Kamis, 06 Agustus 2020

RENUNGAN MINGGU IX SETELAH TRINITATIS 9 AGUSTUS 2020

Memaknai 

Sebuah Pekerjaan 

(Kolose 3:22-25)



Pelanggaran hak asasi manusia sering terjadi dari kalangan atas ke kalangan bawah, majikan terhadap pekerjanya. Hal itu bisa terjadi tergantung bagaimana cara pandang/sikap seorang atasan/majikan terhadap bawahannya/karyawannya. Ada kalanya seorang majikan, menempatkan pekerjanya seperti “barang/objek” yang dapat dipermainkan sesuka hati, sehingga tidak mampu melihat mereka sebagai sesama. Menjadikan tuan bagi karyawannya, bukan sebagai penolong atau pelindung atau pengayom.

Dalam hal ini Paulus mengajarkan sebuah etika kerja yang dapat membangun etika moral, membangun kepedulian dan tanggung jawab, baik tanggung jawab atas sebuah pekerjaan/kesempatan ataupun tanggung jawab sebagai majikan. Sebagai bawahan, seseorang pekerja harus memiliki tanggung jawab, setia, ketulusan dan kesungguhan bekerja. Bekerja atas keasadaran dan tanggung jawab moral sehingga selalu memikirkan apa dan bagaimana hasil yang terbaik yang dapat dia lakukan, bukan karena diawasi, diperintah, dan setiap orang yang takut akan Tuhan (yang percaya akan Yesus) akan melakukan pekerjaannya karena dasar imannya akan Yesus (takut akan Tuhan).

Sebuah hubungan yang baik, relasi yang baik antara majikan dan bawahan, jikalau masing-masing memahami dan melakukan apa yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Majikan bekerja dengan baik dan majikan melakukan kewajibannya sebagaimana mestinya; seperti manghargai pekerjanya sebagai sesama, tidak berlaku curang atau sesuka hati, dan mampu belajar memahami kondisi/psikologi para pekerjanya. Majikan tidak boleh menahan upah, apalagi tidak membayarnya sama sekali, tidak boleh melecehkan pekerjanya, sebab itu merupakan pelanggaran akan ketentuan firman Allah. Dalam pemahaman etika Kristen tentang hubungan pekerja dengan majikan adalah di mana bawahan atau majikan sama-sama memiliki tanggung jawab moral, dan sama-sama akan mempertanggungjawabkan apa yang dikerjakan/dilakukan kepada Tuhan yang adalah tuan di atas segala tuan. Tidak ada alasan bagi kita untuk hidup sesuka hati, bebas tanpa ikatan, tanpa ketaatan dan kesetiaan, tanpa tanggung jawab; tetapi kita semua memiliki kebebasan untuk berbuat kebaikan, bekerja dengan sungguh dan saling menghargai satu dengan yang lain, itulah kebebasan yang dimerdekakan oleh Tuhan. Bekerja buat Tuhan dan buat orang lain. Bekerja demi kesejahteraan diri, orang banyak, kesukaan bagi majikan, dan terutama buat Tuhan. Tuhanlah “majikan” kita dan kita adalah “pekerja”, berarti apa yang kita akan kerjakan dan tengah kita kerjakan hanyalah untuk kemuliaan Tuhan dan mendatangkan sejahtera bagi kita dan orang lain. Amin. Selamat hari Minggu. (HS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...