Jumat, 16 September 2016

RENUNGAN MINGGU XVII Setelah TRINITATIS 18 September 2016



BERJUANG DEMI SEBUAH KEADILAN
(Amos 8:4-7)



     Mengingatkan, menasehati apalagi menegor adalah suatu pekerjaan yang sangat sulit bagi banyak orang, karena harus menerima penolakan dari mereka yang mungkin ditegur. Banyak orang yang tidak lagi mau bersedia dikoreksi, ditegur dan diingatkan, karena mereka sudah “mapan“ dengan kebiasaan hidupnya, tidak lagi menyadari kesalahan itu sebagai kesalahan karena sudah menjadi kebiasaan, mereka merasa harga dirinya tersinggung, merasa dipermalukan, merasa tidak dihormati, sehingga menolak macam ragam teguran. Sehingga sangat sedikit orang yang masih mau berani dengan tegas menegur kesalahan, mengingatkan orang lain, disamping perilaku seseorang yang lebih baik yang selalu cari aman, yang tidak mau ambil pusing dengan segala keadaan, yang pandai “ambil muka“ terhadap seseorang, apalagi mereka yang dianggap berpengaruh di lingkungan itu.
     Pengenalan jati diri yang sesungguhnya adalah merupakan awal pertumbuhan karakter moral yang akan lebih dewasa, siapa yang dapat mengenali jati dirinya yang sesungguhnya, akan senantiasa mendambakan nasihat, teguran, arahan dari banyak orang, sebab dengan demikian dia akan selalu hidup dalam kehati-hatian, memahamai apa yang akan dia lakukan dan katakan, sebab dia rindu akan sebuah perubahan, dia siap dibentuk utuk menjadi pelopor keadilan. Membuka diri pada situasi yang tengah terjadi kepada setiap kecenderungan yang ada, akan memampukan dia untuk melihat dan memilih apa yang terbaik bagi dirinya dan juga oleh imannya.
     Tuhan peduli dengan segala apa yang kita hadapi dan alami, Tuhan peduli sehingga Dia mengutus seseorang untuk mengingatkan, menegur dan menasehati kita agar tidak semakin jauh dari jalan kebenaran. Amos, seorang pengembala domba dari Tekoa, Tuhan panggil menjadi nabi untuk menyuarakan keadilan, mengingatkan para pemerintah yang korup dan juga “pejabat bait Allah, supaya membuka diri melihat keadaan penduduk, mampu menegakkan keadilan, dan kebenaran. Agar para pemerintah mampu membangun kesejahteraan umat, dengan membangun kepedulian sosial. Saat itu keadilan, penipuan telah merajalela, penipuan dagang, baik harga dan kualitas, arogansi kekuasaan si kaya kepada si miskin. Pemerintah yang korup akan menyengsarakan rakyatnya, pemerintah yang korup tidak akan mampu menegakkan hukum dan keadilan karena mereka telah hidup dari hasil penipuan dan korupsi. Mereka hanya dapat membangun diri di atas penderitaan orang lain, dan menerima suap dari pelaku kejahatan. Tidak mampu menindak para pelaku kejahatan, korupsi, penipu, sementara rakyatnya hanya bisa menangis dan menjerit karena penindasan dan ketidakadilan. Tuhan panggil Amos menyuarakan pembebasan, menyuarakan apa dampak hukum yang akan berlaku bagi pemerintah dan pelaku kejahatan, baik kejahatan ekonomi, kejahatan moral, yaitu kehancuran.  Tuhan panggil umat percaya untuk membawa pembaharuan moral, karakter demi sebuah hidup yang lebih baik, membangun kepedulian sosial terhadap yang lain sebab Tuhan juga peduli kepada kita, memberikan yang terbaik bagi kita, mendengar dan melihat pergumulan kita, oleh Firman-Nya kita dikuatkan dan dibaharui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...