Senin, 28 Januari 2019

RENUNGAN MINGGU IV SETELAH EPIPHANIAS 3 FEBRUARI 2019

MEMBUKA HATI


KEPADA YESUS

 (Mateus 13: 53-58)






Dalam dunia perbukuan, orang menilai sebuah buku pertama-tama dengan melihat cover-nya. Para calon pembeli hanya bisa melihat cover. Dari cover itulah mereka mencoba membaca isi buku tersebut dan kemudian menentukan apakah mereka akan jadi membeli buku tersebut atau tidak. Cover sangatlah penting. Membuat cover yang menarik, lampiran sinopsis atau gambaran di cover belakang, sangat dianjurkan. Pepatah yang mengatakan, “Don’t judge a book by its cover” tentulah tidak berlaku bagi para pembeli buku.

Namun dalam kehidupan sehari-hari, pepatah lama “Don’t judge a book by its cover” (jangan menilai buku dari sampulnya) memang benar. Artinya, janganlah menilai seseorang  atau menilai sesuatu hanya dengan melihat penampilan luarnya semata-mata.

Seberapa seringkah kita terjebak pada cara berpikir seperti menilai sesuatu hanya dari tampilan luarnya saja? Mengatakan si A itu blablabla… Menyebut si B itu blablabla. Dengan hanya melihat tampilan luarnya. Padahal, melihat dan mengenal kualitasnya belum.

Kejadian serupa pernah dialami Yesus, seperti digambarkan pada Matius 13:53-58. Setelah melakukan perjalanan dan pengajaran (salah satunya memberi khotbah di bukit), Yesus kembali ke Nazaret, kota asal-Nya. Sebagaimana di tempat lain, Yesus pun mengajar di rumah ibadat di kota itu. Tapi apa yang terjadi? Orang-orang di kota asal-Nya, yang tadinya terkagum-kagum, malah berbalik jadi kecewa dan menolak Dia. Mengapa? Sebab ternyata mereka mengenal sosok yang mengajar luar biasa dan berkuasa mengadakan mujizat-mujizat itu adalah Yesus si anak tukang kayu yang miskin dan tak terpandang. “Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?" (ay.55-56). Selanjutnya mereka kecewa dan menolak Dia.

Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya. Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.” (ay.57-58).


Di dunia ini ada banyak contoh orang ditolak (dalam mencari kerja, menjadi calon pemimpin, urusan pernikahan, dan sebagainya) karena status sosialnya, agamanya, relasinya, sukunya, dan sebagainya. Hari ini kita merenungkan tentang misi Kerajaan Surga, bagaimana kerajaan itu dibangun, meluasnya, dampaknya, hingga bagaimana kita harus berespons. Maka kiranya renungan ini mengubahkan konsep berpikir kita untuk dan percaya membuka hati kepada Yesus, dengan demikian kita dapat dipakai menjadi saksi bagi-Nya. Selamat hari Minggu! Amin. (NS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...