Jumat, 31 Oktober 2014

RENUNGAN MINGGU XX SETELAH TRINITATIS 02 NOPEMBER 2014

RENUNGAN MINGGU XX SETELAH TRINITATIS 02 NOPEMBER 2014
(MINGGU REFORMASI)
MAZMUR 43: 1 – 5



Pemazmur hidup berkabung di bawah impitan musuh memakai tudung perkabungan seperti orang kemalangan. Gelisah, tertekan, karena begitu beratnya penderitaannya. Dia merasa Allah telah meninggalkan dia.Siapapun bisa mengalami hal seperti ini, tertekan karena penderitaan dan beban hidup yang berat. Walau “Masimaloi hita manangkui sahitna” (kita pintar-pintar menutupi masalah kita). Sehingga banyak orang yang “mengkel di sihapataran alai tangis di sihabunian” (tertawa di depan umum tetapi menjerit di kala sendirian). Orang yang miskin menjerit mengapa hidupku seperti ini? Orang kaya juga merasa susah dan gelisah, takut bangkrut, takut dirampok, dan takut kehilangan hartanya. Sehingga membangun tembok rumah dengan tinggi-tinggi, pagar besi dan jeruji besi yang kokoh, serta dijagai Satpam dan pembantu yang terlatih. Sebelum seseorang mendapat jodoh, kuatir akan menjadi perawan atau jejaka tua. Namun setelah mendapat jodoh dan berumah tangga banyak persoalan rumah tangga yang membebani pikiran. Keluarga yang tidak punya anak merasa hidupnya tidak sempurna, tetapi keluarga yang memiliki banyak anak berbeban berat karena perilaku anak-anaknya. Itulah kehidupan.Mengapa pemazmur ini begitu menderita? Apa sumber penderitaannya? Yaitu FITNAH. Ada orang yang tidak setia kepada Allah, memfitnah pemazmur.Tuhan kita Yesus Kristus juga mengalami penderitaan karena fitnah dari Saduki, Farisi dan para tua-tua Israel. Yesus disalibkan sebagai korban persekongkolan orang-orang licik, dan pendusta.Bila fitnah dari orang-orang yang tidak saleh menyerang kita, apa yang harus kita lakukan?Berharap Kepada TUHAN!1.     Jangan membalas, namun menyerahkan persoalannya kepada Allah (ayat 1) “Berilah keadilan kepadaku, ya Allah” (“Badahon ma badangku, ale Debata!”). Epistel (1Tes.2:9-13) Rasul Paulus  meminta dengan sangat, supaya jemaat Tesalonika hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil mereka ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya. Hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, itulah keadilan. Pemazmur tahu benar, hanya Allah yang punya hak untuk membalas, dan mempunyai kemampuan besar untuk itu. Dia tahu pembalasan hanyalah hak Allah (Ulangan 32: 35, Roma12: 19, Ibr.10: 30). Siapa yang ingin membalas, dia ingin menandingi Allah. Sama seperti Yeremia dalam Yer. 11: 20, dia berkata: “Belalah aku (Tu Debata ma hugiling badangku)”. Dia membuat Allah menjadi Pembelanya yang Agung, membiarkan Allah mengurus perkaranya.
2.     Engkau tempat Pengasinganku. Tidak melarikan diri kepada dunia dan kuasa kegelapan. Pengungsian bukan “tempat-tempat hiburan”, tempat kemaksiatan. Entertaiment bukan tempat mengungsi yang baik. Obat-obatan, alkohol dan judi, hobby pun bukanlah tempat pengungsian yang baik. Mungkin ada perasaan “terselamatkan”, tetapi sifatnya sementara saja, sering berakhir destruktif. Ke mana pengungsianmu? Saat ada krisis dalam keluarga, ke mana engkau mengungsi. Ke tetangga? Hati-hati, sering pihak ke tiga menjadi perusak keluarga. Pengungsian yang benar adalah TUHAN. Dia akan memberi terang dalam hidup dan jalan. Mazmur 119:105, firmannya pelita kakiku dan terang dalam jalan.
3.     Menuntun/membawa ke gunung dan tempat kudus, tempat kediaman dan Mezbah TUHAN. Kita menjadi kudus, menjadi milikNya karena kita sudah dibawa dalam tempat kudusNya. Inilah yang memberi semangat, memberi kegembiraan, yang tentunya menjadi keberanian menghadapi segala tantangan.
Bila orang-orang yang tidak saleh, pendusta dan pembohong memfitnahmu, ingin menyusahkan engkau. Teladanilah Tuhan kita Yesus Kristus. Serahkan perkaraMu kepada Allah, Dialah yang berhak membalas. Dia akan memberimu keadilan. Dengan demikian, walau di tengah serangan para pemfitnah yang jahat, kita akan dapat hidup tenang dan penuh sukacita. Amin. ?  Selamat Hari Minggu.  

Kamis, 30 Oktober 2014

MINGGU XIX DUNG TRINITATIS “Takkan Lekang oleh Waktu” (1 Tesalonika 2:1-8)


MINGGU XIX DUNG TRINITATIS 26 OKTOBER 2014
Takkan Lekang oleh Waktu” (1 Tesalonika 2:1-8)



Pernahkah merasa “jauh di mata, jauh pula di hati”? Atau “dekat di mata, justru jauh di hati”? Atau “Jauh di mata, namun dekat di hati”? Bagi Paulus, perasaannya terhadap jemaat Tesalonika seperti “jauh di mata, dekat di hati”. Perasaan itu dia ungkapkan dalam suratnya Tetapi kami, saudara-saudara, yang seketika terpisah dari kamu, jauh di mata, tetapi tidak jauh di hati,...” (2:17). Mungkin kita bertanya Apa yang membuat Paulus merasa begitu dekat dan melekat dengan jemaat Tesalonika? Karena mereka memegang teguh iman, pengharapan, dan kasihnya kepada Kristus (1:3). Mereka bekerja dalam iman, setiap usaha dilakukan dalam kasih, dan setiap harapan mereka jalani dengan tekun. Ternyata, keteguhan dan ketetapan hati jemaat Tesalonika menjadi inspirasi bagi jemaat-jemaat lain di Makedonia dan Akhaya (1:7).
Meski pelayanan Paulus terbilang sangat singkat, menurut penafsir, kurang lebih 3 (tiga) minggu, namun ternyata melekat di hati jemaat. Itu sebabnya dia menuliskan, dalam bahasa Batak dikatakan, “Na mandok mauliate do hami tongtong tu Debata… ai hutaringoti hami do hamu di tangiangnami” (1:2). Dalam doanya pun, jemaat Tesalonika selalu disebut Paulus. Pengalaman Paulus dan jemaat Tesalonika kembali meneguhkan apa yang lama diakui dan diimani orang percaya sepanjang abad bahwa kebaikan itu takkan lekang oleh waktu.
Sekalipun singkat namun quality time-nya sangat terasa dan tertanam kuat. Dalam hal ini durasi ataupun frekuensi pertemuan seakan terkalahkan oleh kualitas pertemuan. Meski singkat tetapi maknanya sangat kuat. Karena penginjilan Paulus digerakkan oleh ketulusan hati (ay.8). Dia menempatkan dirinya, bagi jemaat Tesalonika, seperti seorang ibu yang mengasuh dan merawat anak-anaknya (ay.7). Dampaknya, jemaat Tesalonika berpaling dari berhala-berhala lalu melayani Allah (1:9). Mereka meninggalkan apa yang selama itu dianggap sebagai penolong, lalu beralih menyembah Allah. Begitu indahnya dan bermaknanya hubungan mereka! Paulus mempertahankan integritasnya dalam memberitakan Injil Kristus. Sekalipun dihina dan dianiaya (ay.2), dia tetap teguh di dalam Tuhannya. Semuanya itu dilakukan bukan untuk menyukakan hati manusia melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati manusia (ay.4). Minggu ini merupakan minggu terakhir dalam bulan Oktober. Sepanjang bulan ini kita diinspirasi oleh tema “Menyenangkan Hati Allah yang Menyelamatkan Kita”. Tesalonika dikenang karena mereka menyenangkan hati Allah melalui keteguhan dan ketetapan hatinya kepada Tuhan. Betul apa yang disampaikan oleh Evander Holyfield “Bukan ukuran orangnya yang penting, tetapi ukuran hatinya”. Bagaimana dengan hidup orang percaya? Bagaimana orang mengenang kita kelak? Adakah sesuatu yang dapat dilakukan untuk membuat Allah senang dan senyum melihat umat-Nya? Atau apakah Allah justru sedih dan pedih hati melihat sikap umat-Nya yang, mengutip lirik Ebiet G Ade, “selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa”? Sebelum minggu dan bulan ini berlalu, tentu kita masih punya waktu untuk memikirkan dan melakukan kebaikan-kebaikan yang takkan pudar dan lekang oleh waktu. Memurnikan kembali hati dan kasih kita kepada Allah, orangtua, pasangan, kekasih, saudara, sahabat, pekerjaan, dst adalah kebaikan-kebaikan yang takkan lekang oleh waktu. Tuhan itu baik (Mzm 145:9a). Siapa yang mengasihi Tuhan berarti mengasihi (melakukan) kebaikan. Bersegeralah! Amin.

Selamat hari minggu.

Jumat, 17 Oktober 2014

PARTUMPOLON Sabtu, 18 Oktober 2014


ACARA PARTANGIANGAN PARTUMPOLON
HKBP PONDOK GEDE RESSORT PONDOK GEDE
DISTRIK XIX BEKASI
Sabtu, 18 Oktober 2014

Pukul 10.00 WIB

David Maradona Lumban Batu, SH. MH
&
Agnes Lidya Christine br. Sihombing, S.Sos


dilayani:

Pdt. Wilson Saragih, MTh





Persiapan di Bilut Parhobasan




Ibadah Partumpolon

Efesus 4:1-2




Ulangan Pelajar Sidi



Ulangan Pelajar Sidi Jumat, 17 Oktober 2014, 17.00 WIB













RENUNGAN MINGGU XVIII SETELAH TRINITATIS Matius 22:15-22


RENUNGAN MINGGU XVIII SETELAH TRINITATIS

Yang Wajib Kita Berikan Kepada Allah Matius 22:15-22



Bertanya karena tidak mengerti atau supaya semakin mengerti, tentulah lumrah. Pertanyaan orang-orang Farisi bermaksud untuk menjebak Yesus. Mereka mulai menyapa Yesus dengan kata penuh hormat dengan harapan Yesus akan berbicara secara bebas dan terbuka: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. (Mat. 22:16). Kalimat ini langsung dilanjutkan dengan sebuah pertanyaan dilematis: Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" (Mat. 22:17). Dalam theokrasi bangsa Yahudi, YHWH (Yahweh) adalah Raja bangsa Yahudi dan sebagai tanda akan hal tersebut mereka harus membayar pajak untuk Bait Allah. Akan tetapi sejak diturunkannya Arkhelaus (putera Herodes Agung) dari takhtanya pada tahun 6 M, ada satu pajak lagi, yaitu bagi perbendaharaan kekaisaran. Pajak yang disebutkan belakangan ini mengingatkan orang-orang Yahudi dari masa ke masa akan ketergantungan mereka pada Roma.
Orang-orang Saduki membayar pajak Roma ini tanpa banyak pertanyaan, orang-orang Farisi membayar pajak itu dengan setengah hati, orang-orang Zelot (militan) samasekali tidak membayar pajak tersebut, karena membayar pajak untuk kepentingan Roma tersebut mereka pandang sebagai suatu penyangkalan terhadap theokrasi Allah.  Walaupun pajak tersebut relatif tidak besar, pembayaran tersebut dapat dipandang sebagai suatu pengakuan terhadap penguasaan Roma atas umat Allah, sehingga dengan demikian menjadi suatu pertanyaan keagamaan. Kekaisaran Roma cukup cerdik untuk memperkenankan para penguasa bonekanya membuat mata uang logam dari tembaga/perunggu, sedangkan Roma sendiri membuat uang logam perak (seberat 3,85 gram) yang dinamakan dinar (Latin: denarius; Yunani: dènarion) dan di atasnya tertera tulisan dan gambar Kaisar Tiberius.
Orang-orang Herodian bertanya apakah (1) diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar, dan apabila diperbolehkan, (2) apakah seseorang harus membayarnya. Mereka berpikir pertanyaan itu akan menjadi sebuah dilema bagi Yesus: Apabila Yesus mengatakan “tidak”, maka Dia melawan para pendukung Herodes dan terlebih lagi melawan penguasa Roma; maka dengan senang hati orang-orang Farisi dan para pendukung Herodes itu akan menggiring Yesus kepada  penguasa Romawi. Namun apabila Yesus mengatakan “ya”, maka Dia adalah seorang pengkhianat bangsa Yahudi.
Yesus membuat para lawannya menjawab sendiri pertanyaan mereka. Yesus minta diperlihatkan mata uang logam yang digunakan untuk membayar pajak. Ia sendiri tidak mempunyainya, namun para lawannya mempunyai uang logam tersebut dengan gambar Kaisar Tiberius. Yang mau menjebak Yesus sekarang menjadi pihak yang terjebak, karena ada sebuah hukum tak tertulis yang mengatakan bahwa uang siapa yang kugunakan berarti pemerintahannya kuakui dengan sukarela maupun tidak.
Bagian pertama pertanyaan para lawan Yesus tentang kebaikan moral membayar pajak kepada Kaisar dijawab oleh Yesus dengan mengatakan: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar” (Mat. 22:21). Hal ini tidak bertentangan dengan kewajiban kita terhadap Allah: “dan (berikan) kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Mat. 22:21). Jawaban penuh hikmat ilahi tersebut membuat mereka heran - merasa bodoh sendiri lalu diam-diam pergi meninggalkan Yesus (lihat Mat. 22:22). “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar” berarti bahwa setiap orang harus mempunyai keprihatinan tertentu terhadap kesejahteraan sosial-politik negaranya dan harus taat sebagai seorang warga negara. Pemerintah juga harus melaksanakan  suatu tanggung-jawab yang berasal dari Allah. Memberikan kepada Allah apa yang menjadi hak-Nya merupakan suatu hal yang senantiasa lebih penting daripada memberikan kepada Kaisar apa yang menjadi miliknya. Mengapa? Raja Babel pada jaman Daniel mengaku: "Sesungguhnyalah, Allahmu itu Allah yang mengatasi segala allah dan yang berkuasa atas segala raja (Daniel 2:47)
Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja! (1Ptr. 2:13-17). Inilah nasihat-nasihat bagi para penguasa, bagi pemerintahan dan para rakyat. Nasihat-nasihat tersebut sangat relevan untuk situasi negara dan bangsa kita Republik Indonesia yang sejak 20 Oktober 2014 nanti, setelah melewati suka duka politik di tanah air ini, memiliki Presiden dan wakil Presiden ke 7. Amin. ?
Selamat Hari Minggu!

Sabtu, 11 Oktober 2014

RENUNGAN MINGGU XVII SETELAH TRINITATIS, 12 OKTOBER 2014 Matius 22:1-14



RENUNGAN
MINGGU XVII SETELAH TRINITATIS, 12 OKTOBER 2014



Menjadi yang Terpilih
(Matius 22:1-14)

Anda mungkin masih ingat sebuah grup band papan atas diundang ke istana Negara untuk menerima penghargaan dari Presiden RI. Rasa bahagia tampak di wajah mereka. Namun, ternyata mereka tidak diijinkan masuk dan berjumpa dengan sang presiden. Kok bisa? Karena mereka tidak memakai pakaian yang sesuai dengan protokoler kepresidenan. Meski dianjurkan untuk mengganti pakaiannya, namun grup band itu tetap menolak. Akhirnya, hilanglah kesempatan bertemu dengan presiden.
Kisah di atas memiliki sedikit kemiripan dengan perumpamaan dalam teks khotbah hari ini. Ada yang diundang menghadiri pesta perkawinan anak raja namun ditolak karena tidak memakai pakaian pesta. Itulah penggalan perumpamaan tentang kerajaan sorga yang disampaikan Yesus. Ada respons yang berbeda terhadap undangan pesta perkawinan (keselamatan). Undangan pertama direspon dengan pengabaian dan penolakan: ada yang pergi ke ladangnya, mengurus usahanya, adapula yang membunuh utusan raja. Ini merupakan gambaran tentang penolakan orang-orang Yahudi terhadap Yesus Kristus, Anak  Allah. Penolakan tersebut bisa dimaknai 2 hal. Pertama, pekerjaan (ekonomi). Pekerjaan adalah anugerah Tuhan. Manusia meminta pekerjaan lalu Tuhan menganugerahkan pekerjaan itu. Akan tetapi tidak jarang terjadi, manusia justru lebih mencinta pekerjaan ketimbang Tuhan yang menganugerahkan pekerjaan itu. Manusia dikuasai kesibukannya dan pekerjaannya. Kedua, kekerasan (anarkisme). Inilah tantangan yang terus dialami Injil dari jaman Kristus hingga kini dan nanti. Gereja terus dibabat namun terus merambat.
Undangan yang kedua, akibat dari penolakan yang pertama, ditujukan kepada semua orang di jalan-jalan, orang jahat dan orang baik sehingga penuhlah ruangan perjamuan perkawinan tersebut. Bagian ini merupakan gambaran dari penerimaan bangsa-bangsa non-Israel terhadap Yesus Kristus. Lalu apa makna orang yang tidak menggunakan pakaian pesta dalam perumpamaan tersebut?
Dalam perumpamaan tersebut, pakaian pesta dimaknai sebagai penerapan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang tidak memakai pakaian pesta adalah gambaran orang yang tidak menghidupi imannya. Sementara orang yang berpakaian pesta merupakan gambaran orang yang berjuang dalam menumbuhkembangkan imannya. Lalu apakah yang menjadi pakaian kita? BE No. 31:2 mengatakan “Songon dia paheanku mandapothon Debata?” Unduk, serep ni rohangku, i do abit na tama. Dung adong na songon i, tau ma au di Tuhanhi.” Taat dan rendah hati harus menjadi pakaian/ciri khas orang percaya, sebab “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (1 Pet. 5:5)

Allah senantiasa mengundang kita untuk masuk ke dalam pesta suka cita-Nya? Adakah kita mendengar-Nya? Adakah kita merespon-Nya? Kalaupun banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih bukan karena Allah yang terlalu selektif, jangan-jangan manusia yang tidak responsif. Senangkanlah hati Allah (tema bulan Oktober) dalam ketaatan dan kerendah hati di hadapan-Nya. Itulah karakter orang-orang pilihan. 
Selamat beribadah. 
Selamat menggumuli pilihan Tuhan. 

Amin.

Jumat, 10 Oktober 2014

Partumpolon (pencatatan ikat janji perkawinan)






oleh : Pdt. Nikson Simangunsong



bersama :

St. SM. br. Hasibuan, S.Pd dan St.M. Gaja, S.Pd

Partumpolon 

(pencatatan ikat janji perkawinan)



Bintang Riston Parulian Tambun, AMd
&

Purnama Sari Yusnita br. Damanik,AMd

Sabtu, 11 Oktober 2014

Pukul 10.00 WIB

PAMASUMASUON PARDONGANSARIPEON (PEMBERKATAN PERKAWINAN)






                                                    Oleh : Pdt. Jeffry Sitindaon, MTh


PAMASUMASUON PARDONGANSARIPEON NI:

Ronald Arianto Gultom
&

Merry Bassaria Lissarella br.Sitanggang

Jumat, 10 Oktober 2014

Pukul 09.00 WIB





GAMBAR BERCERITA DI HKBP PONDOK GEDE

GAMBAR BERCERITA DI HKBP PONDOK GEDE







Membicarakan Perihal Pemberangkatan : Pdt. TP. Nababan, STh ke Medan 
dan 
Penyambutan Pdt. Jeffry Sitindaon, MTh di HKBP Ressort Pondok Gede


Na mariboto : St. Drs. K. Manalu br Sihombing

dan

Ny. P. Pasaribu-St. P br. Manalu



P  O  D  A

Angur do goarmi anakhonhu
Songon bungabunga i, nahushus i
Molo marparange na denggan do ho

Di luat na dao i
Jala ingkon ingot do ho
Tangiangmi do parhitean mi
Di ngolum i, da tondingku

Unang sai mian jat ni roha i
Dibagasan rohami
Ai i do mula ni singkam mabarbar
Da hasian
Ingkon benget do ho marroha
Jala pantun maradophon na tuatua
Ai i do arta na ummarga i
Di ngolum i

Reff.

Ai da amang do sijujungbaringin
Di au amangmon,
Jala ho do amang silehon dalan
Di anggi ibotom i
I pe ingot ma ho amang
Di hata podanghi
Asa taruli ho amang
Di sihadaoan i

Molo dung sahat ho tu tano parjalangan mi
Marbarita ho amang
Asa tung pos rohani damang nang dainangmon
Di tano hatubuan mi




Kebersamaan setelah Kebaktian Wijk 2 di Rumah: 
Enderson Tambunan br. Gultom - Sinar Kasih
St. EP. Tambunan
Enderson Tambunan
B. Sitanggang, SH
Ny.Sirait br. Silalahi

let it be

When I find myself in times of trouble
Mother Mary comes to me
Speaking words of wisdom, let it be.
And in my hour of darkness
She is standing right in front of me
Speaking words of wisdom, let it be.
Let it be, let it be.
Whisper words of wisdom, let it be.
 And when the broken hearted people
Living in the world agree,
There will be an answer, let it be.
For though they may be parted there is
Still a chance that they will see
There will be an answer, let it be.
Let it be, let it be. Yeah
There will be an answer, let it be.
 And when the night is cloudy,
There is still a light that shines on me,
Shine on until tomorrow, let it be.
I wake up to the sound of music
Mother Mary comes to me
Speaking words of wisdom, let it be.
Let it be, let it be.
There will be an answer, let it be.
Let it be, let it be,
Whisper words of wisdom, let it be




Latihan Koor Lanjut Usia (Lansia)

Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. 
Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; 
Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu. (Yesaya 46:4)




Sermon Parhalado 
setiap Selasa Pukul 19.00 WIB di Aula HKBP Pondok Gede



Belajar Koor Wijk 3 HKBP Pondok Gede 
setelah usai Kebaktian Wijk di Rumah :
St. Drs. B. Butarbutar br. Marpaung-Jatirahayu


Belajar Koor Wijk 5 HKBP Pondok Gede 
setelah usai Kebaktian Wijk




Kebersamaan saat-saat terkahir Pdt. TP.Nababan, STh 
pindah pelayanan di HKBP Distrik X Medan Aceh




Majelis Gereja mendengarkan Laporan TP2SP 
(Tim Pengembangan Pengadaan Sarana Prasarana)


Serah Terima Jabatan Pendeta Ressort
HKBP Ressort Pondok Gede
Sabtu, 13 September 2014
Pst. TP. Nababan, STh kepada Pdt. Jeffry Sitindaon, MTh



Setelah Usai Sermon : 
Dari mana ke mana
bersama dengan siapa
ke rumah tujuan
kebaktian Wijk besok malam?


Pemuda/i (Naposobulung), mana suaramu?


Salim
Pegawai Gereja HKBP Pondok Gede



Karna
Pegawai Gereja HKBP Pondok Gede


Warim
Pegawai Gereja HKBP Pondok Gede


Asep
Pegawai Gereja HKBP Pondok Gede

Senin, 06 Oktober 2014

MINGGU XVI DUNG TRINITATIS 05 OKTOBER 2014 Yesaya 5:1-7



MINGGU XVI DUNG TRINITATIS 05 OKTOBER 2014
Yesaya 5:1-7

Coba kita bayangkan jika pohon buah-buahan dari bibit terbaik yang kita tanam, dan rawat sebaik mungkin tidak menghasilkan buah yang lebat dan manis! Pasti ada kekecewaan, tetapi apakah kita berhenti pada kekecewaan? Renungan minggu ini Yesaya 5:1-7 tentang bagaimana perasaan pemilik kebun ketika pohon buah-buahan dari bibit terbaik yang ditanamnya, dan telah dirawat sebaik mungkin tidak menghasilkan buah yang lebat dan manis tetapi justru menghasilkan buah yang asam.
Kehidupan bangsa Israel, seperti kebun anggur yang telah di berikan perawatan yang maksimal, yang menggambarkan bagaimana Allah telah berlaku untuk menjadikan Yehuda bangsa yang benar dan produktif. Tetapi bangsa tersebut tidak menghargai semua perbuatan Tuhan, mereka gagal menjadi apa yang diinginkan oleh Tuhan, karenanya bangsa tersebut terancam binasa. Seperti seorang tukang kebun membinasakan kebun mereka yang tidak menghasilkan buah yang baik.
Nabi Yesaya mengilustrasikan bangsa Israel sebagai kebun anggur. Yesaya sebagai penyair kisah ini melambangkan dirinya memiliki “kekasih” yang memiliki kebun anggur. Siapakah kekasih Yesaya itu? Dia adalah pemilik kebun anggur. Tuhanlah pemilik segala sesuatunya, dan yang di maksudkannya sebagai kekasih adalah Tuhan. Anggur adalah tanaman yang sangat dikenal oleh orang Israel, dan sangat diminati setiap umat yang hidup di zaman itu, anggur juga dipahami sebagai lambang berkat Tuhan, bahkan dalam pesta-pesta, mereka tidak bisa kekurangan anggur. (bdk. Yoh 2:1-11)
Cerita tentang pemilik kebun ini diangkat oleh Yesaya untuk menggambarkan bagaimana serius dan bertanggungjawabnya pemilik kebun untuk mengusahai kebunnya. Ia memilih lokasi “di lereng bukit yang subur”, Ia mencangkul dan membuang batu-batunya dan menanaminya dengan bibit pilihan. Batu adalah salah satu tantangan bagi tumbuhan untuk bertumbuh dengan baik, karena di samping tidak dapat di tembus oleh akar (menghambat pertumbuhan akar) dan juga mengurangi zat hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan.
Kesaksian Alkitab menyatakan bahwa “Tanah Kanaan yang berlimpah susu dan madu” adalah tanah yang diberikan oleh Tuhan bagi umat Israel ketika Dia memanggil Abraham keluar dari kampung halamannya, inilah yang di juluki dengan bukit Zion atau di nats ini dikatakan dengan lereng bukit yang subur. Tuhan sendiri yang menyiapkan tanah itu supaya dapat memberikan kehidupan. Istilah “pokok Anggur pilihan” kesaksian Alkitab bahwa umat Israel adalah bangsa pilihan (bdk. I Petrus 2:9).
Kisah sedih kebun anggur yang gagal ini mengingatkan kita, tentang orang-orang yang tidak menghiraukan Firman Tuhan, terlebih kita yang sudah dipilih menjadi ahli waris kerajaan sorga, Tuhan sangat menaruh pengharapan yang besar bagi kita, untuk membawa keadilan, marilah kita menjauhkan diri dari tindakan kelaliman. Tuhan sangat merindukan kita untuk membawa kebenaran jadi marilah kita menjauhi tindakan-tindakan yang membuat keonaran.
Menghasilkan buah yang baik melalui prilaku kehidupan yang baik tentulah menyenangkan hati Tuhan, dan perlindungannya akan senantiasa menyertai kita untuk melakukan segala kebaikan tersebut. Untuk mengasilkan buah yang baik dalam perbuatan, kita harus melepaskan diri dari hal-hal lahiriah, mencintai Yesus lebih dari segalanya (Bdk. Nats Epistel Filipi 3:4b-7), di mana rasul Paulus berpindah dari jalan “kesenangan sendiri” ke jalan “kebenaran Tuhan”. Yang di maksud rasul Paulus “keuntungan” itu yang kami maksud dengan jalan kesenangan di mana dia punya kuasa untuk membunuh pengikut Kristus, dia seorang yang berpengaruh dihormati. Tetapi semuanya itu justru merupakan kerugian karena pengenalannya akan Yesus membawa dia berjalan dalam kebenaran, di mana rasul Paulus harus menyangkal dirinya, dianiaya dan dipenjarakan bukan karena kesalahannya tetapi semata-mata demi imannya kepada Kristus. Menghasilkan buah yang baik melalui perbuatan harus mengalami perubahan yang mengakar (radikal). Paulus sebelum mengikut Yesus adalah penganiaya tetapi setelah di dalam Yesus justru menderita. Sebelum menjadi pengikut Yesus dia adalah seorang pembunuh, aktor intelektual dalam kematian Stepanus tetapi setelah mengikut Yesus dia tidak takut mati. Menghasilkan buah yang baik dalam perbuatan kita hanya dapat kita lakukan jika kita terus dekat dan melekat pada pohon anggur yang benar, yaitu Kristus sendirilah pokok anggur yang benar (bdk. Yoh. 15: 4). Amen. ?
Selamat Hari Minggu.

RETRET PAROMPUAN HKBP PONDOK GEDE Puncak Ciloto Bogor Jumat-Minggu, 03-05 Oktober 2014



RETRET PAROMPUAN HKBP PONDOK GEDE

RESSORT PONDOK GEDE DISTRIK XIX BEKASI

Jumat-Minggu, 03-05 Oktober 2014 
Di 
Puncak Ciloto Bogor



Tema :

soripada na mangkabiari Jahowa
i do sipujipujion.  isteri yang takut akan TUHAN

dipuji-puji. (Poda 31:30)


1.      Jadwal Hari Jumat, 03 Oktober 2014

NO
WAKTU
KEGIATAN
PENYELENGGARA
1
09.30-10.00
Kumpul di Gereja
Ketua
2
10.00-10.15
Doa Pemberangkatan
Pdt.W.Saragih, MTh
3
10.15-13.00
Perjalanan menuju Puncak
Panitia
4
13.00-14.30
Istirahat-Makan Minum
Doa:Ny.St.Simanjuntak br Lumbantobing
5
14.30-15.30
Mengundi Kunci Kamar
Ny.S.Sihombing br.Sitompul
6
15.30-17.00
Berbenah Diri
Peserta
7
17.00-17.30
Snack
Panitia
8
17.30-19.00
Orientasi
Panitia
9
19.00-20.00
Makan Malam
Doa:Ny.Ev.Simbolon br.Purba
10
20.00-21.00
Ibadah Malam
Doa Syafaat:Ny.St.D.Simbolon br.Naibaho

2.      Jadwal Hari Sabtu, 04 Oktober 2014

NO
WAKTU
KEGIATAN
PENYELENGGARA
1
05.00-05.15
Saat Teduh
Pandita
2
05.15-07.00
Olahraga Pagi
Panitia
3
07.00-08.00
Persiapan Diri
Peserta
4
08.00-09.00
Makan Pagi
Doa:
5
09.00-10.00
Ibadah Pagi
Pandita
6
10.00-12.00
Sessi : Pasidohoton ni Parompuan manumpahi Program Kerja dohot Anggaran Huria
Pandita
7
12.00-13.00
Makan Siang
Doa:
8
13.00-14.00
Lanjutan Sessi
Pandita
9
14.00-14.15
Penjelasan Game
Panitia

10
14.15-16.00
Game
Panitia-Peserta
11
16.00-16.30
Istirahat-Snack
Panitia-Peserta
12
16.30-18.00
Lanjutan Game
Panitia-Peserta
13
18.00-19.00
Persiapan Diri
Peserta
14
19.00-20.00
Makan Malam
Doa:Ny.Simamora Ev.br.Manullang
15
20.00-20.30
Ibadah Malam
Doa Syafaat:Ny.Pasaribu St.br.Manalu
16
20.30-21.00
Kebersamaan
Panitia-Peserta


3.      Jadwal Hari Minggu, 05 Oktober 2014


NO
WAKTU
KEGIATAN
PENYELENGGARA
1
05.00-05.15
Saat Teduh
Pandita
2
05.15-07.00
Olah Raga
Panitia
3
07.00-08.00
Persiapan Diri
Panitia-Peserta
4
08.00-09.00
Makan Pagi
Doa:Ny.Tambunan br.Siagian
5
09.00-11.00
Ibadah Minggu
Perjamuan Kudus
Pandita-Ny.Simamora Ev.br.Manullang
6
11.00-12.00
Persiapan Diri
Panitia-Peserta
7
12.00-13.00
Makan Siang
Pendeta

8
13.00-
Sayonara
 Ny.Pasaribu-St br.Manalu

RETRET
Retret (Indonesia) ; retreat (Inggris) ; La retraite (Prancis) = pengunduran diri, menyendiri, menyepi, menjauhkan diri dari kesibukan sehari-hari, meinggalkan dunia ramai. Dalam bahasa Indonesia (berasal dari Arab), khalwat = pengasingan diri (untuk menenangkan pikiran), berkhalwat = mengasingkan diri di tempat yang sunyi untuk bertafakur, beribadah.
Retret adalah latihan rohani, exercia spiritualia. Kegiatan di bidang rohani dirangkai sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu ; doa, pemeriksaan batin/refleksi, sharing, meditasi.
Retret berguna untuk memelihara kesehatan dan menumbuhkan kerohanian. Melalui retret kehidupan masa lampau dilihat kembali, lalu sekarang dipersiapkan untuk menghadapi dunia dan kehidupan berikutnya. Karena itu sering disebut tujuan retret adalah perubahan hidup (conversi) menuju ke perbaikan. Rangkaiannya kira-kira demikian: bermula dari deformata: hal-hal yang tidak baik menuju perbaikan. Hal-hal yang sudah diperbaiki reformata kemudian diarahkan transformata agar sesuai dengan panggilan dan status hidup. Lalu hal-hal yang sudah sesuai conformata harus diteguhkan confirmata oleh penerangan dan kekuatan yang diperoleh dalam doa-doa selama retret.
Retret yang bertujuan untuk perubahan hidup, bukan hanya usaha sendiri, melainkan terutama adalah usaha Allah. Karena itu harus ada dialog dengan Allah.

Dalam retret, dengan pertolongan Allah, kita berusaha melatih kepekaan terhadap karya cinta

Allah, dengan tujuan agar kita makin mengenal karya Allah dalam diri kita, cara kerja Allah

serta bimbinganNya bagi kita dan tanggapan kita terhadap karya dan bimbingan itu.









































































Molo adong dope di hita, tarhona tu halak?
Ua hita ma marhulahula marboru nian....
nangetnanget ta husip na laho sinamot da eda....setujuuuuuuu!!!!!
di jolo ni amanta pandita do hita on na manghatai on ate...


Pdt. Nikson Simangunsong
Dewan Koinonia : Frans M. Manurung
Ny. L. Simamora Ev. br. Manullang
St. Hery Waldipar Marbun
Ny. T. Pasaribu St. br. Manalu
Ketua : Ny. A. Nainggolan br. Aritonang
Bendahara : Ny. Sibarani br. Tambunan
Sekretaris : Ny. AC.Sianturi br. Hutahaean

NAMA PESERTA RETRET 
HKBP PONDOK GEDE RESSORT PONDOK GEDE
DI PUNCAK CILOTO
TANGGAL 03 S/D 05 OKTOBER 2014

NO.                               NAMA



1 Pdt. Nikson Simangunsong 
2 Drs. Frans M. Manurung
3 St. Hery Waldipar Marbun
4 Ny. A. Nainggolan br. Aritonang
5 Ny. AC. Sianturi/br. Hutahaean
6 St. Ny. P. Pasaribu/St.P.br. Manalu
7 St. Ny. L. Simamora/Ev. br. Manullang
8 Ny. St. AM. Napitupulu/br. Nababan
9 Ny. St.R.M.Simanjuntak/br.Napitupulu
10 Ny.St.S.C.M.Nainggolan/br.Sitanggang
11 Ny.Ev. St. Drs.M.Simbolon/br. Purba
12 Ny. St. T. Siringoringo/br.Manullang
13 Ny. Aritonang br. Panjaitan
14 Ny. Butarbutar/br. Hasibuan
15 Ny. D. Nababan/br. Pasaribu
16 Ny. Hutapea br. Aritonang
17 Ny. Hutasoit br. Sianipar
18 Ny. M. Panjaitan br. Pardede
19 Ny. Simangunsong/br. Silitonga
20 Ny. Simangunsong/br. Tambunan
21 Ny. Manurung br. Hutabarat
22 Ny. Frans M. Manurung br. Napitupulu
23 Ny. N. Sitorus/br. Panjaitan
24 Ny. Nadeak br. Simamora
25 Ny. Nadeak/br. Napitupulu
26 Ny. Napitupulu/br. Manurung
27 Ny. Napitupulu/br. Tampubolon
28 Ny. P. Napitu/br. Gultom
29 Ny. Pasaribu br. Sitompul
30 Ny. Pdt. N. Simangunsong/br. Silitonga


31 Ny. Pdt. Sihombing br. Pakpahan
32 Ny. S.H. Sihombing/br. Sitompul
33 Ny. Siahaan/br. Hutagalung
34 Ny. Sibarani/br. Tambunan
35 Ny. Sihombing/br. Siregar
36 Ny. Simanjuntak/br. Lumbantobing
37 Ny.Ny.St. Simbolon br. Naibaho
38 Ny. Sinurat/br. Sitanggang
39 Ny. Sirait br. Sitorus
40 Ny. Sirait/br. Butarbutar
41 Ny. Sitanggang br. Naibaho
42 Ny. Sitohang br. Sinaga
43 Ny. Situngkir br. Pardede
44 Ny. Tambunan/br. Hutapea
45 Ny. Tambunan/br. Siagian
46 Ny. Tambunan/br. Sidauruk
47




Ny. St. Nababan/br. Simanjuntak












RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...