Rabu, 04 Oktober 2017

RENUNGAN MINGGU XVIII SETELAH TRINITATIS 15 OKTOBER 2017

BERSUKACITA DI DALAM TUHAN

(Filipi 4: 1-9)




     Banyak orang berpikir bahwa bersukacita adalah suatu keadaan di mana orang tertawa terbahak-bahak dengan penuh kegirangan karena keberuntungan, karena kesehatan yang prima, penuh canda, tanpa beban atau masalah. Pada umumnya orang bersukacita karena sesuatu yang baik, yang dialaminya. Entah itu gaji naik, kedudukan baru, dan sebagainya. Betul! Rasanya amat jarang ada orang yang bisa bersukacita karena hal buruk yang dirasakannya. Tak ada undangan melakukan pengucapan syukur, karena di Putus Hubungan Kerja (PHK), misalnya. Benarkah demikian? 

     Menarik membaca nasihat Paulus ini, bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Perhatikan ada kata senantiasa (alway) di sana. Apa artinya? Panggilan untuk bersukacita itu seharusnya dilakukan dalam segala hal dan segala keadaan. Paulus ketika menulis surat ini berada dalam penjara. Ia sudah mulai uzur dan punya penyakit kronis, yang disebutnya duri dalam daging (2 Kor.12:7). Ia sedang mengalami kepahitan hidup. Tetapi, di dalam keadaan seperti itu ia tetap belajar bersukacita. Mengapa? 

    Sukacita adalah sebuah keyakinan yang teguh bahwa Tuhan memegang kendali atas kehidupan kita. Karena Tuhan sudah memberikan anugerah yang luar biasa, pengorbanan diri-Nya. Inilah sukacita mendasar dalam kehidupan orang percaya. Orang yang bersukacita itu akan memandang hidup dengan lebih optimis, yakin bahwa Tuhan mendatangkan kebaikan. 

     Filipi 4:1-9 nasihat rasul Paulus kepada dua perempuan, Euodia dan Sintikhe jemaat Filipi. Kedua perempuan ini teman seperjuangan rasul Paulus dalam pekabaran Injil (ay.3b). Di antara mereka terjadi ketidak-sepahaman yang menyebabkan rusaknya kerja sama, dan itu mempengaruhi pelayanan jemaat Filipi! Rasul Paulus menasihati mereka berpikir positif dengan memikirkan semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah (think on=logizesthe) semuanya itu. Renungkanlah, resapilah dan lakukanlah. Jangan dibiarkan cuma singgah, lalu segera terlupakan. Telaahlah baik-baik sehingga sarinya terserap bukan hanya di otak, melainkan sampai ke hati. Maka, hati dan pikiran pun dilingkupi oleh damai-Nya (ay.7,9). Dengan demikian orang percaya menempatkan pikirannya berfokus kepada firman Tuhan. Hiduplah dari hari ke hari dengan iman dan percaya kepada-Nya. Berdoa untuk segala sesuatu, mengucap syukur dalam segala hal, memikirkan dan melakukan perkara yang baik dan benar. Maka damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus. Itulah sukacita abadi. Selamat hari Minggu. Amin. (NS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...