Selasa, 08 Desember 2015

RENUNGAN MINGGU ADVENT II 6 DESEMBER 2015

Selalu Dikenang
(Filipi 1:3-11)



     Desember telah tiba. Suasana banyak tempat mulai berubah. Dari rumah, gereja hingga pusat perbelanjaan pun ikut berbenah. Semarak Advent dan menyambut Natal mulai terasa. Pohon Natal lengkap dengan asesorisnya seperti kapas, lampu kelap-kelip, hiasan bintang, kartu Natal dank ado-kado pohon Natal yang “berisi” sesuatu. Namun bukan itu saja. Penampilan juga ikut dibenahi. Ada yang mandiri, ada pula yang dibantu pihak lain. Jika pihak lain terlibat, maka daftar salon kecantikan langsung muncul dalam pikiran. Tak jarang terjadi, pelanggan rela mengantri, mulai dini hari, demi meng-up grade tampak luarnya (semoga tampak dalamnya juga). Tak ketinggalan seksi konsumsi. Mereka mulai mendaftar paket makanan yang menyenangkan dan mengenyangkan, tentu dengan harga “persahabatan.”  
     Itulah sebagian yang dikenang banyak orang ketika bulan Desember tiba. Namun kita semua setuju bahwa peristiwa Advent dan menyambut Natal bukan sekedar mengenang dan mempersiapkan asesoris serta pernak-pernik yang disebutkan di atas. Itu memang perlu namun bukan yang terutama. Lalu apa yang terutama? Khotbah minggu Advent II ini, sebagaimana topik minggu ini, mengingatkan bahwa hidup suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus (ay.10) harus direnungkan sekaligus dihidupi. Wah, sebuah seruan yang menggetarkan hati. 
     Akan tetapi, bukankah kecenderungan yang terjadi dewasa ini adalah sikap hidup kompromisme dan mumpungisme dengan menyalahgunakan firman Tuhan “Cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati”? Bukankah marak terlihat nilai-nilai keadilan dan kebenaran ditimbang dalam takaran pihak yang berkepentingan? Bukankah perbuatan dan permufakatan jahat yang mirip dengan “Mama minta pulsa”, “Mama minta pelabuhan”, dan “Papa minta saham” sering terjadi? Lantas, apa yang harus dilakukan untuk menggapai hidup suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus? 
    Khotbah minggu ini sedikitnya menekankan dua hal. Pertama, persekutuan yang intens dalam Berita Injil. Paulus mensyukuri karya Injil dalam jemaat Filipi. Sekalipun dia terpenjara, namun kebaikan mereka selalu diterimanya dengan perantaraan Timotius dan Epafroditus. Sekalipun ada semacam perpecahan dalam tubuh jemaat itu, namun mereka berjuang sehati dan sepikir dalam satu kasih, jiwa, dan tujuan (2:2). Dunia ini menantikan Advent (orang Kristen) yang membangun persekutuan intens dengan injil. Bukan sekali atau sekali-sekali apalagi hanya muncul menjelang Natal, melainkan intens (dekat setiap saat) hingga dari Kristus tiba. 
     Kedua, kasih yang melimpah. Apakah persekutuan orang percaya berdampak pada hidup yang saling berbagi, memahami, mengasihi? Atau sekedar mengejar saldo surplus tetapi kasih minus? Kristus adalah Kasih. Hidup di luar kasih berarti hidup di luar Kristus. Persekutuan yang belum bersaksi dan melayani adalah persekutuan yang mati. Dunia ini tidak menantikan Advent yang diisi dengan selfie dan selebrasi melainkan hidup berkontribusi. Itulah persekutuan yang selalu dikenang. Selamat hari minggu dan beribadah. Selamat berkontribusi. Tetap pegang teguh janji Tuhan sebab hanya Dia kekuatanmu. 
                                                              Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...