Jumat, 31 Mei 2019

RENUNGAN MINGGU EXAUDI, 2 JUNI 2019


NILAI

DARI SEBUAH PILIHAN

Daniel 3:21-29

H
idup adalah pilihan dan kesempatan, sebuah kesempatan untuk menentukan masa depan selanjutnya dalam sikap dan perbuatan, dan pilihan kita juga menentukan bagaimana dan siapa kita untuk ke depannya. Banyak tawaran dan pilihan kepada kita, sehingga orang Kristen hendaknya bijak dalam memilih, bijak dalam menentukan sikap dan mampu melihat dan memahami apa dampak dari seluruh kebijakan, pilihan dan keputusan. Tetapi yang pasti kita senantiasa diperhadapkan kepada dua pilihan utama yaitu: ”katakan ya, kalau “ya“ dan tidak kalau “tidak.” Dan pilihan kita memperlihatkan siapa kita sebenarnya, apakah kita memiliki integritas diri yang kuat atau tidak, atau apakah kita hanya untuk mencari keamanan diri. 

Sadrakh, Mesakh dan Abednego diperhadapkan pada dua pilihan oleh Raja Nabukadnezar: Pertama: Menaati perintah Nebukadnesar untk menyembah kepadanya dan kepada ilah-ilah yang mereka sembah dengan jaminan beroleh pengampunan dan keselamatan dari raja. Atau kedua:  menolak tawaran pertama, artinya menolak untuk turut perintah raja dalam masalah iman, tetapi sebagai warga negara yang baik mereka taat hukum, mereka bekerja dengan sungguh demi kemakmuran bangsa Babel. Mereka sadar sebagai umat  tawanan, itu sebabnya mereka bersungguh memperlihatkan apa yang terbaik dalam takut akan Tuhan. Mereka lebih memilih setia kepada Allah dan tetap beribadah kepada-Nya walaupun ancaman hukuman mati menanti mereka, dibakar dalam api yang menyala-nyala. Tentu sebuah pilihan yang sulit bagi seseorang yang tidak memiliki integritas/komitmen, sebab setiap pilihan akan dapat mengubah sikap dan pendirian. Mereka yang lebih mencari hidup aman, tentu akan sejalan dengan apa yang diinginkan oleh dunia ini, tetapi mereka yang akan memiliki hidup yang sesungguhnya, tentu akan mampu berhadapan dengan resiko. 

Sadrakh, Mesakh, Abednego memperlihatkan keteladanan iman yang terpuji, syarat yang sangat menarik tidak dapat mengubah pendirian, sikap dan komitmen iman mereka akan Tuhan Allah. Amarah sang raja tidak menggetarkan hati mereka, sebab mereka lebih takut kepada Allah yang mereka sembah, sebab mereka mengenal Tuhan Allah, dan mereka melihat bahwa kesetiaan iman mereka akan Tuhan tidak akan sia-sia. Kesungguhan iman mereka Akan Tuhan Allah, membuat Raja Nebukadnezar takjub, yang pada akhirnya mengakui kemuliaan Allah. Raja Nebukadnezar melihat segala apa yang diperbuat Allah kepada mereka bertiga, melindunginya dari api (ay.25). Kesungguhan iman mereka membawa Nebukadnezar kepada pengakuan akan kemuliaan dan kemahakuasaan Allah sehingga Raja itu mengeluarkan maklumat kepada seluruh bangsa Babel untuk menghargai, menghormati Allah yang disembah Mesakh, Sadrakh dan Abednego (ay. 28-29). Dan oleh iman dan ketaatan mereka (Sadrakh, Mesakh dan Abednego) kepada Allah, Raja memberikan mereka kedudukan yang lebih tinggi dalam pemerintahan di wilayah Babel (ay. 30). Nebukadnezar juga mengajak seluruh rakyatnya untuk mengakui kemuliaan Allah (Pil. 2:10-11) ”Supaya di dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ”Yesus Kristus adalah Tuhan“ bagi kemuliaan Allah. Untuk itu, sekalipun tuntutan zaman maupun tekanan politik mendesak kita, kita harus tetap setia pada Allah Tuhan kita. Amin. (HS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...