Selasa, 16 Oktober 2018

RENUNGAN MINGGU XXI SETELAH TRINITATIS, 21 OKTOBER 2018

APA

DAN 

BAGAIMANAKAH

KITA BERIBADAH?

(Roma 12: 1-3)




Banyak orang beranggapan bahwa dengan mengikuti ibadah di gereja setiap minggu, juga ibadah partangiangan keluarga (persekutuan keluarga) sudah cukup dan sudah memperlihatkan imannya akan Tuhan Yesus, yang walaupun semuanya hanyalah rutinitas belaka. Dan terkadang juga dengan “rajin”nya mengikuti ibadah, ada orang menghakimi orang lain yang tidak turut serta ambil bagian di dalamnya. Padahal kalau kita cermati, apakah yang dapat kita perbuat/lakukan sebagai buah dari ibadah kita. Banyaknya ibadah dalam kemunafikan yang hanya untuk membenarkan diri, menyombongkan iman pun mau mempertontonkan kesetiaannya. 

Dalam hal ini Paulus meminta, agar kiranya dalam ibadah, tidaklah hanya sebatas rutinitas, atau seremonial belaka yang memperlihatkan keindahan tata ibadah, nyanyian, penampilan. Tetapi adalah bagaimana kita mau mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup bagi Tuhan; artinya seluruh totalitas kehidupan kita, kita persembahkan buat kemuliaan Tuhan, termasuk apa yang kita miliki, talenta, karunia-karunia, suara, waktu pun harta milik. Dalam artian bagaimana kita mampu tampil beda dari dunia ini, dalam sikap, perkataan dan perbuatan, kasih, kesetiaan dan kejujuran (bnd. 1 Tim. 4:12 ....”jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu”). Artinya bagaimana kita harus keluar dari kebiasaan dunia ini, tidak sama. Tentu harus ada pembaharuan, berubah untuk hal yang lebih baik, meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering dipertontonkan oleh dunia ini. Bagaimana kita senantiasa mau memperbaharui komitmen iman kita akan Tuhan (bnd. Yosua 24:14-20), melakukan pembaharuan budi/pikiran, pemahaman serta keperibadian kita di hadapan Tuhan. Artinya kehidupannya yang telah mengalami transformasi yang menyangkut sifat dan prinsip hidup yang terwujud dalam  keseharian. 

Ibadah yang sejati akan menghasilkan pola pikir yang sesuai dengan kebenaran Allah. Ibadah yang benar harus dilakukan dengan segala totalitas kehidupan, di dalam roh dan kebenaran. Itulah hidup yang Tuhan inginkan, kehidupan tanpa kompromi dengan dunia ini. Tidak ada iman yang kompromistis, tetapi adalah iman yang mampu memisahkan diri dari dunia ini dan segala apa keinginannya. “Janganlah kamu sama seperti dunia ini, tetapi berubahlah oleh karena pembaharuan budimu.“ Diubah dan mau berubah, bertransformasi, atau bermetamorfose, bergerak dan berubah untuk lebih baik. Pembaruan hidup bukan hanya terjadi pada permukaan, melainkan sampai ke dalam hati, bukan hanya gaya yang berbeda dari dunia ini, tetapi secara hakiki dibaharui untuk tidak sama lagi dengan dunia ini. Anugerah Kristus mendorong seseorang untuk berubah dan berusaha melakukan apa yang berkenan kepada Allah, kerendahan hati sebab dengan itu kita akan lebih berkenan dalam melayani Tuhan, itu sebabnya Allah memberikan kita rupa-rupa karunia untuk melayani dan membangun “Tubuh Kristus.” Selamat hari Minggu. (HS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...