Kamis, 09 Agustus 2018

RENUNGAN MINGGU XI SETELAH TRINITATIS, 12 AGUSTUS 2018

Membangun Persekutuan 

Yang Harmonis

(Kolose 3: 12-14)






Sebagai makhluk sosial, sebagai orang beriman tentu kita perlu berinteraksi dengan lingkungan, dengan sesama di manapun kita berada membangun suatu persekutuan yang dengan sesama atau komunitas tentu membutuhkan integritas diri yang baik dan bertanggung jawab, melatih diri untuk mengalahkan ego/kepentingan pribadi, belajar mendengarkan, serta berusaha bersikap ramah. Sebab sikap dan perilaku kita akan menentukan nilai kita di hadapan banyak orang. Dalam hal ini sangat diperlukan keperibadian yang jujur, setia dan bertanggung jawab atau bagaimana kita harus memiliki daya tarik, sehingga orang lain mau berinteraksi dengan kita.

Sebagai orang Kristen kita terpanggil menghadirkan nilai persekutuan dengan semua orang, baik mereka yang tidak seiman dengan kita, sebab dengan itu kita memperlihatkan bagaimana sesungguhnya kehidupan yang diterangi Firman Allah. Sehingga untuk sampai ke perilaku seperti itu, kita juga perlu membenahi diri/tranformasi kehidupan dengan mengidentifikasikan diri kita secara terus-menerus dengan Kristus hingga menyerupai Kristus (Plp. 2:5); seperti misalnya bagaimana kita bisa saling mengampuni satu dengan yang lain jikalau ada kesalahan atau keterlanjuran orang lain (ay. 13b). Mengampuni bukan berarti kita setuju dengan apa yang dia lakukan, sebab kita juga tidak berhak untuk menghakiminya, dengan tujuan agar dengan pengampunan, dengan mengasihinya dia tersadar dengan apa yang telah dia perbuat/memberikan waktu baginya untuk berubah. Juga dengan mengasihi (ay. 14) dan memberikan diri kita senantiasa dipenuhi/diperintah sejahtera dan damai (ay. 15a).

Harus kita sadari bahwa tidak selamanya apa yang baik kita perbuat menurut ukuran kita berkenan bagi orang lain, ada yang tidak setuju, bahkan boleh saja melahirkan sikap kebencian dan permusuhan dari mereka yang tidak senang dengan kita, untuk itu perlu ada kesabaran, kemampuan untuk menahan diri, tidak terpancing dengan gaya hidup cara mereka menyikapi kita, sehingga tetap tercipta komunikasi dengan mereka. Perbedaan yang kita temui mari kita jadikan sebagai karunia yang akan membentuk diri kita untuk lebih baik, lebih bersabar dan penuh kasih. Dengan seringnya kita berkomunikasi boleh jadi akan membawa mereka untuk menyadari siapakah kita dengan apa yang kita lakukan itu adalah dari hati kita yang sesungguhnya. Dengan senantiasa membangun hubungan komunikasi akan terjalin hubungan yang baik, harmony dalam persekutuan. Artinya kita harus berjuang selalu untuk mengalahkan diri/demi sebuah kedamaian dan suka cita bersama, tetapi tetap dalam komitmen jiwa, iman untuk tidak mau serupa dengan dunia ini. Amin. (HS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...