Jumat, 02 Mei 2014

Renungan Minggu - 02 Februari 2014

RENUNGAN MINGGU 4 EPIPHANIAS

Semua agama mengajarkan kepada pengikutnya tentang cara menyatakan diri sebagai pengikut agama yang dianutnya. Contohnya, dengan pakaian bersarung dan pakai kopiah, seseorang menunjukkan bahwa dia adalah seorang muslim. Seseorang yang memakai sorban putih di Toba Samosir menunjukkan bahwa dia adalah penganut agama parmalim. Seseorang yang membakar siosio di depan rumahnya, menyatakan dirinya sebagai penganut agama Buddha. Bagaimana dengan pengikut Kristus? Bagaimana kita menyatakan diri pengikut Kristus? Jawaban pertanyaan itu yang disampaikan nats kotbah hari ini, Mika 6, 1-8.
Umat Israel sangat rajin melakukan syariat agama mereka. Mereka rajin memberikan persembahan bakaran di bait suci. Namun, Tuhan tidak menerimanya, karena perilaku mereka tidak setia kepada Jahwe. Dibalik kerajinan mereka mengantar persembahan bakaran ke bait suci, mereka menyembah dewa berhala, mereka melanggar Hukum Taurat I dan II. Itu sebabnya Nabi Mika berkata, “Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak?” Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri?" Tuhan tidak menerima persembahan mereka, karena persembahan itu bukan buah kesetiaan, keyakinan mereka kepada Tuhan.

Persembahan yang mereka sampaikan hanya rutinitas, kebiasaan dan mencari popularitas diri. Tuhan tidak menerima persembahan mereka, karena hati mereka tidak setia dan taat kepada Tuhan. Itu sebabnya Mika berkata dalam ayat 8, “….. yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?". Kesetiaan, ketaatan yang diminta Tuhan dari kita. Ketaatan kepadaNya adalah bukti bahwa kita percaya kepadaNya. Boleh saja seseorang rajin kebaktian, rajin memberikan persembahan, tetapi hatinya masih percaya kepada kuasa dunia. Ketaatan kepada Tuhan harus diperlihatkan di depan orang maupun ketika tidak dilihat orang. Banyak orang sangat alim dan saleh di depan orang, namun di tempat tersembunyi perilakunya kotor dan nazis. 

Umat Israel melakukan syariat agama mereka, namun hati mereka kosong dengan kasih. Mengasihi sesama, sesuai dengan Perintah V – X, adalah buah kesetiaan kepada Tuhan. Buah kesetiaan kepada Tuhan, adalah kerendahan hati, sementara mereka menyombongkan, membanggakan persembahan yang mereka berikan, dan membanggakan syariat agama ang mereka lakukan. Itu sebabnya Mika berkata, “….. yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?". 

Dalam satu buku illustrasi kotbah diceritakan, Di satu padang rumput yang luas, seorang gembala menggembalakan 1003 ekor domba. Satu hari, seorang makelar domba dari kota menjumpai si gembala, untuk membeli beberapa ekor domba. “Apakah kamu mengetahui jumlah domba yang kamu gembalakan ini?”, kata si makelar domba kepada si gembala. “Saya tau. 1003 ekor”, kata gembala. “Apakah pemiliknya mengetahui jumlah domba yang kamu gembalakan ini?”, kata makelar melanjutkan. “Pemiliknya tidak mengetahui jumlahnya”, kata si gembala. “Kalau si pemilik tidak mengetahui jumlah dombanya yang kamu gembalakan, jual saja yang tiga ekor, supaya penghasilanmu bertambah, toh masih tersisa 1000 ekor”, kata si makelar memengaruhi gembala. 

Mendengar rayuan si makelar, si gembala menjawab, “Selain saya, masih ada yang lebih mengetahui jumlah domba ini, bahkan jumlah bulu dari masing masing domba Dia ketahui”. “Siapa?” kata makelar dengan gemas. “Bapaku yang di sorga”. Dia adalah Tuhan yang Maha Mengetahui. Karena saya takut kepada Dia, sehingga saya menjaga domba ini dengan setia. Karena saya takut kepadaNya, sehingga saya tidak bertindak curang terhadap domba yang saya gembalakan ini. Karena ssya takut kepadaNya, makanya saya dengan ketaatan menggembalakan domba ini”, kata gembala dengan mantap. 

Kesetiaan seperti itulah yang diminta Tuhan dari kita. Banyak orang Kristen yang tidak setia kepada Tuhan, karena menurutnya, apa yang dilakukannya di tempat gelap, di tempat tersembunyi, tidak ada orang yang mengetahuinya; padahal tidak ada yang tersembunyi di mata Tuhan. Semua yang kita pikirkan, yang kita rencanakan diketahui Tuhan. Mengapa banyak suami atau isteri yang selingkuh? Karena menurutnya, tidak ada yang bakal mengetahui. Mengapa orang masih berusaha berkelit, “Saya tidak melakukan itu?”; karena menurutnya tidak ada yang mengetahuinya, padahal bagi Tuhan tidak ada yang tersembunyi. Kesetiaan adalah dasar pelaksanaan kita terhadap syariat agama Kristen. Setialah. 

Selamat Hari Minggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...