Senin, 02 Februari 2015

RENUNGAN MINGGU SEPTUAGESIMA, 01 FEBRUARI 2015




                        Tak Cukup Sekedar Takjub (Markus 1:21-28)



P
ada zaman modern ini, berita baik dan berita buruk langsung cepat tersebar seiring dengan perkembangan teknologi informasi. Apa yang terjadi di satu wilayah di sebuah Negara, langsung tersebar ke wilayah lain di penjuru dunia melalui media cetak atau eletronik seperti koran, radio, tv, youtube, face book, whatsapp, twitter, sms, mms, skype, dsb. Sepertinya, bumi menjadi sebuah “desa kecil”.
Misalnya saja Listeria. Dia bukanlah artis atau aktor, bukan pula pengusaha apalagi penguasa, namun namanya tiba-tiba melejit. Menurut Abdullah Muzi Marpaung, seorang pengajar pada jurusan teknologi pangan Swiss German University, Listeria monocytogenes adalah sejenis bakteri yang memiliki risiko menyebabkan kematian yang paling tinggi. Sekitar sepertiga penderita listerosis (penyakit yang ditimbulkan bakteri Listeria monocytogenes) umumnya akan berakhir dengan kematian. Pada tahun 2011, dari 147 orang yang terserang listerosis, 33 orang dia antaranya meninggal. Berita Listeria langsung tersebar luas karena bakteri itu terdapat dalam buah-buahan, semisal apel Gala dan Granny Smith dari Amerika Serikat, yang diperkirakan juga telah beredar di Indonesia.
Jika kehadiran Listeria telah membuat banyak orang menderita dan merana, namun kehadiran Yesus di sinagoge Kapernaum, ribuan tahun lalu, telah membuat banyak orang takjub kepada-Nya. Berita Yesus mengajar dan mengusir roh jahat tersebar dengan cepat ke segala penjuru di seluruh Galilea. Tanpa ditopang kecanggihan alat-alat teknologi informasi sekalipun, kehadiran Yesus telah memikat dan mengikat hati orang banyak dan banyak orang. Mengapa? Karena Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat, dan roh-roh jahat diperintahkan-Nya serta taat kepada-Nya. Kehadiran Yesus membawa harapan dan perubahan. Yesus mengasihi umat ciptaan-Nya dan tidak berkompromi terhadap roh jahat sebab sekalipun roh jahat sangat mengenal Yesus, namun dia tidak percaya kepada Yesus. Yesus memilih dan mengutus orang percaya bukan menjadi Kristen takjub, terpesona, terlena dan terpana sebab itu masih konsumsi pribadi. Orang Kristen diutus menjadi pemberita Kristus dalam karya nyata, bukan sekedar kata-kata. Itulah hidup yang bermakna.
Desember dan Januari telah berlalu. Meski semarak Natal dan Tahun Baru telah berlalu, namun acara ibadah halak hita masih banyak menunggu di Februari, bulan yang baru. Kita berharap semua ibadah orang Kristen tidak berlalu di atas kertas acara ibadah dan makanan pesta serta sewa gedung yang memakan biaya puluhan hingga ratusan juta rupiah. Kita diutus berkontribusi dalam 2G yaitu Gogo (seperti tenaga, pikiran/ide-ide brilian, waktu, talenta, aksi nyata, dsb? Dan Gugu (seperti dana/iuran) sekaligus menghindari 2G yang sering dilakukan iblis yaitu Guga (manggugai/merusak/mengacau) dan Ganggu (mambahen ganggu/ragu/sangsi). Si jahat acap kali hadir dalam tindakan/pengaruh yang merusak, mengacau dan membuat orang meragukan kehendak Tuhan. Namun kalahkan itu dengan tetap mempercayakan hidupmu kepada-Nya. Selamat beribadah. Tuhan Yesus menyertaimu dalam sudah maupun senang. Amen. 

Selamat Hari Minggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...