Sabtu, 03 Mei 2014

Renungan Minggu - 09 Maret 2014

RENUNGAN MINGGU INVOCAVIT 

Nama minggu ini Invocavit, artinya “Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab”, dikutip dari Mazmur 91, 15a. Mazmur 91, 15a ini adalah pernyataan dari Tuhan, bahwa bila kita memanggil Tuhan, maka Dia akan menjawab. Bila kita memanggil Dia ketika kita mengalami kesesakan maka Dia akan menyertai kita, dan Dia akan meluputkan kita dari kesesakan itu. Dengan nama Invocavit diperlihatkan betapa Tuhan mengasihi umat yang percaya kepadaNya. Nama minggu Invocavit mengingatkan bahwa Tuhan pasti mendengar seruan orang yang meminta pertolonganNya. Dengan perkataan lain, nama minggu ini mengingatkan supaya kita percaya menyampaikan masalah kita kepadaNya, karena Dia pasti menjawab. Tuhan adalah sahabat yang senantiasa siap menemani kita ketika kita dihadang masalah dan penderitaan berat. Seberat apapun masalah yang kita hadapi, Dia mampu menolong kita. 

Kaitannya dengan kotbah minggu ini, Kejadian 2, 16-17; 3, 1-7, kita harus senantiasa berseru kepada Tuhan, supaya kita dimampukan waspada dan mengalahkan godaan dosa. Kita harus berseru kepada Tuhan, karena kehidupan kita yang sudah diracuni dosa, hanya boleh diselamatkan Tuhan. Hidup kita harus diselamatkan dari dosa. Dosa adalah dosa. Semenarik apa pun, dosa tetap dosa. Kita perlu berhatihati terhadap yang satu ini (dosa). Hanya oleh kasihNya hidup kita mampu mengalahkan dosa. 

Sejinak-jinaknya harimau, ya tetap harimau. Pada hari Jumat petang, 5 Februari 1999, hal itu kelihatan di Taman Safari Indonesia (TSI), Cisarua Bogor. Kali itu petaka menimpa Teresa Bleszynki, isteri Herman Sarens Sudiro, dan juga kakak bintang sinetron Tamara Belszynki. Teresa yang pemain sinetron itu harus mendapat 24 jahitan pada paha kanannya gara gara dicakar Simba, seekor harimau berumur empat tahun. 

Ceritanya berawal saat Teresa menghadiri Lokakarya Konservasi Satwa Liar di TSI. Entah karena kangen atau tidak tepat waktunya, disertai sejumlah peserta lokakarya lainnya, dia menengok Simba – harimau yang pernah dipeliharanya. Tanpa ragu-ragu dia menjulurkan tangannya ke kandang besi tempat Simba dikurung. “Simba….Simba….”, kata wanita wanita kelahiran Jakarta tahun 1965 itu sambil melambai-lambaikan tangannya. Simba tampaknya mengenali suara bekas induk semangnya itu, lalu badannya yang kekar itu disentuhkan ke tangan Teresa. 

Suasana “mengharukan” antara Simba dengan Teresa itu ramai-ramai diabadikan pesrta lokakarya. Namun kilatan lampu kamera yang silih berganti rupanya membuat harimau itu panik. Simba mengaum dan mencakar paha Teresa. Orang orang yang menyaksikan, termasuk mantan Dirjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) Prof.Dr.Rubini Atmajaya, menjerit dan panik. Korban langsung dilarikan ke poliklinik setempat. Sang suami, Herman Sarens Sudiro tersenyum melihat jahitan di paha isterinya. Menurut dia, hal seperti itu biasa bagi penyayang satwa liar. Komentar Prof. Rubini lain lagi, “Sejinak-jinaknya binatang, watak buasnya akan muncul juga” (harian Kompas 6 Februari 1999).

Demikian juga dosa. Semenarik apapun, dosa tetap dosa. Oleh sebab itu, kita perlu waspada terhadap yang satu ini (dosa). “Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.", Kejadian 4, 7. “Dosa tidak merugikan karena dilarang, tetapi dosa dilarang karena merugikan” (Benyamin Franklin). 

Selamat Hari Minggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...