Sabtu, 02 Mei 2020

RENUNGAN MINGGU JUBILATE, 03 MEI 2020

Memaknai Sebuah Sukacita 

(1 Tawarikh 16:31-36)



Banyak orang bersukacita dalam hidupnya dengan berbagai alasan penyebabnya, boleh jadi karena merasa berhasil dalam usaha, pendidikan, sembuh dari penyakit, anak-anaknya berhasil dalam pendidikannya, jikalau dia mempunyai kesempatan untuk melayani banyak orang, memberikan sesuatu yang terbaik, misalnya dalam wujud kepedulian sosial atau banyak hal dan sukacita seperti ini akan disertai dengan pengungkapan syukur. Akan tetapi tidak semua orang bersukacita dalam pemahaman yang positif, mengapa? Ada orang bersukacita karena dia merasa menang atas diri orang lain, misalnya dalam persaingan bisnis atau  jikalau dia mampu menjatuhkan, mencelakai, menjatuhkan harga diri/nama seseorang ataupun yang lainnya dan pasti hatinya tidak akan mampu bersyukur dengan tenang, sebab yang ada hanyalah kebencian, persaingan, dan pikiran yang negatif. Sukacita yang bagaimanakah yang dapat bertahan lama, dan yang mampu melahirkan ketenangan hati dan  perilaku yang menyejukkan?

Dalam nats ini, bagaimana kita melihat Mazmur ini merupakan pengungkapan syukur yang dimulai dengan ibadah untuk mensyukuri kebaikan Tuhan dengan bernyanyi, memerlukan Tuhan, mencari wajah Tuhan dengan merendahkan diri di hadapan-Nya dan melakukan apa yang berkenan dengan kehendak Tuhan, senantiasa mengenang segala kebaikan Tuhan (8-13). Pengalaman pribadi akan Tuhan, akan melahirkan sukacita dan kesaksian, serta kerendahan hati serta pengungkapan syukur; sebab tidak ada yang lebih disukai Tuhan dari umat-Nya selain pujian dan pengungkapan yang sungguh-sungguh keluar dari hati yang tulus. Ibadah yang benar akan dapat melahirkan semangat untuk bersaksi dan berbuat baik. Perbuatan baik, kepedulian akan sesama adalah juga merupakan respons iman kita akan kebaikan dan kemurahan hati Tuhan, terutama jikalau itu semuanya dapat kita lakukan dengan sukacita dan dalam pengungkapan syukur.

Memiliki sebuah pengharapan, akan memampukan kita bersukacita walaupun kita tengah menghadapi pergumulan, menghantar kita kepada kesungguhan beribadah kepada Tuhan, berbuat apa yang terbaik bagi diri kita sendiri juga bagi orang lain. Memiliki pengharapan akan memampukan seseorang melihat semuanya yang terjadi adalah sebuah proses pembentukan karakter moral dan iman akan Tuhan, demikian juga dengan apa yang tengah menimpa negeri kita bahkan dunia saat ini, pandemi virus corona. Orang yang memiliki iman dan pengharapan, pasti mampu berkata: ”Badai corona pasti berlalu, tetapi kasih setia Tuhan akan hidup kita tidak akan pernah berlalu“ dengan pemahaman dan pengakuan itu, kita akan senantiasa dikuatkan, termotivasi dan bersukacita, termotivasi senantiasa berbuat kebaikan dan kebenaran dalam kasih Tuhan. Bersukacita dalam Tuhan sebab kita diberi kesempatan untuk berbuat kebaikan. Dengan demikian, bumi ini akan dipenuhi dengan sukacita, dan damai sejahtera. Amin. Selamat hari Minggu. (HS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...