Jumat, 18 Oktober 2019

RENUNGAN MINGGU XVIII SETELAH TRINITATIS, 20 OKTOBER 2019


BAGAIMANAKAH AKU

HARUS BERIBADAH KEPADA TUHAN

(Yohanes 4:21-26)

Mengubah pola berfikir atau pemahaman seseorang akan sebuah nilai, adalah merupakan suatu hal yang sulit, sebab diperlukan kesabaran, ketabahan dan kelemahlembutan dalam berkomunikasi. Artinya dalam mengubah pola pikir seseorang, akan lebih baik jikalu kita dapat menyentuhnya dengan kasih, yang walaupun di beberapa kesempatan kita harus tegas menegurnya, mengarahkannya serta memanggilnya. Artinya seorang motivator harus mampu menguasai dan memahami masalah yang tengah dia bimbing, memahami cara/pola berfikir dari “kliennya”, mampu membangun rasa simpati kepada kliennya yaitu rasa kepedulian yang kuat. Mengubah pola berfikir tentu juga diperlukan kemampuan kita menjelaskan setiap apa yang akan kita maksudkan. Untuk mangarahkan seseorang itu untuk mau mendengarkan kita, tentu diperlukan cara berkomunikasi yang baik. Boleh jadi perubahan itu terwujud dengan waktu yang lama, artinya perlu beberapa kali pertemuan dengannya.

Yesus bertemu dengan seorang perempuan Samaria, Yesus membangun sebuah komunikasi percakapan dengannya. Di sana terlihat bagaimana perempuan Samaria itu berpegang teguh dengan kebiasaan mereka yang tidak bergaul dengan orang Yahudi (ay.9). Komunikasi Yesus mengubahnya, menyentuh kahidupan perempuan Samaria, sehingga muncul pengakuannya akan apa yang selama ini dia coba tutupi, seperti misalnya kerinduannya akan sebuah kehidupan yang benar, pengakuannya akan masa kelam kehidupannya. Percakapan Yesus dengannya membuahkan sebuah pengakuan baru akan Mesias; dan pengakuan itu Tuhan sambut dengan kasih karunia dengan berkata: ”Akulah Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau“ ay. 26.

Dalam percakapannya Yesus mengubah pola berfikir dan pemahamannya tentang ibadah yang sesungguhnya (nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini....tetapi kamu katakan Yerusalemlah tempat orang menyembah“ ay. 20); Yesus menuntunnya untuk memahami peribadahan yang sesungguhnya kepada Tuhan, tidak pernah dibatasi ruang dan waktu, sebab tempat itu pada akhirnya akan berlalu, tidak hanya ditentukan harus di Yerusalem (21), sebagaimana pemahaman ibadah orang Israel yang memusatkannya di Yerusalem;  tetapi bagaimana ibadah itu diawali dengan sebuah pemahaman iman tentang siapakah yang kita sembah? Kepada siapakah kita beribadah? Allah yang kita sembah, bukanlah Allah yang tidak terjangkau, melainkan Allah yang maha hadir di hadapan setiap orang yang beribadah dengan sungguh dan benar (ay. 26). Yesus membimbing pengenalan perempuan Samaria hingga kepuncaknya, lahirnya pengakuan: ”Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi” (19, 25-26), Pengenalan Yesus adalah Mesias adalah merupakan puncak pemberitaan Yohanes dan tujuan penulisannya akan kitab Injil (20:31); artinya pengenalan perempuan Samaria itu sejalan dengan tujuan penulisan kitab injil ini. Inilah saat yang terindah jikalau ibadah kita dapat menghadirkan/menuntun kita untuk dapat bertemu dengan Yesus; Dan alangkah indahnya jikalau kepada kita Yesus berkata: ”Akulah Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau. Milikilah ibadah yang sejati dan yang sesungguhnya, ibadah yang berkenan kepada Allah, yang mampu menuntunmu bertemu dengan Yesus Juruselamat kita. Selamat hari Minggu. Amin. (HS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...