Rabu, 04 Oktober 2017

RENUNGAN MINGGU XVII SETELAH TRINITATIS 8 OKTOBER 2017

BERBUAHLAH YANG BAIK
(JESAYA 5:1-7)




     Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, panen yang melimpah, para petani akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengolah tanah pertaniannya, memilih bibit yang baik, pemakaian pupuk atau kompos yang benar, membuat aliran air (irigasi). Demikian juga dalam setiap apa yang akan kita kerjakan, kita akan memikirkan bagaimana cara melakukan yang terbaik dan melakukannya dengan sungguh-sungguh. Dengan suatu harapan kita berhasil, memperoleh hasil yang baik. Tetapi bagaimana seandainya apa yang kita kerjakan, kita usahakan ternyata tidak berhasil, seperti pekerjaan/usaha kita tidak dihargai orang lain. Seorang petani yang gagal panen, gagal bukan karena musim dan hama, tetapi ada dalam kualitas dan kuantitasnya, boleh jadi dia akan putus asa bila dia berhitung dengan segala apa yang telah dia kerjakan, waktu, biaya dll, mungkin jadi dia akan putus asa, seseorang yang dengan tulus berbuat baik, bekerja keras, tetapi tidak dihargai oleh orang lain, seorang orang tua yang berusaha untuk mendidik anaknya, menuntunnya ke arah yang lebih baik, mendoakannya, menyekolahkannya ke sekolah ternama, dengan harapan anaknya akan berhasil baik dalam pendidikan, masa depan dan juga dalam iman, akan tetapi anaknya gagal karena tidak mau belajar, tidak menghargai jerih payah orang tuanya juga harapan orangtuanya, apa yang dirasakan oleh orang tuanya? 

     Tuhan berusaha memberikan kita hidup yang terbaik, melindungi kita dari segala apa yang dapat  mengancam kehidupan kita, Tuhan berikan kita aturan (pagar) untuk melindungi kita dari kebebasan liar, Tuhan berikan kita sumber hidup, yaitu Firman-Nya dan perlindungan, tetapi sudahkah kita dapat berbuahkan buah yang baik. Tuhan mengaharapkan dari umatnya, agar senantiasa hidup dalam kebenaran, keadilan dan kasih, akan tetapi apa yang dapat kita lihat, sudahkah hidup kita berkeadilan baik dari kita sendiri  maupun dari orang lain? Sudahkah kita mampu menghargai dan dihargai? Mengasihi dan dikasihi? Itulah yang Tuhan alami dari kehidupan bangsa Israel, Tuhan memberi mereka hidup dan kehidupan, perlindungan, aturan hidup, mereka dibekali dengan Firman-Nya dan keteledanan hidup, akan tetapi apa yang terjadi? Mereka hidup dalam kemunafikan dan kepalsuan, mereka menindas kaum lemah, kebenaran dan keadilan hilang digantikan dengan penindasan akan sesamanya. Peribadahan hanyalah sebuah kepalsuan, mereka mempersembahkan kurban, merayakan hari raya, tetapi hati mereka tidak kepada Tuhan. Mereka menuntut keadilan Tuhan, tetapi mereka tidak hidup di dalam keadilan dan kasih. 

     Jikalau kita merenung, masihkah ada yang kurang yang Tuhan perbuat bagi hidup dan kehidupan kita, atau apakah Allah harus mengalah dan tunduk kepada keinginan dan selera/keinginan hidup kita? Tuhan memberikan kita pengampunan, Tuhan memberikan segala kebutuhan kita, Tuhan menjadikan kita sebagai anak-anak yang dikasihi-Nya. Jikalau kita merenung, apakah kita dapat memahami dan memaknai setiap apa yang kita perbuat hasilkan dalam hidup kita, sudahkah berguna hidup kita bagi Tuhan dan bagi sesama? Sudahkah hidup dan segala perbuatan kita telah dapat mencerminkan iman dan kesetiaan kita kepada-Nya. Berbuahlah yang baik, apa yang berkenan di hadapan Allah yang juga menjadi kehidupanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...