Jumat, 02 Mei 2014

Renungan Minggu - 12 Januari 2014

RENUNGAN MINGGU 

Matius 3:13-17 “Yesus Dikasihi Dan Diperkenan Allah”

Sebelum kita membaca Matius 3:13-17 seharusnya kita juga membaca perikop sebelumnya karena ada kesinambungannya. Marilah kita membaca perikop ini dengan memahami kondisi jaman saat itu, abad 27M di mana semua orang ketika itu mengenal Tuhan Yesus hanya sebatas seorang anak tukang kayu atau sebatas saudara sepupu Yohanes Pembaptis ; dan sama seperti yang lain Ia datang untuk dibaptiskan. Maka dapatlah disimpulkan, orang pasti lebih mengenal Yohanes Pembaptis daripada Tuhan Yesus. Orang Farisi dan orang Saduki pun meminta diri untuk dibaptis bahkan mereka tidak membantah sepatah kata pun ketika Yohanes Pembaptis menegur mereka.
Yohanes Pembaptis, tokoh yang agak aneh, yang mengenakan pakaian dari kulit binatang dan memakai sabuk kasar di pinggangnya. Ia hidup di padang gurun dan memakan madu dan belalang - menu yang tidak mengundang selera makan kita. Gambaran seorang yang agak kumuh, berambut panjang, dan mukanya tidak pernah dicukur karena dia adalah orang nazir sejak lahir. Jadi dia terlihat seperti orang liar. Dia berkhotbah di padang gurun, tidak menggabungkan diri dengan masyarakat yang penuh dosa. Dia adalah pribadi yang sangat mempesona sebagai seorang nabi Israel, di mana orang-orang Israel sudah tidak memiliki nabi selama 400 tahun. Tak heran jika orang ini sempat menimbulkan sedikit kegemparan. Akan tetapi dia sendiri mengakui, bahwa dia bukan Mesias, dan dia bahkan tidak layak untuk menjadi hamba Mesias. Dia memandang dirinya hanya sebagai seorang hamba yang mempersiapkan jalan bagi sang Mesias. 

Saat melihat Yesus, dia mengenali Yesus sebagai orang yang kebenarannya jauh lebih besar daripadanya. Ketika Yesus datang kepadanya, dia berkata, "Aku seharusnya tidak membaptiskan Engkau. Engkau tidak semestinya tunduk di bawah baptisan dan pelayananku. Seharusnya akulah yang tunduk kepadaMu, tunduk di bawah pelayananMu." Dia menyadari bahwa Yesus jauh lebih besar daripadanya. Lalu mengapa yang lebih besar tunduk kepada yang lebih kecil? Itulah pertanyaannya.

Yesus, Anak Allah lahir ke dunia untuk mati bagi kita. Satu-satunya jalan bagi dia untuk bisa melaksanakan ini adalah dengan menjadi pribadi yang tanpa dosa. Dan dia memang tanpa dosa. Dia menjalani hidupnya sampai dengan usia sekitar tiga puluhan tahun dalam keadaan tanpa dosa. Uraian ini mendapatkan pembenaran di dalam jawaban Yesus ketika Yohanes Pembaptis berusaha mencegahnya, "Karena demikianlah yang sepatutnya bagi kita". Dia tidak berkata, "Demikianlah sepatutnya bagi Aku," melainkan, "Demikianlah sepatutnya bagi kita". "Kita" berarti Anda dan saya, umat manusia secara umum. Dengan memakai kata “kita”, Yesus menjadi sama dengan Yohanes Pembaptis dan menjadi sama dengan umat manusia secara umum. Dia menjadi sama dengan umat manusia yang berdosa. Ia tidak malu menyebut mereka saudara (Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara. Ibrani 2:11). 

Kita harus belajar dari semangat Yesus Kristus. Ia tidak berkata kepada Yohanes Pembaptis, "Aku lebih besar darimu. Mengapa Aku harus tunduk pada baptisanmu?" Justru sebaliknya, ketika Yohanes Pembaptis sendiri menolak, Yesus berkata, "Yohanes, terimalah hal itu. Sekalipun sekarang ini engkau tidak suka pada ide penundukanku, terimalah hal itu sama seperti yang lainnya. Biarkan aku dibaptis olehmu." Oh, sungguh menyentuh hati! Yang lebih besar tunduk dan memohon pada yang lebih kecil untuk menerimanya di dalam pelayanannya yang lebih kecil itu. Kalau kita bisa belajar dari semangat itu, maka kita akan bisa memahami semangat dari Filipi pasal 2 yang merupakan intisari dari seluruh Kristologi (Ajaran mengenai Pribadi Kristus di dalam Perjanjian Baru). 

Mari kita melihat pada Filipi 2:5-11. Paulus membuka uraian tentang Kristus dengan penekanan pada penerapan praktis ; "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, memiliki pikiran dan perasaan yang ada dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri- Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba (seorang 'budak' yang tidak memiliki hak apa-apa sama sekali. Dia melepaskan semua haknya), dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati (seolah-olah menjadi hamba masih belum cukup, dia menjadi taat sampai mati. Dan mati saja masih belum cukup), bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Pahamilah rahasia kekuatan rohani ini. Mengapa Yesus mendapat Nama di atas segala nama? Karena dia menolak untuk mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri. Dia merendahkan dirinya. Yesus tidak berkata, "Layakkah engkau membaptis aku. Akulah Majikan dan kamu itu hamba." Tetapi dia meminta kepada hamba Allah, Yohanes Pembaptis, agar dia bisa diterima dalam pelayanan sang hamba. Ini adalah hal yang sangat menyentuh hati saya. 

Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...