Kamis, 07 Juni 2018

RENUNGAN MINGGU II SETELAH TRINITATIS, 10 JUNI 2018

Tuhan Beri Penghiburan

Dan

Pengharapan

Yesaya 41:14-20



Hidup ini tidak selamanya sesuai dengan apa yang kita inginkan, dan juga kita terkadang tidak begitu mempedulikan setiap dampak dari apa yang kita lakukan/kerjakan atau ucapkan. Terkadang kita hanya mengikuti selera/keinginan kita saja. Baru setelah kita gagal, kita mau menyadarinya, dan minta dukungan untuk sebuah pengampunan (permohonan maaf). Penyesalan selalu datang terlambat, kata banyak orang, untuk itu adalah baik jikalau kita selalu waspada dalam segala tingkah laku kita baik terhadap sesama maupun di hadapan Tuhan (bnd. Amsal 4:23). Penderitaan yang kita alami banyak diakibatkan oleh apa yang kita lakukan.  Seperti halnya dengan Bangsa Israel yang selalu mengikuti keinginan hatinya, mereka meninggalkan Tuhan, dan akhirnya harus terbuang ke Babel, diusir dari tanahnya sendiri dan menjadi budak di negeri orang.

Jikalau kita kehilangan kebebasan hidup, akibat tekanan dari dunia sekitar kita, tentu kita juga akan kehilangan sukacita, motivasi dan semangat hidup. Penderitaan terkadang menyadarkan kita dengan apa dan bagaimana kehidupan kita masa lalu. Sebagaimana bangsa Israel, pembuangan yang mereka alami, menyadarkan mereka akan pemberontakan mereka akan Tuhan, mereka  telah kehilangan kebebasan, kehilangan sukacita dan pengharapan untuk masa depan. Mereka ketakutan dan sepertinya tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, mereka berhadapan dengan kekuasaan dunia. Melihat keadaan bangsa itu, Tuhan hadir dengan menyuarakan pembaharuan. Nabi Yesaya Tuhan utus untuk menyuarakan penghiburan, semangat baru, tentu konsekuensinya mereka harus berubah, bertobat dan menyesali segala perbuatan mereka yang salah di hadapan Tuhan. Tuhan memberi mereka harapan baru dengan menyadarkan kelemahan, ketidakberdayaan mereka, yang disejajarkan dengan cacing; ”Jangan takut hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel. Akulah yang menolong engkau... yang menebus engkau ialah Yang Maha Kudus, Allah Israel” (ay. 14). Tuhan tidak saja akan membebaskan mereka dari Babel, tetapi juga akan memberikan mereka kekuatan dan kesejahteraan, pendampingan dan penyertaan (ay. 13: ” ...Sebab Aku ini Tuhan, Allahmu yang memegang tanganmu...”) dengan mengubah padang gurun menjadi telaga, sungai-sungai akan memancar, menanam pohon ares, pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak, pohon sanobar, pohon berangan dan pohon cemara (18-19). Tujuannya supaya siisi dunia melihat kekuasaan Tuhan yang berdaulat atas seluruh ciptaanNya, kuasa kasihNya atas bangsa Israel, dan melahirkan ketakutan dan kegentaran di antara bangsa-bangsa (ay. 11-12).

Tuhan lebih dahulu mengalahkan ketakutan dan kekuatiran dari dalam diri kita, supaya kita dapat melihat dengan benar bagaimana Tuhan berkarya dalam kehidupan kita, membawa kita kepada perubahan dan pembaharuan hidup untuk lebih layak di hadapan Tuhan. Datanglah kepada Tuhan dengan segenap hati, ketulusan, iman dan cinta kasih kita kepada Tuhan Allah yang menyelamatkan kita.

Hidup tanpa pengharapan akan dibayangi oleh ketakutan, kekhawatiran dan keraguan, akan mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran. Tetapi dengan Firman Tuhan hari ini, kembali menyemangati kehidupan kita (ay. 13 jangan takut hai cacing Yakub, hai si ulat Israel) membangun pengharapan bagi orang yang lemah, putus asa, biarlah masa lalu menjadi kenangan untuk pengharapan yang lebih baik. Amin (HS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...