Sabtu, 15 Oktober 2016

RENUNGAN MINGGU XXI Setelah TRINITATIS 16 Oktober 2016



Rebut

dan

Miliki

(Kejadian 32:22-31)
 




      Hidup ini mempunyai tujuan yang pasti, dan untuk satu tujuan kita harus berjuang dan bekerja keras, memahami apa tujuan hidup, apa yang tengah kita perjuangkan dan apa yang  tengah kita lakukan, artinya tanpa pemahaman yang pasti dan benar akan tujuan suatu kehidupan, mustahil kita dapat berbuat dengan benar, kita hanya tinggal dalam angan-angan belaka. Kerja keras untuk suatu tujuan yang pasti, demi masa depan yang lebih baik, biasanya dilatarbelakangi kehidupan masa silam, artinya boleh saja kesulitan hidup, kemiskinan, kesusahan ataupun ketidakadilan yang pernah dialami seseorang menjadikan dia termotivasi untuk sebuah kehidupan baru. Semuanya berlaku bukan hanya untuk kehidupan di dunia ini, akan tetapi adalah juga kehidupan yang akan datang.
   
      Adalah Yakub seorang tokoh dalam perjanjian baru yang sering juga disebut seorang penipu, karena dia mampu memperdaya saudaranya Esau hanya dengan semangkok bubur merah, untuk menjual hak kesulungannya kepada Yakub. Esau kehilangan berkat kesulungan karena tidak mampu menghargai keberadaannya, mampu tergoda dengan kebutuhan sesaat, akhirnya kehilangan yang utama dari dirinya. Yakub juga merebut berkat kesulungan dari ayahnya Ishak. Akhirnya dia melarikan diri ke Haran rumah saudara ibunya. Di Haran dia bekerja keras untuk sebuah cita-cita terutama untuk memiliki Rahel putri pamannya, tetapi dia juga mengalami kesulitan karena dia juga ditipu oleh pamannya. Kesadaran membawanya kepada suatu perubahan moral dan perubahan prinsip hidup, kesadaran akan apa yang pernah dia lakukan terhadap orang tuanya juga kepada saudaranya Esau menjadikan dia takut, padahal dia harus pulang ke tanah kelahirannya.

     Di tengah jalan Yakub bergumul dengan ”malaikat Tuhan“ dan ia tidak mau melepaskannya dengan berkata: “Aku tidak akan mau melepaskan Engkau sebelum Engkau memberkatiku“. Suatu tekad untuk memperoleh yang terbaik baginya, berkat dalam kehidupan, bagaimana dia mampu menguasai dan mengalahkan rasa takut dalam dirinya untuk bertemu dengan saudaranya Esau, bagaimana dia takut akan akibat dari apa yang pernah dia lakukan pada orangtuanya dan kepada saudaranya. Memang dia mencoba memberikan semacam upeti pada Esau sebagai tanda permohonan maaf, akan tetapi dia masih takut. Dia haru membuka diri dalam segala kejujuran kepada Tuhan, mengakui siapakan dirinya sebenarnya di hadapan Tuhan, dengan berkata: Saya Yakub“ artinya dia tidak menutupi dirinya dengan kebohongan dan kepalsuan, tetapi dia nyatakan dan akui dengan segala kejujuran, kerendahan hati serta penyerahan diri, itu sebabnya dia beroleh kasih karunia Tuhan, dia diberkati, dia diterima dan disambut saudaranya Esau. Pengakuan Yakub dan permohonan maaf kepada saudaranya Esau melahirkan suatu persekutuan yang baru, mereka dapat melupakan persoalan masa lalu dan meniti masa depan yang lebih baik dalam kebersamaan. Mengakui dosa di hadapan Tuhan, akan melahirkan suatu persekutuan yang baru dengan Tuhan dan juga dengan diri sendiri, mari belajar kepada kehidupan masa lalu, dan berjuang untuk kehidupan yang lebih baik, mampu mengampuni satu dengan yang lain sebab Tuhan telah terlebih dahulu mengampuni kita.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...