Jumat, 11 Maret 2016

RENUNGAN MINGGU JUDIKA 13 MARET 2016

“Gerhana Mata Hati Total”
(Yesaya 43:16-21)
I

stilah GMT (baca: Gerhana Matahari Total) menjadi salah satu trending topic akhir-akhir ini. Dia ibarat selebriti yang dicari, dinanti, dipuja dan dipuji. Peristiwa yang pernah menyambangi Indonesia pada 11 Juni 1983 tersebut berulang kembali terjadi pada 9/3 tahun ini. Saat gerhana terjadi, posisi bulan tepat di antara matahari dan bumi. Dampaknya, belahan bumi yang tertutupi bulan mengalami kegelapan.
          Berbeda dengan Gerhana Matahari Total yang pernah berlangsung di Indonesia sekitar 33 tahun yang lalu, “Gerhana Mata Hati Total” (GMHT) terjadi di Babel ribuan tahun yang lalu. Jika GMT yang lalu berlangsung sekitar 2-3 menit, tetapi GMHT  di Babel berlangsung selama 70 tahun. Waw, lama sekali ya! Jika Gerhana Matahari Total disebabkan bulan tepat berada antara matahari dan bumi, maka “Gerhana Mata Hati Total” terjadi karena ada “sesuatu” di antara mata hati Tuhan dan mata hati umat-Nya.
          Sebenarnya, apa yang menyebabkan sehingga terjadi GMHT yang sangat lama? Ini pertanyaan menarik. Ada beberapa penyebabnya. Pertama, merasa nyaman di pembuangan. Israel terbuang ke Babel selama 70 tahun akibat dosa-dosa mereka. Kendati terbuang, kehidupan mereka tidak susah-susah amat, tidak sampai ‘maco’ (mangan co mangan). Mereka masih dapat bekerja dan beribadah. Lambat laun mereka sudah merasa lebih aman dan nyaman. Kedua, jarak dan kondisi kampung halaman. Rasa nyaman tinggal di pembuangan mengakibatkan undangan pulang kampung tidak begitu menggoda. Selain jarak Yerusalem yang sangat jauh dari Babel dan kondisinya yang telah porak poranda, mereka takut ‘ATM’ (Ancaman, Tantangan, Masalah) dan ‘THR’ (Tekanan, Hambatan, Rintangan) yang akan dihadapi jika kembali.
          Jemaat Kristus yang terkasih, yang senantiasa berjuang di Tahun Keluarga 2016 ini. Adakah Gerhana Mata Hati Total itu menerpa hidupmu, keluargamu belakangan ini? Jika Gerhana Matahari Total berakhir dengan sendirinya, tidak demikian halnya dengan “Gerhana Mata Hati Total”. Belajar dari pengalaman Israel, untuk mengakhiri GMHT, Allah mengutus Yesaya menggeser penghalang itu dari ‘mata hati’ umat-Nya. Caranya? Pertama, ingat selalu karya Allah di masa lalu. Allah yang Mahakuasa dan Mahakasih yang membebaskan Israel dari Mesir. Dengan mengingat kemahakuasaan dan kemahakasihan Allah, maka selubung kenyamanan itu akan disingkapkan. Kedua, jangan mengingat-ingat yang menyakitkan. Ada yang perlu diingat tetapi jangan semua diingat-ingat. Segala pengalaman pahit di masa lalu termasuk kejahatan dan keberdosaan umat jangan diingat-ingat dan jangan pula diulang-ulang. Ibarat sampah, kepahitan hidup (trauma) masa lalu jangan disimpan dan dibawa ke masa kini.
Ketiga, menjadi umat yang bertanggung jawab. Beritakanlah keselamatan-Nya. Keselamatan itu bukan milik sendiri tapi harus diberitakan dan dibuktikan dalam kehidupan yang membaikkan keadaan. Itulah yang memuliakan Tuhan. Jika itu terjadi, maka “Gerhana Mata Hati Total” pun berakhir. Tiada kegelapan, dendam dan kebencian karena hidup dalam persahabatan. Selamat beribadah. Selamat hari minggu. Pegang teguh janji Tuhan.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...