Senin, 11 Februari 2019

RENUNGAN MINGGU SEPTUAGESIMA 17 FEBRUARI 2019




HANYA TUHANLAH 

SUMBER HIKMAT YANG BENAR

(1 Korintus 1: 18-25)





Ada cerita tentang seorang gadis kecil yang dengan bangga mengenakan salib mengkilap di rantai di lehernya. Suatu hari dia didekati oleh seorang pria yang berkata kepadanya, “hai gadis kecil, apakah kamu tidak tahu bahwa salib yang dipakai Yesus mati itu tidak indah seperti yang kamu kenakan? Salib Yesus itu benda kayu yang jelek. Sungguh bodoh memiliki salib yang mengkilap mewakili Yesus. Gadis kecil itu menjawab: "Ya, saya tahu. Tetapi mereka memberi tahu saya di Sekolah Minggu bahwa apa pun yang disentuh Yesus, Dia berubah!” Itulah yang dirasakan banyak orang tentang salib dan tentang Kekristenan. Tentang konsep Tuhan yang datang dan tinggal di antara manusia dan mengorbankan diri-Nya untuk menghapus dosa manusia.

Sekarang ini banyak Pengkhotbah menghindarkan diri dari mengkhotbahkan Yesus disalibkan. Penginjil seperti itu berkata, “Jangan memberi tahu orang-orang tentang salib, itu tidak berhasil. Itu tidak lagi efektif. Katakan saja kepada mereka bahwa Tuhan mencintai mereka dan Tuhan memiliki rencana untuk mereka agar hidup mereka berkelimpahan. Menurut mereka pesan Yesus yang tersalib karena dosa manusia, menggelikan bagi pikiran modern dan tidak efektif untuk pertumbuhan gereja. Jadi mereka beralih ke sesuatu yang menurut mereka lebih baik. Mereka berpikir bahwa Mesias yang disalibkan itu bodoh, tetapi menjanjikan mereka kemakmuran, memberi mereka pengalaman emosional, memberi mereka harga diri.
Setelah mengetahui keadaan jemaat Korintus dari keluarga Kloe, Paulus menuliskan suratnya memperingatkan mereka. Tentang kebodohan manusia, yang mereka anggap sebagai hikmat, dan hikmat Allah, yang mereka anggap sebagai kebodohan. Dan meluruskan perpecahan yang terjadi di dalam gereja Korintus.

Korintus berada di Yunani, tepat di seberang teluk dari Athena, bagian dari kekaisaran Romawi. Orang Yunani jatuh cinta pada filsafat. Mereka memiliki banyak partai filosofis yang berbeda dan memiliki pandangan berbeda tentang manusia dan nasibnya dalam hubungannya dengan dewa-dewi Yunani. Kelompok-kelompok filosofis ini masuk ke jemaat Korintus, dan membawa serta pemahaman dewa-dewi tersebut.

Hal seperti ini terjadi di banyak gereja, juga di HKBP. Misalnya percaya dan menyembah Tuhan, tetapi juga membutuhkan “sumangot-roh nenek moyangnya”. Berlaku seperti itu, mereka menganggap diri bijak dan mendapat tuah. Mereka percaya kepada Yesus sebagai pemberi berkat dan Juru Selamatnya, tetapi juga mempercayai roh nenek moyang sebagai pemberi berkat. Bertobatlah! Hanya Tuhan Yesuslah sumber hikmat kebijaksanaan! Selamat hari minggu! Amin. (NS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...