Kamis, 06 Oktober 2016

RENUNGAN MINGGU XX Setelah TRINITATIS 9 Oktober 2016




P E M B E R I T A   
S E K A L I G U S   
P E N D E R I T A
(2 Timotius 2:8-15)



H
idup senang, bahagia, dan tanpa masalah, tanpa derita adalah keinginan semua orang. Banyak cara dilakukan untuk tujuan tersebut. Jika penderitaan mendera, sebagaian orang memahaminya seolah sebagai kiamat baginya. Sesungguhnya penderitaan mengajarkan banyak hal kepada kita. Penderitaan membuat manusia lebih kuat, lebih tangguh, dan lebih memahami makna sesungguhnya tentang hidup.
     Penderitaan terjadi bukan tanpa alasan. Allah mempunyai sebuah rencana. Jadi tetaplah berjuang! Jangan pernah takut dan menyerah saat menghadapi penderitaan. Hadapilah bersama dengan Tuhan, maka kita akan semakin bertumbuh dan kuat menghadapi kehidupan selanjutnya. Setelah mengalami penderitaan, disalibkan, mati dan dibangkitkan. Kebangkitan Yesus menjadi sukacita tetapi juga merupakan tugas dan tanggungjawab. Karena Yesus yang bangkit menyuruh murid-murid-Nya untuk pergi memberitakan Injil (Mat.28:19). Rasul Paulus memahaminya sebagai keharusan. “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” (1 Kor.9:16). Memberitakan Yesus yang bangkit, sama dengan “teken kontrak“ untuk menderita (1 Pet.2:21). Kita dipanggil bukan hanya sebagai pemberita, tetapi juga penderita. “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yoh.16:33). Dalam Kisah para Rasul 4:2 Setelah Petrus dan Yohanes mengkhotbahkan kematian dan kebangkitan Kristus, mereka langsung ditangkap. Rasul Paulus (ay.8-9), dan juga para pengikut Kristus gereja mula-mula. Mengikut dan memberitakan Injil Kristus, berarti ikut dalam penderitaan-Nya (ay.12).
     Namun ada orang Kristen yang alergi menderita karena Kristus, mereka menginginkan “kristen enak”. Hanya mengikut Yesus demi makanan, demi kesehatan, demi mujizat. Mereka menginginkan Yesus yang memberi makan 5.000 orang. Yesus yang menyembuhkan, Yesus yang membuat mujizat, Yesus yang membangkitkan. Mereka tidak menginginkan Yesus yang tersalib dan mati. Mereka ini disebut Teologia sukses/berkelimpahan. Yang hanya menginginkan yang enak-enak yang Yesus lakukan. Salib dan penderitaan Yesus mereka singkirkan. (No gain without pain; no crown without cross). Bersama Yesus dalam penderitaan, akan bersama Yesus dalam kemuliaan. Dalam 2 Timotius Paulus mengarahkan Timotius untuk tidak malu menderita dalam memberitakan Injil Yesus Kristus yang bangkit dari kematian. 
     Kita bisa menang hanya karena kita percaya kepada Kristus, dan menjadikan-Nya sebagai pusat hidup kita. Salib, kematian dan kebangkitan-Nya yang membebaskan, kita beritakan. Sudahkah hidup kita berpusat kepada Kristus yang mati dan bangkit, taat dan rela menderita demi memberitakan injil-Nya? Selamat hari Minggu. 
Amin.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...