Jumat, 05 Juli 2019

RENUNGAN MINGGU III TRINITATIS, 7 JULI 2019


TAAT KEPADA ALLAH:

PENCIPTA, 

PEMILIK DAN PENGUASA SEGALA SESUATU

 (Kisah Para Rasul 17: 22-30)


P
erikop ini pada periode kedua perjalanan penginjilan Paulus di Athena, (kira-kira tahun 50 M), sambil menunggu kedatangan Silas dan Timotius dari Berea. Paulus bertukar pikiran di sinagoga dengan orang-orang Yahudi. Ia juga pergi ke tempat ia bisa menemui warga Athena non-Yahudi, di pasar, atau agora. (Kis.17:17). 

Agora Athena merupakan jantung ekonomi, politik, dan kebudayaan kota tersebut, tempat di mana orang Athena suka sekali berkumpul dan bertukar pikiran. Di sana Paulus menghadapi pendengar yang sulit diyakinkan. Mereka antara lain adalah para penganut Epikuros dan Stoa, dua aliran filsafat yang bersaing. Penganut Epikuros percaya bahwa kehidupan muncul secara kebetulan. Pandangan mereka tentang kehidupan bisa diringkaskan sebagai berikut, ”Tak ada yang perlu ditakuti dari Allah; Tak ada yang dapat dirasakan dalam kematian; Kebaikan dapat diraih; Kejahatan dapat ditanggung.” Penganut Stoa menekankan penalaran serta logika dan tidak percaya kepada Allah sebagai Pribadi. Baik penganut Epikuros maupun Stoa tidak percaya akan kebangkitan yang diajarkan murid-murid Kristus.

Apakah Paulus memperkenalkan allah-allah baru kepada orang Athena? Tidak! Paulus mengatakan, saya perhatikan kalian orang yang taat beribadah. Paulus dengan bijaksana memuji bahwa mereka bersifat religius. Paulus kemudian mengembangkan titik temu dengan menyebutkan bahwa ia telah melihat bukti nyata tentang sifat religius orang Athena, mezbah yang dibaktikan ”Kepada Allah Yang Tidak Dikenal”. Paulus menggunakan keberadaan mezbah itu sebagai jembatan untuk menyampaikan kabar baik. Ia menjelaskan, ”Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.” (ay.23). 

Paulus menuntun pendengarnya dengan cara yang tidak kentara namun ampuh. Ia tidak memberitakan allah yang baru atau asing, sebagaimana dituduhkan beberapa orang. Ia menjelaskan tentang Allah yang tidak mereka kenal. Allah yang tidak ”dilayani oleh tangan manusia seolah-olah ia membutuhkan sesuatu”. “Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.”kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian Manusia.” (ay.25,29 bdn.Kej.2:7). Jadi, Allah, Sang Pemberi, tidak bergantung pada manusia, sang penerima. Paulus berupaya agar nasihatnya tidak terdengar terlalu keras. ”Allah telah mengabaikan zaman kebodohan, sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat.” (ay.30). 

Mereka perlu mencari Allah, mempelajari kebenaran tentang Dia, dan menyelaraskan seluruh jalan kehidupan mereka dengan kebenaran tersebut. Bagi orang Athena, itu berarti mereka harus sadar dan berbalik dari dosa penyembahan berhala kepada Tuhan yang Benar. Doa: Ya Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus! Kami berterima kasih karena Engkaulah Tuhan yang bertindak menyelamatkan kami dari kebodohan dan dosa. Buatlah kami setia kepada-Mu. Amin. Selamat hari Minggu! (NS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...