Jumat, 27 Juli 2018

RENUNGAN MINGGU IX SETELAH TRINITATIS, 29 JULI 2018

Konsekuensi

Dari Sebuah Keputusan Iman

Matius 16:24-28




Segala keputusan  mempunyai konsekuensi yang harus dicermati, untuk itu sebelum kita mengambil keputusan, ada baiknya kita terlebih dahulu memahami apa yang akan kita lakukan. Pemahaman itu akan melahirkan motivasi demi suatu tujuan yang pasti. Keputusan yang akan dilakukan dengan tanggung jawab moral, kesungguhan serta kesetiaan. Dalam artian saat kita mengambil sebuah keputusan, saat itulah diri kita digiring kepada perilaku yang berkenaan dengan keputusan kita. Tentu saja kita akan mempersiapkan diri dalam dua hal yang mungkin ada akibat keputusan kita, boleh saja berakhir dengan suka cita, tetapi boleh juga dengan kekecewaan. Keputusan untuk mengikuti seseorang, tentu mempunyai latar atau motivasi tersendiri, boleh jadi karena ketertarikan kita akan figur yang akan kita ikuti, karakter, sifat serta perjuangan hidupnya. Dan biasanya juga orang yang kita ikuti akan memberikan kita motivasi, arahan, bimbingan serta boleh jadi akan mengutarakan resiko yang akan di hadapi. 

Mengikuti seseorang boleh jadi karena faktor kedekatan emosional, mungkin karena merasa ada memiliki kesamaan. Berbeda dengan kepengikutan kita akan Tuhan Yesus, yang didorong oleh iman percaya kita, dalam pengenalan iman kita dengan apa yang telah Yesus perbuat dalam kehidupan kita. Mengikut Yesus bukanlah didasari oleh perasaan semata, bukan karena terpaksa atau juga bukan karena ada keinginan kita tentang sesuatu, bukanlah supaya kita tenang untuk tidak melakukan sesuatu, bukan didasarkan kepada keadaan (sifat konformismus) tetapi mengikut Yesus adalah pengorbanan, mengikut Yesus adalah salib (penderitaan yang menuju kemenangan dan keselamatan hidup) membiarkan Yesus bekerja dan mengarahkan hidup kita sesuai dengan kehendakNya, bukan mengarahkan Yesus sesuai dengan kehendak kita sebab kita akan mengalahkan keinginan-keinginan daging, harus mampu berhadapan dengan segala resiko akibat penolakkan dunia ini. Mengikut Yesus bukanlah hanya sekedar basa-basi atau supaya kita hidup tenang, tetapi adalah supaya kita memiliki kehidupan yang sesungguhnya hari ini dan hari yang akan datang. 

Tuhan tidak pernah janjikan yang muluk-muluk, atau menjadi kristen enak, akan tetapi  mengikut  Yesus harus mampu menghadapi segala tantangan, kesulitan, penolakkan bahkan kebencian dari dunia ini, sebab dengan itu kita dapat merasakan bagaimana Tuhan campur tangan dalam kehidupan kita, sebab Tuhan akan menyertai, memberikan kita kekuatan, ketabahan serta hikmat memahami jalan-jalan Tuhan. Tetapi perlu juga kita ingat bahwa mengikut Yesus bukanlah untuk mencari penderitaan, tetapi semua itu adalah akibat dari sebuah kesetiaan kita akan Yesus. (HS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...