Kamis, 31 Maret 2016

RENUNGAN MINGGU QUASIMODOGENITI 3 APRIL 2016

Nafas Kita 
Pujian Bagi Nama Tuhan

(Mazmur 150: 1-6)


     Musik adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan irama. Adapun jenis alat musik tersebut dikategorikan Aerophone: kelompok alat musik tiup; Idiophone: kelompok alat musik menggunakan getaran dengan cara ditepuk, dipukul atau digoyang; dan Membranophone: kelompok alat musik membrane dengan cara dipukul atau tabuh. Chordophone: kelompok alat musik memiliki sumber bunyi berupa dawai yang dibentangkan secara kuat antara dua titik tertentu.
Dalam Perjanjian Lama, berawal dari Yubal (keturunan Kain) bapa semua yang memainkan kecapi dan suling (Kej 4:21), bernyanyi diiringi alat-alat musik untuk memuji Tuhan telah menjadi tradisi keagamaan umat Tuhan dalam mengungkapkan isi hati, perasaan dan iman kepada Tuhan.
Dalam Perjanjian Baru para rasul pun menganjurkan menyanyi memuji Tuhan. Misalnya, oleh Paulus kepada jemaat di Efesus dan Kolose (Ef 5:19; Kol 3:16) agar mengajar dan menegur satu kepada yang lain dengan mazmur, kidung pujian dan nyanyian rohani, serta bersorak bagi Tuhan dengan segenap hati. Matius 26:30 mencatatkan apa yang dilakukan oleh Yesus, “Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun”. Dalam Perjanjian Lama dan perjanjian Baru, orang-orang yang sudah mengalami anugerah pengampunan dan pemulihan Tuhan, mampu menyanyi bagi Tuhan.
Tuhanlah satu-satunya yang layak dipuji karena Dia-lah yang bertakhta di dalam cakrawala-Nya yang kuat, dengan segala keperkasaan-Nya, dan kebesaran-Nya yang hebat (ay 1-2). Artinya, semua pujian, ratap tangis, permohonan dan keputusasaan yang disampaikan dalam mazmur-mazmur yang lampau, dan nyanyian orang percaya tidaklah sia-sia. Dia mendengar dari tempat kudus-Nya untuk menjawab semuanya dengan kasih dan kuasa-Nya. Oleh sebab itu, hendaklah pujian yang dikumandangkan bagi-Nya tidak boleh tanggung-tanggung. Segenap umat bernyanyi sepenuh hati seperti orkestra, semua jenis suara, jenis peralatan musik harus dipadukan untuk menyanyikan kemegahan-Nya (ay 3-5). Bunyian, irama dan gerakan tarian pun harus mengekspresikan rasa syukur (ay 4). Jauh lebih penting  “Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN!” (ay 6).
Mazmur 150 ini yang diawali dan diakhiri dengan seruan "Pujilah Tuhan" Dari bahasa Ibrani "HALELUYAH" dari 2 kata: "HALELU” dan “YAH": "HALELU", "Pujilah", Pujian yang ditujukan kepada “YAH" (TUHAN). "YÂH", dari kata "YHWH" (TUHAN). Kata "HALELU" dari kata "HALAL", "memuji". Jadi perkataan "HALELU-YAH" singkatan dari: “HALELU ET-YAHWEH” (PUJILAH TUHAN: Lih; Maz 117:1 Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!). Umat diajak untuk memuji Tuhan diiringi segala macam alat musik. Semua bernafas diajak untuk menggabungkan diri dengan pujian umat itu. Biarlah segala yang bernafas karena TUHAN-lah sumber nafas kehidupan (Kej. 2:7). Bukan hanya para imam dan orang-orang suku Lewi; melainkan seluruh makhluk ciptaan-Nya dari segala zaman dan tempat, bergabung dalam paduan suara besar yang terdiri atas kelompok-kelompok paduan suara ini, bernyanyi Haleluya, Pujilah Allah. (bnd. Wahyu 19:1). Hendaklah segenap pikiran kita menjadi Mazmur, menjadi doa menjadi persembahan kudus, dan nafas kita menjadi pujian bagi nama Tuhan. Selamat hari Minggu.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...