Kamis, 25 Januari 2018

RENUNGAN MINGGU SEPTUAGESIMA 28 JANUARI 2018

Apa dan Siapakah Kita Ini 

di Hadapan Tuhan?

(Yeremia 9: 23-24)



             
Kesombongan adalah gambaran sebuah kegagalan hidup, gagal memahami dan mengenal diri sendiri, gagal memahami orang lain dan juga gagal memahami nilai hidup serta apa akibat dari semua perkataan, sikap sehari-hari.  Kesombongan juga memperlihatkan kekerdilan moral yang belum bertumbuh ke arah kedewasaan.  Dia hanya berpaut pada apa yang dia miliki, seperti kekuasaan, kekayaan, jabatan, pengetahuan akademis atau titel. Setiap orang yang mempertahankan pola pikir atau gaya hidup seperti ini, lama kelamaan akan ditinggalkan oleh orang-orang yang dekat sebelumnya, atau boleh saja akan dimanfaatkan oleh seseorang. Orang sombong biasanya senang pujian,  yang tanpa dia sadari adalah juga awal dari kejatuhannya.

Berbagai reaksi orang melihat mereka yang selalu meyombongkan diri, ada yang tidak mau tahu, ada yang tersinggung, tetapi ada juga orang yang prihatin. Sebenarnya kalau kita coba pikirkan dan renungkan apakah yang dapat kita sombongkan di dunia ini, apalah kita bila dibandingkan dengan apa yang dimiliki orang lain, kalau kita sudah merasa kaya, seberapkah yang telah kita miliki jika kita bandingkan dengan kekayaan mereka yang lebih kaya? Seberapa kepintaran kita dibanding mereka yang pintar, dll. Kesadaran diri akan membawa kita kepada pengakuan sumber dari semua yang kita miliki, seperti kuasa, jabatan, kekuatan, kekayaan.


Penyebab keterpurukan bangsa Israel adalah kesombongan mereka di hadapan Tuhan, Mereka tidak lagi menghargai Firman Tuhan sebagai penuntun hidup mereka (9:13-14), mereka tidak lagi mengetahui alasan mengapa mereka harus terbuang/ dihukum. Tentu karena mereka tidak lagi mau membuka diri mendengar Firman Tuhan (9:13). Yeremia sangat prihatin dengan kesombongan yang diperlihatkan oleh bangsa Israel yang dia lihat sebagai sumber masalah yang menimpa bangsa itu, sehingga Yeremia mendesak seluruh bangsa untuk meratapi kesalahan mereka, meratapi keadaan mereka yang tengah berada dalam pembuangan dalam penghakiman Allah, memohon pengampunan dari Tuhan, adanya pertobatan massal (9:17-20), agar kiranya Allah berkenan memulihkan keadaan mereka sepenuhnya. Tetapi dengan meratap saja, tidak akan dapat menyelesaikan masalah, mereka harus kembali belajar mengenal Allah dengan benar, mereka harus sadar bahwa kebanggaan terhadap diri sendiri adalah kesia-siaan (9:23) Itu sebabnya Tuhan menegaskan  bahwa jikalau manusia hendak bermegah biarlah mereka bermegah kerena mereka mengenal Tuhan, itu kunci keberhasilan dan keselamatan (9: 23-24). Mereka memerlukan pengenalan akan Allah  sebagai Tuhan yang penuh kasih setia, keadilan dan kebenaran, yang sekaligus mengajak umat-Nya untuk belaku setia, adil, taat dalam kasih dan kebenaran Tuhan. Dengan demikian mereka akan dipulihkan. 

Oleh karena itu sebelum kita dihukum, yang menjadikan kita harus meratap dan menangis, adalah jauh lebih baik kalau kita bertobat, dan hidup dalam kekudusan Allah. Amin. (HS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...