Jumat, 24 Maret 2017

RENUNGAN MINGGU LETARE 26 MARET 2017

Memilih dan Terpilih

(1 Samuel 16:1-13)




     Partai-partai politik berusaha untuk mencari calon pemimpin pilihannya untuk menduduki suatu jabatan tertentu, baik itu di lembaga legislatif maupun pemerintahan. Banyak proses atau metode yang mereka pergunakan untuk menjaring bakal calon yang  mereka ajukan kelak, baik dari kalangan partainya sendiri maupun dari luar partai. Untuk melahirkan seorang pemimpin yang berkualitas, terkadang diadakan uji kelayakan, pendidikan semacam diklat dll. Akan tetapi tidak selamanya berjalan sesuai dengan aturan, sebab terkadang boleh jadi ada calon tiba-tiba yang bukan anggota partai maupun simpatisan, tetapi karena banyak uang, mampu membayar persyaratan yang diajukan partai, atau kalau mereka termasuk kepada publik figur, seperti artis, pengusaha, atau aktor lain. Dan sering juga terjadi partai politik tidak begitu mempersoalkan latar belakang seperti mental kejujurannya demi sesuatu kepentingan. Ada yang melihat dari penampilan, gaya berbicara, kemapanan ekonomi. 

     Pertarungan politiknya juga terkadang berbeda seperti alasannya untuk mau dicalonkan, ataupun mencalonkan diri, boleh jadi seseorang itu karena dicalonkan atas keputusan bersama, akan tetapi ada juga yang menawarkan diri dengan harus memenuhi segala ketentuan yang diberlakukan. Boleh jadi mereka punya alasan atau motivasi serta tujuan yang berbeda-beda, ada yang benar-benar untuk mengabdikan dirinya, ada untuk merebut kekuasaan, dan juga menjadikannya sarana untuk memperkaya diri, yah... entahlah apa juga yang mereka pikirkan dan lakukan setelah terpilih. Untuk mencapai semuanya itu, si calon berusaha dengan berbagai cara untuk menyakinkan konstituennya, baik melalui pemberian bantuan dana, tebar pesona. Akan tetapi jikalau pemilihnya secara konsekuen dan jujur melihatnya, secara psikologinya boleh jadi orang yang ingin kekuasaan dan jabatan akan mampu melakukan berbagai hal, bahkan menghalalkan berbagai cara demi tujuan termasuk kampaye hitam, suap dan sogok. 

     Proses pergantian kekuasaan dari Saul ke Daud juga terjadi atas pilihan dan yang memilihnya adalah Tuhan sendiri, artinya Tuhan mempersiapkan hambaNya yang akan ditugasi melayani umatNya dan membawanya kepada kebenaran Allah. Membawa keamanan, kenyamanan dan kesejahteraan, bedanya bukan umat yang memilih dan menentukan, bukan umat yang mencalonkannya walaupun Isak mau mencalonkan anak-anaknya yang lain, tetapi pilihan Tuhan berbeda dengan pilihan manusia. Tuhan ingatkan Samuel untuk tidak melihat dari paras atas sisi luarnya (ay. 7, jangan pandang parasnya atau perawakannyamanusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati)  Tuhan juga tidak melihat seberapa banyak kurban persembahkan yang sudah diberikan Saul (15:22, Tuhan lebih menyukai sikap yang kedengar-dengaran akan FirmanNya ketimbang kurban. Tuhan menetapkan pilihannya kepada Daud, mengurapinya melalui Samuel, menetapkannya sebagai pemimpin baru menggantikan Saul yang sudah semakin melupakan Tuhan. Artinya, Tuhan akan senantiasa mempersiapkan seseorang yang akan memimpin umatNya ke dalam sejahtera, hanya saja saat ini pilihan itu melalui kita, bagaimana kita melihat dan mengenal calon pemimpin, apakah dia takut akan Tuhan? Ataukah hanya dari segi rupa, atau karena kita membenci calon lain, atau ada sesuatu kepentingan yang tersembunyi. Pilihan kita menetukan masa depan, pilihlah hidup bersama Tuhan, pilihlah untuk lebih setia dalam segala hal supaya kita diberkati dan banyak orang yang terberkati karena apa yang dapat kita lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...