Rabu, 22 Mei 2019

RENUNGAN MINGGU ROGATE, 26 MEI 2019


YA ALLAH,

DENGARKANLAH DOA KAMI!

 (Yohanes 11: 1-13)




K
ebebasan hampir tidak terbatas lagi. Orang berlomba-lomba bersuara paling keras. Era digital malah membuat kekalapan baru yaitu bermedia sosial yang begitu bersemangat hingga mengabaikan etika. Media sosial bukan menjadi sarana untuk saling mempererat hubungan pribadi atau kelompok, bagi sebagian orang justru berwatak asosial, yakni dipenuhi sinisme, agitasi, benci, yang mengancam integrasi sosial. 

Gereja berasal dari bahasa Portugis: Igreja, bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia) yang berarti dipanggil keluar (ek=keluar; klesia dari kata kaleo=memanggil). Gereja adalah kumpulan orang yang telah dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang Tuhan yang ajaib, dengan suatu tugas yang mulia. Gereja sebagai persekutuan orang percaya pengikut Kristus, haruslah penebar kesejukan, mendatangkan kebaikan di mana gereja itu berada. Jangan pernah dijadikan tunggangan oleh pihak-pihak tertentu yang punya agenda tersembunyi melawan firman Tuhan atau jangan justru menjadi kompor yang memanas-manasi. 

Gereja juga sebagai persekutuan dari umat yang selalu tekun berdoa. Di mana doa sering diumpamakan sebagai bernafas secara rohani. Komunikasi atau dialog manusia dengan Allah. Ketidaklancaran kehidupan doa adalah gejala ketidakberesan relasi kita dengan Allah. Kejatuhan manusia ke dalam dosa pada intinya putusnya hubungan dengan Allah. Syukurlah bahwa Allah tetap berhasrat untuk bersekutu dengan ciptaan-Nya. Itu sebabnya Ia mendirikan perjanjian dengan Abraham yang pada puncaknya menghasilkan pendamaian antara diri-Nya dengan umat-Nya di dalam Yesus Kristus. Dengan pendamaian yang Yesus Kristus lakukan, pulihlah relasi kita dengan Allah, terbit pula hasrat kita dengan Allah, kesadaran dan kerinduan untuk berdoa yang melaluinya kita menumbuhkan relasi kita dengan Allah. Dengan demikian, berdoa adalah sesuatu yang jauh lebih dalam dan lebih luas daripada sekadar cara untuk meminta berbagai berkat bagi hidup atau mengalami kuasa Allah atas kebutuhan hidup. Inti dari doa adalah relasi, komunikasi dengan Allah. Doa seperti inilah yang kita jumpai dalam kehidupan para tokoh Alkitab. Seperti Abraham, Musa, Samuel, Daud, Elia, Hizkia, Yeremia, Daniel, Yesus, dan Paulus, doa bukan soal cara, aturan, atau pun formula, tetapi komunikasi yang sangat menentukan vitalitas kehidupan dan karya mereka. Berdoa juga bukan sekedar kebiasaan lima kali atau tujuh kali dalam sehari, tetapi keintiman hubungan dengan Allah. Tentulah dengan kerendahan hati, seorang murid memohon kepada Yesus, "Tuhan, ajarlah kami berdoa…" (ay.1). Bagaimanakah doa Anda? Nafas Anda sajakah yang mendengus di dalamnya, atau terdengar juga nafas bicara Allah di dalamnya? Dalam hubungan yang intimkah Anda dengan Allah? Doa kita hendaknya mencirikan bahwa seluruh hidup kita adalah dari, oleh, dan untuk Allah saja! 

Doa: Ya Allah di dalam Yesus Kristus, Engkaulah Tuhanku! Jiwaku haus kepada-Mu. Aku memuji Engkau selama hidupku dan menaikkan tanganku berdoa hanya demi Nama-Mu. Apabila aku teringat pada-Mu, merenungkan Engkau ya Tuhan sepanjang hariku, Engkau sungguh menjadi penolong bagiku, di dalam naungan sayap-Mu jiwaku bersorak-sorai, karena tangan kanan-Mu menopangku. Amin. 

Selamat hari Minggu!  (NS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...