Senin, 31 Juli 2017

RENUNGAN MINGGU VII SETELAH TRINITATIS, 30 JULI 2017

Mintalah Hikmat dari Tuhan

(1 Rajaraja 3:4-12)


Setiap manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda, alhasil berbeda juga setiap keinginan dan permintaannya sesuai dengan kebutuhan atau selera. Ada orang yang ingin memiliki kekuasaan, kekayaan, jabatan. Akan tetapi kalau kita coba mencermati, boleh jadi apa yang dia miliki tidak dapat mencerminkan kehidupannya yang baik dan benar, sebab ada kecenderungan mereka yang memiliki kekayaan, jabatan, kekuasaan akan memakainya demi kepuasan diri, bukan untuk dipergunakan demi kesejahteraan orang banyak. Misalnya, banyak orang berebut kekuasaan, jabatan, bukan untuk melayani tetapi untuk dilayani, dihormati, disegani, mereka mempergunakan kekuasaannya untuk kepuasan diri, memperlihatkan kesombongan dan arogansi diri, dan bahkan ilmu pengetahuan atau gelar akademis yang dimiliki hanya untuk sebuah kesombongan moral, untuk mendikte orang lain. Menjadi perenungan: seandainyalah apa yang kita miliki seperti harta kekayaan, jabatan, pengetahuan, kekuasaan dapat dipergunakan untuk menolong mereka yang patut untuk ditolong, mungkin damai sejahtera akan terwujud, minimal akan menghilangkan kecemburuan sosial, kasta-kasta dalam masyarakat. Seorang pemimpin yang benar, adalah jikalau dia mampu mengkader atau mempersiapkan orang lain untuk jadi pemimpin kelak. Artinya dia tidak berorientasi pada dirinya sendiri tetapi adalah untuk kelanjutan sebuah pekerjaan. Seseorang akan menjadi bijak tidak ditentukan tingkat pendidikan akademik, seseorang dihargai bukan karena dia memperoleh jabatan atau kekuasaan, kekayaan, akan tetapi seseorang akan dihargai jikalau dia mau menghargai orang lain. Semuanya bisa terjadi kalau masing-masing menyadari, bahwa dia juga membutuhkan dan juga dibutuhkan orang lain, sehingga dia akan senantiasa belajar untuk memahami dunia sekitarnya, dan terutama memahami dirinya sendiri. Seandainya kepada kita ada diberikan kesempatan memilih dan meminta apa saja dalam hidup ini, tentu akan bermacam permintaan dan keinginan kita, walaupun kita terkadang tidak menyadari sebegitu pokok atau bermanfaatkah yang kita minta atau tidak. Raja Salomo memberikan kita contoh keteladanan dalam memilih. Dia sadar akan ketidakmampuannya memimpin Israel yang diketahui bangsa yang bebal dan sulit diatur. Dia belajar dari raja pendahulunya (Daud, Ayahnya); artinya dia mengetahui kebutuhannya setelah dia pelajari dan amati kecenderungan manusia yang akan dia pimpin. Akhirnya Salomo meminta hikmat, dan kebijaksaan, bukan harta, bukan panjang umur atau kekuasaan, sebab dengan berhikmat dia akan mampu menjawab setiap persoalan yang dihadapi bangsanya, dan dengan hikmat dia akan mampu memberikan suatu keputusan, baik hukum maupun moral: Maka berikanlah kepada hambaMu ini hati yang paham menimbang perkara untuk menghakimi umatMu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup mmenghakimi umatMu yang besar ini“ (ay 9). ...maka sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hikmat dan pengertian (ay 11-12). Jadilah orang yang berhikmat dan orang yang takut akan Tuhan. Syalom. (HS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...