Kamis, 08 September 2016

RENUNGAN MINGGU XVI Setelah TRINITATIS 11 September 2016

Yang Bertobat Yang Dipercaya

(1 Timotius 1:12-17)




     Kesetiaan berperan penting bagi sebuah keberhasilan, baik dalam kehidupan pribadi, dalam hubungan bermasyarakat, pun dalam hubungan bergereja. Banyak hubungan yang hancur akibat ketidaksetiaan. Kesetiaan adalah kualitas karakter yang sangat dibutuhkan oleh semua orang. Tak akan pernah ada kesuksesan sejati dapat diraih, tanpa adanya karakter yang kuat. Dari semua karakter, yang menjadi syarat keberhasilan paling menentukan adalah komitmen dan kesetiaan. Dari komitmen dan kesetiaanlah, akan lahir ketekunan, keuletan, kepatuhan, kegigihan dan sikap disiplin. (bdn.1 Tim 4:12). Kesetiaan juga merupakan cermin hati. Ia senantiasa cenderung mengungkapkan hal-hal yang kita sembunyikan dalam hati. Karenanya, kesetiaan bukan sekadar sebuah pernyataan, tetapi mesti dibuktikan melalui: Pertama, ujian Waktu. Ujian ini akan memperlihatkan kualitas ketekunan seseorang. Waktu akan menunjukkan, apakah seseorang cukup setia atau tidak, karena orang yang benar-benar setia adalah mereka yang bertahan hingga akhir. Kedua, adalah Situasi Sulit. Motivasi yang lemah serta sikap mudah menyerah merupakan penyebab utama hancurnya kesetiaan. Oleh karena itu teruslah bertahan menghadapi berbagai badai penghalang saat melalui masa-masa yang sesulit apapun, tetap selalu aktif dan kreatif dalam mencari jalan keluar. Ketiga, ujian yang berbentuk Friksi atau Gesekan. Semakin dekat suatu hubungan akan semakin berpotensi menimbulkan gesekan. “Hau na jonok do masiososan” (dahan pohon yang berdekatan, akan saling bergesekan). Maka dari itu, jangan terlalu kaget saat menghadapi gesekan. Sebaliknya, tetaplah jernih dan bersikap wajar menghadapinya. Karena kesetiaan dapat tetap dipertahankan jika kita mampu menyelesaikan konflik secara benar. Ujian yang keempat, kesiapan untuk “Membayar Harga”. Kesetiaan adalah komitmen kita untuk mempersembahkan sebuah pengorbanan bagi pihak lain. 
     Sebelum bertemu dengan Yesus, Saulus sangat fanatik mengandalkan Keyahudiannya. Ia seorang penghujat, penganiaya dan juga seorang yang ganas terhadap orang Kristen. Banyak orang Kristen yang mati terbunuh di tangan Paulus, salah satunya Stefanus. Semuanya itu telah Saulus lakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Dalam Pejalanan ke Damsyik ia bertemu Yesus yang bangkit dan bertobat. 
     Salah satu Pepatah mengatakan: “Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”. (sekali saja mengkhianati teman, maka untuk selanjutnya Anda tidak dipercaya lagi). Tuhan tidaklah bertindak demikian. Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa termasuk Paulus. Kasih Kristus yang luar biasa itu membawa kembali Paulus dari keadaan sesat dan berdosa menjadi orang benar. Kemudian Tuhan memakai Paulus dengan luar biasa. Paulus melayani Tuhan dan membayar harga yang mahal. Paulus menunjukkan kesetiaannya pada Tuhan, dan Tuhan pun mempercayakan Pekabaran Injil Kristus kepadanya. Hidup Paulus menjadi contoh bagi Timotius dan bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya. Bagaimana dengan Anda saat ini? Dapatkah Anda juga dianggap setia oleh Tuhan untuk mempercayakan banyak hal kepada Anda? Selamat hari Minggu. 
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...