Jumat, 24 Juli 2015

RENUNGAN MINGGU VIII SETELAH TRINITATIS 26 JULI 2015

Menerima Untuk Memberi 
(2 Rajaraja 4: 42-44)





Di Palestina ada dua laut yang sangat berbeda. Yang satu dinamakan laut Galilea, sebuah danau yang luas dengan air yang jernih dan bisa diminum. Ikan dan manusia berenang dalam danau tersebut. Danau itu juga dikelilingi oleh ladang dan kebun hijau. Banyak orang mendirikan rumah mereka di sekitarnya. Yesus pun berlayar di danau itu beberapa kali. Laut yang lain dinamakan Laut Mati, dan sungguh-sungguh sesuai dengan namanya, segala sesuatu yang ada di dalamnya mati. Airnya sangat asin sehingga bila orang meminumnya orang itu bisa sakit karenanya. Danau itu tidak ada ikannya. Tak ada sesuatu pun yang tumbuh di tepiannya dan tak seorang pun ingin tinggal di sekitar danau itu karena baunya yang tak sedap. Yang menarik tentang kedua laut itu adalah bahwa ada satu sungai yang mengalir ke keduanya. Jadi apa yang membuat keduanya berbeda? Bedanya adalah: Danau yang satu menerima dan memberi; sedangkan danau yang satunya hanya menerima dan menyimpan. Sungai Yordan mengalir ke laut mati, namun tak pernah keluar lagi. Laut mati secara egois menyimpan air sungai Yordan bagi dirinya sendiri. Hal itulah yang membuatnya mati. Karena laut itu hanya menerima dan tidak memberi.



Khotbah minggu ini tentang bagaimana Allah memelihara umat-Nya dan abdi-Nya saat keadaan sulit. Karena Tuhan sudah berjanji menguatkan dan menuntun orang percaya. Sebagaimana pada masa Yusuf (Kej.41:2), pada zaman Klaudius (Kis.11:28), bahkan juga pada akhir zaman (Mat.24:7). 
אֱלִישָׁע - ELISYA artinya “Allah ialah keselamatan” atau “Allah itu Juruselamat”. Saat musim paceklik seorang dari Baal-Salisa  tempat orang penyembah berhala, memberikan berupa dua puluh roti jelai serta gandum baru dalam sebuah kantong kepada Elisa. Ini adalah soal iman (Bil.18:13; Ul.18:4-5). Elisa berhak dan bebas untuk menyimpannya bagi dirinya sendiri, sebagai cadangan makanan selama beberapa hari. Tetapi dia tidak memakai hak dan kebebasannya untuk kepentingannya sendiri. Elisa menyuruh pembantunya untuk membagikannya kepada sepuluh orang yang sedang berkumpul. Dua puluh roti jelai, logika berkata, “Ini tidak cukup!” Benar, secara matematis roti tersebut takkan cukup untuk kebutuhan 100 orang abdi Allah. Namun, Elisa dengan iman  menjawab, “berikanlah kepada mereka!” Mengapa Elisa percaya? Karena imannya percaya kepada Tuhan, yang membebaskan dan memelihara bahkan mencukupkan. Tuhan mencukupkan bahkan melimpahkan apa yang mereka butuhkan pada saat musim kering. Elisa memperlihatkan hal berbagi, hal perduli untuk kepentingan bersama, sebagaimana Allah perduli umat-Nya. Tak diragukan kisah Elisa disempurnakan oleh Yesus, memberi makan lima ribu orang dengan hanya lima ketul roti dan dua ekor ikan (Mat.14:13-21; Mrk.6:32-44; Luk.9:10-17; Yoh.6:1-21). Elisa adalah Tipe Kristus di Perjanjian Lama.
Gereja terpanggil untuk berbagi dan perduli seperti Elisa, seperti Kristus. Ketika rasa berbagi ada, di situ akan ada dan berproses suatu mujizat. Tuhan memampukan gereja-Nya untuk melayani, sebagaimana Tuhan memampukan Elisa dan memampukan Yesus dalam pelayanan-Nya. Gereja yang tidak berbagi akan seperti laut mati, tidak ada ikannya. Tak ada sesuatu pun yang tumbuh di tepiannya dan tak seorang pun ingin tinggal di sekitar danau itu karena baunya yang tak sedap.
Jadilah orang yang senang berbagi karena Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia, supaya gereja-Nya senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan.  (2Kor.9:8). Amin. 


Selamat Hari Minggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...