Jumat, 27 Februari 2015

RENUNGAN MINGGU REMINISCERE, 01 MARET 2015



Mencari Gagang pada Salib? (Markus 8:31-38)



A
dakah gagang pada salib? Tergantung untuk apa salib itu dibentuk. Kalau salib sebagai asesoris bisa saja dibuat gagangnya atau lubangnya. Tapi salib Yesus tidak bergagang sebab Dia memikul salib, bukan memegang (menenteng) salib. Seperti yang dituliskan Kosuke Koyama, salib tidak memiliki gagang sehingga dapat ditenteng atau dipegang seperti menenteng tas atau memegang rantang yang berisi rendang atau saksang. Lalu, masihkah ada yang tetap mencari-cari salib bergagang? Tentu ada. Sebab dengan gagang, salib terasa ringan. Tanpa gagang, salib terasa berat bahkan menyakitkan.
Yesus memberitahukan para murid bahwa Dia datang ke dunia bukan untuk wisata, studi banding, atau membuat dan menghabiskan anggaran fiktif/siluman. Program kerja-Nya adalah memberikan hidup-Nya untuk menyelamatkan dunia. Sehubungan dengan itu, Yesus meminta para murid dan orang percaya melakukan 3 hal. Pertama, menyangkal diri (“mansoadahon diri”, “deny”, “must forget himself”), pada saat yang sama mengutamakan Tuhan dan sesama. Yesus tidak menyombongkan diri, melainkan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia (Fil. 2:7). Kesombongan, tinggi hati merupakan musuh utama pengosongan diri. Manusia cenderung menonjolkan diri sendiri bahkan lupa diri hingga tega melakukan pembunuhan karakter terhadap sesamanya. Pertanyaannya mengapa manusia sombong, tinggi hati? Jangan-jangan dia lupa bahwa dia hanyalah debu tanah (orbuk). Debu-tanah kok sombong, ya?
Kedua, memikul salib. Bukan memikul koper atau mendorong troli penuh berisi kue Bika Ambon dan bolu Meranti. Betapa enaknya kekristenan seperti itu. Enak, Yes! Capek, No! Namun itulah benih kehancuran. Tidak ada pempimpin besar tanpa pergumulan super-duper besar. Tidak ada pemimpin dunia tanpa pertarungan kelas dunia. Seorang abang yang baik pernah mengingatkan adiknya tentang doa Jenderal Douglas Mac Arthur, pada Mei 1952, masa paling sulit di awal perang Pasific, yang berjudul Doa untuk Putraku. “…Tuhanku, aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan. Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya…” Lalu apakah salibmu terlalu berat?  Johnson Oatman, Jr menjawabnya melalui lagu Bila Topan K’ras Melanda Hidupmu. “Adakah beban membuat kau penat, salib yang kau pikul menekan berat? Hitunglah berkat-Nya, pasti kau lega dan bernyanyi t’rus penuh bahagia!” (KJ No. 439:2).

Ketiga, mengikut Yesus. Kesulitan tidak akan berhenti hanya karena statusku dan statusmu sebagai pengikut-Nya yang sejati. Hambatan dan pertentangan akan menerpa silih berganti. Namun Yesus berkata“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Tapi tidak gratis loh, ada syaratnya. Apa itu? “Pikullah kuk yang Kupasang…" (Mat. 11:28-30). Namun, di sini persoalannya. Mengharapkan kelegaan tanpa mau memikul kuk yang dibebankan, mungkinkah? Bukankah iman kita bersaksi“Meskipun saya susah, menderita dalam dunia, saya mau ikut Yesus sampai s’lama-lamanya” (KJ No.375). Selamat hari minggu & beribadah. 
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...