Minggu, 15 Maret 2015

RENUNGAN MINGGU LETARE, 15 MARET 2015


Jangan Tolak Dia (Ibrani 12:18-29)



K
ita telah tiba di minggu Letare: Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem (Yesaya 66:10a). Baik Israel maupun orang percaya di seluruh dunia, diundang bersuka cita. Bersuka cita bukan karena kondisi yang mapan dan nyaman tetapi karena Tuhan sayang kepada umat-Nya. Tuhan yang agung dan kudus itu mau mendekatkan diri kepada mahkluk yang lemah dan hina, seperti saya dan Anda. Dia berkenan dijumpai bukan hanya di gunung Sinai dan Sion, tetapi juga di dalam doa dan hidup yang berserah.
Lalu apa respon umat terhadap Allah yang sangat bersahabat itu? Khotbah minggu ini berseru, pertama, jangan tolak Dia. Jangan sakiti Dia. Menurut penulis surat Ibrani, penolakan terjadi karena iman orang Kristen, pada saat itu, belum teguh dan tangguh. Padahal dari sudut waktu, sepantasnya mereka telah menjadi guru (5:12-13). Penolakan dalam bentuk ancaman dan penganiayaan membuat mereka rapuh dan runtuh. Namun ada juga penolakan yang berlangsung penuh kelembutan (berisi godaan). Bukankah ribuan tahun yang lalu si jahat juga menggoda Yesus, Anak Allah, dengan berkata, “Semuanya itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembahku” (Mat.4:9). Namun Yesus menjawab, “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti” (Mat.4:10). Dunia memang cerdik bahkan licik dalam menawarkan segala kenikmatan. Dunia bisa saja memberi apa yang manusia inginkan tetapi tak dapat memberikan keselamatan. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? (Mat. 16:26).
Kedua, tekun bersyukur dan beribadah.  Masa lalu yang menyakitkan, masa kini yang banyak penderitaan, penyaniayaan, dan masa depan yang tanpa harapan bisa saja memicu dan memacu penolakan. Akan tetapi orang beriman dipanggil untuk tetap bersyukur dan tekun beribadah. Mengapa? Karena “kita menerima kerajaan yang tak tergoncangkan” (ay.28). Kerajaan di dunia ini sementara. Kemarin atau hari ini dibangun, esok atau lusa bisa saja goncang bahkan hancur dan terkubur. Namun kehidupan yang kekal disediakan Allah, di dalam kerajaan-Nya yang abadi, bagi orang yang setia sampai mati (bukan yang setia setengah mati).
Jika demikian, sepantasnyalah orang beriman senantiasa mengucap syukur dan tekun beribadah kepada Tuhan. Bersyukur dan beribadah dengan cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut  bahkan juga kagum/takjub (‘awe’ dalam Alkitab Today’s English Version, ay.28). Sebaliknya, Tuhan tidak suka terhadap ungkapan syukur dan ibadah yang asal dan sekedar. Akh, mestinya jantung kita berdetak kencang membaca perikop ini. Mengapa? Bukankah ungkapan syukur dan ibadah orang Kristen, sadar atau tidak sadar, berlangsung dengan asal dan sekedar ? Perasaan hormat dan takut serta kagum kepada Allah, hilang dihembuskan roh yang bernama asal dan sekedar? Atau, kalaupun masih ada rasa hormat, takut, dan kagum justru tertuju kepada diri sendiri dan kelompok. Namun, kita bersyukur karena Yosua pernah mengingatkan “tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN” (Yos. 24:15c). Selamat hari minggu. Selamat beribadah dalam hormat, takut, dan kagum serta takjub hanya kepada-Nya. 
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...