dan ia memelihara dan menjaga dengan setia janjinya itu.
Selama beberapa tahun dia mengajar di sekolah itu, ia memberi teladan hidup sebagai seorang Kristen di tengah para muridnya, namun ia tidak pernah mengatakan sepatah kata pun tentang ke-Kristenan maupun tentang Alkitab kepada mereka. Setelah beberapa tahun, teladannya menjadi sedemikian berpengaruh, sehingga tanpa diketahuinya, empat puluh muridnya dengan diam-diam mengirim surat rahasia dalam sebatang kayu yang mengisyaratkan suatu perjanjian rahasia bahwa mereka telah meninggalkan kepercayaan mereka. Dua puluh lima (25) orang dari mereka, 40 orang, masuk Sekolah Pelatihan Kristen Kyoto dan dilatih untuk menyebarkan Injil yang telah diteladankan sedemikian menarik oleh guru mereka. 

Ketika anak murid diperiksa Kepala Sekolah, dan ditanya mengapa mereka meninggalkan kepercayaan mereka. Para murid bersaksi, bahwa guru berkebangsaan Amerika itu, tidak pernah berbicara sepatah kata pun tentang Kristus dan Agama Kristen; guru tersebut tidak pernah mengutip satu ayat pun isi Alkitab. Tetapi di mata anak muridnya, ia menunjukkan keteladanan yang diajarkan Tuhan Yesus dalam sikap hidupnya seharihari di depan anak muridnya. Menurut semua anak muridnya, guru Amerika itu tidak pernah mengutip isi Alkitab ketika ia mengajar, namun di mata mereka, isi Alkitab diterjemahkan sang guru dengan perilaku yang baik yang pantas diteladani. 

Apa yang dilakukan oleh Guru Amerika ini di Jepang adalah cara terbaik sebagaimana terdapat dalam puisi: “Engkau sedang menulis Injil, satu pasal setiap hari; lewat tindakan yang engkau lakukan dan perkataan yang engkau ucapkan. Manusia membaca apa yang kau tulis; jika itu salah atau benar. Sekarang apa itu Injil menurutmu?”

Injil adalah kehendak Tuhan yang ditunjukkan dalam perilaku sehari-hari. Injil adalah Alkitab yang diterjemahkan dalam perilaku sehari-hari. Menurut Paulus dalam Epesus 5, 8-14, sebagai anak-anak terang, kita harus hidup dalam terang. Hidup dalam terang artinya, berperilaku yang baik sesuai dengan kehendak Tuhan. Sebagai anak terang kita harus menjauhkan perilaku kegelapan. Kita terpanggil bersaksi tentang Kristus, melalui perilaku yang baik. Melalui pekerjaan, melalui kehidupan dan talenta yang kita terima, kita terpanggil memberitakan Kristus. Kehidupan dan lapangan pekerjaan kita sehari-hari, harus menjadi mimbar pemberitaan tentang Kristus. 

Letare, bersukacitalah. Nama minggu ini mengajak kita bersukacita. Kita bersukacita karena Yesus mau mengutus kita menjadi alatnya untuk memberitakan Injil melalui perilaku kita sehari-hari. Orang lain boleh ber-Letare, bersukacita, apabila kita hidup dalam terang. 

Selamat Hari Minggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...