Rabu, 14 Juni 2017

RENUNGAN MINGGU I SETELAH TRINITATIS, 18 JUNI 2017

NILAI DARI SEBUAH JANJI
(Keluaran 19: 2-8)




     Nilai dari sebuah janji atau ikrar tergantung pada sosok atau pribadi mereka yang mengikat janji, yang berikrar. Apakah mereka setia atau mengingkarinya/menyangkalnya. Dan nilai seseorang yang berjanji tergantung dari kesetiaan mereka terhadap apa yang telah mereka sepakati, sehingga barang siapa yang akan mengikat perjanjian harus lebih dahulu mempersiapkan karakter moralnya dalam hal kesetiaan, kesungguhan dan kejujuran, tanpa itu mereka tidak akan bisa hidup dalam apa yang telah mereka sepakati, artinya bagaimana seseorang itu harus mampu mengikatkan dirinya dengan perjanjiannya. Dewasa ini orang semakin cenderung rajin berjanji, akan tetapi juga cenderung mengingkari janjinya. Orang yang sering mengingkari janji atau kesepakatannya dengan orang lain, adalah bukti kekerdilan moral dan merupakan orang yang tidak dapat bertanggung-jawab, yang tidak mampu menghargai apa yang dia katakan pada dirinya sendiri. 

    Tetapi orang yang diberkati Tuhan pasti akan hidup dalam apa yang diimaninya, yang dijanjikannya kepada Tuhan, karena ia takut akan Tuhan. Misalnya orang yang telah sepakat untuk menikah, mereka berjanji untuk sehidup semati, saling mengasihi dan mencintai dan tidak akan mau diceraikan oleh apapun selain oleh maut. Janji itu akan kekal jikalau masing-masing hidup dalam janji yang telah disepakati, karena mau saling menghargai, sehingga berusaha mempertahankan janji itu untuk tetap segar dan baru dalam ingatan dalam hidup, artinya janji itu akan kekal jikalau masing-masing mau mengikatkan dirinya dengan janjinya. 

    Tuhan mengadakan perjanjian dengan umat-Nya, Allah mengikatkan diri-Nya dengan janji-Nya (karat berith=mengikat perjanjian), itu sebabnya Allah senantiasa mengasihi umat-Nya, menerima kita apa adanya, mengingatkan kita apa yang seharusnya harus kita lakukan, di hadapan Tuhan, tidak lain adalah kesetiaan, ketaatan, iman akan Tuhan, mendengar dan melakukan Firman-Nya dan hidup atas firman-Nya, memelihara perjanjian-Nya. Bagaimana kita oleh iman akan Yesus mau mengikatkan diri kita dengan janji kita terhadap Tuhan. (Apakah kita pernah berjanji kepada Tuhan, apakah janji kita dan bagaimana kesetiaan kita akan apa yang telah kita janjikan). 

    Tuhan senantiasa memperbaharui perjanjian-Nya, untuk mengingatkan bangsa-Nya untuk tetap setia kepada-Nya, mengingatkan bangsa-Nya untuk selalu setia melihat apa yang selalu Tuhan kerjakan untuk kehidupan dan keselamatan umat-Nya. Mengutus para hamba-Nya menjadi penyampai pesan, setelah diperbekali dengan apa yang harus dikatakan, dilakukan terhadap umat-Nya. Tuhan menawarkan jalan kehidupan kepada umat-Nya yaitu dengan setia memelihara Firman-Nya (ay 5 ...” jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan Firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sebab Akulah yang empunya seluruh bumi) Kesetiaan akan Firman Tuhan memberikan kita hidup dan kehidupan di dalam kerajaan-Nya. Untuk itu setiap umat-Nya, gereja-Nya terpanggil untuk penyampai pesan Allah supaya manusia dan seluruh isi dunia selamat oleh kasih karunia dan pengampunan Tuhan. (HS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...