Kamis, 16 Februari 2017

RENUNGAN MINGGU SEXAGESIMA 19 FEBRUARI 2017

Berbuat Lebih
Dari Biasa

(Matius 5: 38-48)











S
ebelum menjadi negara maju seperti sekarang, Amerika banyak melakukan perang saudara, dan perbudakan. Salah satu persoalan pemicu perang tersebut, adalah masyarakat pendatang seperti dari Inggris, Perancis, Spanyol, Belanda dan Jerman yang berwarna kulit Putih datang ke Amerika Utara mendesak penghuni setempat yang sudah ada sebelumnya.  Antara Selatan dan Utara selalu berperang merebut lahan untuk pertanian dan peternakan demi mencari kemakmuran, mendapatkan kebebasan beragama, serta untuk memperluas kekuasaan negeri asal mereka dan membangun imperium baru. Pada suatu saat pihak Utara mengadakan resepsi untuk menyepakati bahwa orang Selatan adalah musuh yang harus ditaklukkan dan dimusnahkan. Tiba-tiba dalam rapat tersebut seorang bernama Abraham Lincoln, berkata: ”Orang Selatan adalah manusia yang melakukan kesalahan dan bukan musuh yang harus dimusnahkan. ”Seorang nyonya tua, yang patriot dan bersemangat, menegurnya Lincoln berkata: “Mereka musuh yang harus kita hancurkan!” Kenapa nyonya? Tanya Lincoln, ”Apakah saya tidak menghancurkan musuh bila saya menjadikan mereka sahabat-sahabat saya?” Sejak saat itulah orang Amerika Utara tidak memusuhi orang-orang di Selatan Amerika. Kemudian hari Abraham Lincoln terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Lahirlah sebuah bangsa baru, yang didirikan berdasarkan kebebasan yang menjunjung tinggi pengakuan bahwa semua manusia diciptakan sederajat. Perbuatan Lincoln tersebut berangkat dari khotbah Yesus di Bukit.

Bangsa Israel memiliki hukum Taurat yang menjadi dasar perilaku mereka sejak zaman nenek moyang keluar dari tanah Mesir menuju Kanaan. Hukum Taurat berkata apabila seseorang menyerang orang lain dan menghilangkan satu nyawa dari padanya maka sebagai hukuman. “… Nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.(Kel.21:23-25). Hukum ini disebut hukum pembalasan-setimpal (Lex Talionis/The Law of Retaliation), juga terdapat dalam kitab hukum Hammurabi, Raja Babel pada tahun 2285-2242 SM. Hukum ini pada dasarnya awalnya mencegah pembalasan yang berlebihan. 

     Tuhan Yesus berkata: “Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.” (ay.38 Bdn. Kel.21:24; Im.24:20; Ul.19:21). “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” (ay.39). Yesus memberi hukum baru (Anti-Lex Talionis), pengajaran keras melebihi yang umum diajarkan para guru Taurat. Hukum kasih dan pengampunan, berupa ajakan untuk tidak membalas dendam, tetapi mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Inilah standard yang Tuhan inginkan, berbuat lebih dari biasa. 

     Kasih Allah Bapa di dalam Yesus Kristus dengan kekuatan Roh Kudus adalah satu-satunya penolong memampukan kita mengubahkan seorang musuh menjadi seorang teman. “One enemy is too many, a hundred friends is to few” (Seorang musuh terlalu banyak, seratus teman terlalu sedikit). Kita harus memiliki sikap hidup sebagai anak Bapa yang penuh dengan kasih. Selamat hari Minggu. 
                                                      Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...