Selasa, 24 April 2018

RENUNGAN MINGGU KANTATE 29 APRIL 2018

BERNYANYILAH

UNTUK KEMULIAAN TUHAN

(1 Tawarikh 16:7-13)




Nyanyian merupakan ekspressi jiwa seseorang yang bernyanyi, sebab dengan nyanyian dia dapat mencurahkan isi hati, pergumulan, sukacita juga harapannya. Nyanyian juga dapat menjadi kesaksian iman seseorang, pengutaraan akan pengalaman hidup. Untuk itu perlu ada kesungguhan dalam bernyanyi, dalam artian bagaimana kita mampu menghayati jiwa nyanyian yang tengah kita nyanyikan. Indahnya sebuah nyanyian, jikalau kita nyanyikan dengan sungguh sesuai dengan jiwa dan makna lagu yang kita nyanyikan, misalnya keharmonisan antara jenis suara (Alto, sopran, tenor, bass) yang menciptakan suatu harmoni yang indah yang akhirnya juga dapat membangkitkan semangat, gairah, reaksi dari setiap orang yang ikut mendengarkan dan menyanyikannya. Bernyanyi dengan nyanyian baru, boleh ada dua makna yang terkadung; seperti menyanyikan lagu baru yang belum pernah dinyanyikan (materi, teks), dan bernyanyi dengan motivasi, semangat, pemahaman yang baru (cara, motivasi, menyanyikannya dan pemahaman).

Ber-Kantate “bernyanyi untuk Tuhan dengan motivasi, semangat, baru, memuji kebesaran kasih dan keagungan Tuhan. Raja Daud mengajak seluruh bangsa Israel untuk bernyanyi dengan sukacita, memuji kebesaran kasih Tuhan yang memulihkan pengharapan mereka, yang menjawab kerinduan iman mereka, di mana tabut perjanjian Tuhan telah kembali ke Yerusalem.

Tabut perjanjian yang adalah merupakan lambang kehadiran Tuhan di tengah-tengah umat Israel. “Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib (ay. 9), menyanyikan segala perbuatan ajaib yang Tuhan perbuat, menyanyikan kehadiran dan campur tangan Tuhan dalam setiap aras kehidupan umat-Nya, menyanyikan kepedulian Tuhan yang mengampuni dan menyelamatkan umat-Nya.

Bagi Daud, adalah mukjizat Tuhan yang sangat luar biasa, bila ia bisa menjadi raja di Israel, bila ia dimampukan mengalahkan Goliat, juga saat dia lolos dari rencana pembunuhan oleh Saul. Daud mengaku semuanya itu hanyalah oleh karena kasih penyertaan Tuhan semata, yang memberikan dia kesempatan untuk mengalami semuanya itu. Itulah sebabnya ia mengobarkan hatinya dan rohnya untuk ber”kantate”, memuji Tuhan.


Puji-pujian akan Tuhan akan keluar dari hati bila kita mengenal dan mengakui perbuatan serta mukjizat Tuhan dalam perjalanan kehidupan kita. Puji-pujian adalah juga merupakan dan menjadi kesaksian iman setiap orang percaya yang mengakui segala perbuatan Tuhan dalam hidupnya. Pdt. Eka Darmaputra, pernah berkata: “Hanya orang yang beriman kepada Tuhan yang bisa bernyanyi (ber”kantate”), sebab hanya dengan pengalaman dan penghayatan iman seperti itulah kita dapat menyanyikan nyanyian baru dan puji-pujian bagi Allah. Menjadi pertanyaan: Masihkah ada pengakuan dan kekaguman kita atas segala perbuatan Tuhan dalam setiap langkah kehidupan kita yang dapat kita nyanyikan? Masihkah ada kita rasakan mukjizat kasih Tuhan yang dapat mendorong iman sukacita kita untuk bernyanyi bagiNya? Berkat Tuhan, mari hitunglah, kau niscaya akan kagum oleh kasihNya, maka kita pun akan dimampukan untuk ber-“kantate” bagi Tuhan. Amin. (HS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...