Jumat, 06 September 2019

RENUNGAN MINGGU XII SETELAH TRINITATIS, 8 SEPTEMBER 2019

Hikmat 

Membawa Kita Kepada Kehidupan

(Amsal 8:12-21)





Hikmat, kepintaran, kecerdasan dan pengertian adalah suatu yang saling berkaitan satu dengan yang lain dalam kehidupan seseorang yang merujuk kepada kemampuan seseorang dalam hal bertindak, memahami segala apa yang tengah dia hadapi, memahami dan mencermati setiap kecenderungan/isu yang tengah berkembang. Dengan hikmat dan pengetahuan dia akan mampu berbuat apa yang terbaik. Dengan memiliki hikmat dan pengertian seseorang akan mampu menegakkan kebenaran hukum dan keadilan (bagi penegak hukum dan keadilan); akan mampu memikirkan kesejahteraan, keamanan dan ketenteraman rakyatnya (bagi para pemimpin bangsa); menghadirkan syalom/sejahtera dari Tuhan dan membangun pengharapan dan sukacita bagi umat yang dilayaninya (bagi pelayan-pelayan gereja); mampu memberikan pengarahan dan pengajaran moral, etika, perilaku (buat para pendidik); menghantar anak-anaknya mengenal firman dan apa yang berkenan di hadapan Allah (bagi para orang tua) Orang yang berkhikmat adalah mereka yang mampu mempergunakan kecerdasan emosional, intelektualnya untuk sebuah nilai yang positif yang berdampak bagi kehidupan orang banyak, mengapa? Sebab banyak orang pintar, orang kaya, para pempimpin tidak mempergunakan kesempatan yang dimilikinya untuk membangun orang di sekitarnya, hanya fokus untuk kepentingan dirinya.

Hikmat (khoh^mah (ibrani); Sophia (Yunani); Kebijaksanaan, Pengetahuan/pengertian, dan hal ini selalu dikaitkan dengan hikmat Salomo yang dimilikinya dari Tuhan (Salomo meminta hikmat dari Tuhan supaya dimampukan memimpin bangsa Israel yang besar 1 Raja 3:5-17). Dalam pemahaman Alkitab Takut akan Tuhan adalah merupakan landasan dari hikmat (Ams 1:7; 9:10); takut akan Tuhan yang disamakan dengan membenci ketidakadilan (8:13). Kata hikmat (khoh^mah) ada tercacat 222 kali disebutkan, dan dianggap salah satu sifat tertinggi di antara orang Israel bersama dengan kebaikan (khesed) ataupun keadilan (tsadikh).


Hikmat dalam perikop ini ditujukan kepada Kristus yang di dalam Dia tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan. Hikmat itu adalah Kristus sendiri yang dinyatakan dalam Firman dalam hati kita, tetapi bukan saja hanya dinyatakan dalam hati tetapi juga Kristus yang dinyatakan dalam diri kita. Hikmat itu adalah Firman Allah yang mencakup seluruh wahyu/pernyataan ilahi. Hikmat Ilahi yang memenuhi segala kahidupan manusia (ay.12 ”Aku Hikmat, tinggal bersama kecerdasan/tinggal bersama dengan kebijaksanaan”). Hikmat orang bijaksana mengerti akan jalannya sendiri, apa dan bagaimana dia berbuat segala kebaikan, bagaimana ia dapat bermanfaat dan berguna bagi orang lain. Hikmat adalah Kristus sendiri, Ia tinggal bersama dengan kebijaksaan, sebab seluruh apa yang Kristus kerjakan adalah merupakan hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia dan di dalamNya Allah melimpahkan kepada kita segala hikmat dan pengertian.

Hikmat Allah memenuhi hati dan kehidupan manusia dengan segala kebaikan dan mengandung rasa takut akan Tuhan; membenci segala kejahatan, membenci dosa dan ketidakbenaran/dusta. Di mana kita menemukan rasa hormat/ takut akan Tuhan, di sana ada rasa ngeri terhadap dosa. Dengan hikmat para pembesar/pemimpin umatnya untuk hidup dalam keamanan dan kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran. Memiliki Hikmat akan memiliki segala kehormatan dan kekayaan melebihi emas dan perak. Untuk itu marilah kita mencari hikmat itu di dalam Yesus yang adalah Hikmat itu sendiri, sebab bagi mereka yang senantiasa mencari hikmat, dan memberikan hidupnya di dalam pimpinan dan tuntunan Hikmat itu sendiri, maka hidupnya akan berharga di hadapan sesama manusia dan di hadapan Allah. Selamat hari Minggu. Amin. (HS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...