Senin, 22 Oktober 2018

RENUNGAN MINGGU XXII SETELAH TRINITATIS, 28 OKTOBER 2018

JEMAAT
YANG BERDIAKONIA
(Yesaya 58: 4-12)


Pada zaman nabi Yesaya orang-orang mengeluh bahwa doa dan puasa mereka tidak efektif. “Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?" (ay.3). Puasa adalah cara untuk melibatkan Tuhan dalam mempergumulkan sesuatu masalah. Orang-orang ini merasa bahwa mereka telah bekerja keras dalam mengejar Tuhan ketika mereka berpuasa. Namun mereka frustrasi. Tuhan merespons puasa mereka: “Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.” (ay.4). Karena puasa mereka hanyalah penderitaan tubuh dan bukan penderitaan jiwa. Mereka berpuasa untuk mendapatkan keinginan mereka, bukan memenuhi keinginan Tuhan. 

Jawaban Tuhan atas pertanyaan mereka langsung menuju ke inti masalah. Mereka melakukan hal-hal keagamaan berpuasa, terlihat sangat tulus. Tetapi mata Tuhan menembus hati mereka. Ya, mereka berdoa. Tetapi mereka melakukan apa maunya, bukan melakukan apa maunya Tuhan. Puasa mereka berakhir dengan perbantahan, perkelahian serta memukul dengan tinju.

Berpuasa yang Kukehendaki: (1) supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman (2) melepaskan tali-tali kuk (3) supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya (4) mematahkan setiap kuk (5) supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar (6) membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah (7) apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! (ay.5-7). Inilah ibadah aksi bukan sekedar seremonial. Jemaat yang berdiakonia. Jika kamu melakukannya: (1) terangmu akan merekah seperti fajar (2) lukamu akan pulih dengan segera (3) kebenaran menjadi barisan depanmu (4) kemuliaan TUHAN barisan belakangmu (5) engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab (6) engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! (7) TUHAN akan menuntun engkau senantiasa (8) memuaskan hatimu di tanah yang kering (9) akan membaharui kekuatanmu (10) engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan (11) Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad (12) akan memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan (13) Engkau akan disebutkan yang memperbaiki tembok yang tembus, yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni (14) engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu. (ay.8-14). 

Nabi Yesaya TUHAN pakai untuk membangkitkan hati nurani umat-Nya. Kenyamanan rohani ternyata telah membuat mereka melakukan kekerasan dan menjadi tidak peka terhadap sesama manusia. Umat Allah menekan orang miskin dan menggantikan hidup dalam kebenaran yang sejati dengan praktik keagamaan yang kosong. Allah lalu mendakwa mereka dan merumuskan suatu kehidupan rohani yang bisa diwujudkan dengan berbalik kepada Allah dalam pertobatan sejati dan dengan membuka belenggu orang-orang tertindas. 

Seperti nabi Yesaya, kita telah diutus untuk mengumandangkan dan melakukan pembebasan. Dengan kuasa Roh Kudus, kita harus menyerukan bahwa para tawanan dapat dilepaskan, bahwa orang-orang yang tertindas dapat dibebaskan. “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.” (Zak.4:6). Selamat hari Minggu! Amin. (NS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...