Rabu, 29 Juni 2016

RENUNGAN MINGGU VI Setelah TRINITATIS 3 JULI 2016

Saling berlomba berbuat baik

(Galatia 6:7-16)




Mungkin karena ego yang berlebihan sehingga terkadang kita menganggap remeh akan pertolongan orang kecil, kita menganggap bahwa kita tidak butuh pertolongannya, kita merasa kuat dan mampu. Atau boleh saja karena gengsi sehingga malu mengaku lemah. Kalau kita coba ingat kisah dua makhluk kecil semut dan burung. Semut yang diselamatkan seekor burung saat terhanyut dibawa arus air dengan menjatuhkan sehelai daun; juga  pada saat yang lain, semut menyelamatkan si burung dari seorang pemburu dengan menggigit kaki si pemburu, Artinya bagaimana mereka saling berusaha untuk menolong, menyelamatkan satu dengan yang lain. Mengingat kebaikan dan berusaha untuk membalas kebaikan itu dengan kebaikan. Mereka tidak memandang status, tapi yang utama adalah keselamatan mereka yang ditolong. Mereka tidak saling membiarkan, tidak saling menyalahkan, tidak begitu mempertanyakan penyebab kesulitan yang tengah mereka hadapi, yang pasti dan utama adalah berbuat kebaikan.
Kecenderungan dunia adalah saling menyalahkan, saling menghakimi, menganggap rendah orang lain apalagi jikalau kita melihat diri kita sebagai orang besar, dan mampu, padahal saat kita menghakimi atau mencari-cari kesalahan, menuduhkan sesuatu kepada orang lain, boleh jadi perasaan batiniah kita tidak aman, akan tetapi selalu kita tutupi demi sebuah kata gengsi, itu terpaksa dan harus dilakukan. Perbedaan bisa terjadi karena perbedaan sudut pandang atau pemahaman akan sesuatu hal yang tengah dipergumulkan, perbedaan pemahaman itu pasti ada  karena kita mempunyai cara pandang tersendiri, akan tetapi bagaimana perbedaan pemahaman itu untuk dapat semakin membangun kebersamaan dan penilaian kita akan orang lain. Bagaimana perbedaan itu tidak memisahkan satu dengan yang lain, tetapi saling membangun dan menguatkan (2 Kor 8:14-15; Plp 2:3-4). Penilaian yang salah melahirkan keputusan dan tindakan yang salah, artinya jikalau kita salah menilai hidup seseorang, kita akan menentukan keputusan yang salah, akan tetapi jikalau kita mencoba menghargai dan menerimanya apa adanya kita akan mempunyai kekuatan untuk saling membangun, kemampuan untuk saling menolong dan memotivasi, mengarahkan dan menuntun kepada suatu pemahaman dapat melahirkan sukacita (Gal 6:2).
Dalam perjalanan kekristenan, kita boleh berbeda memaknai firman Tuhan, misalnya mengenai baptisan atau sunat atau tanda-tanda lahiriah. Kwalitas iman kita tidak terletak pada tanda-tanda lahiriah tadi tetapi adalah perbuatan baik, kerendahan hati, kesungguhan dan ketaatan akan Tuhan (Gal 6:15). Kwalitas seseorang juga tidak pernah dinilai dari status sosialnya, akan tetapi bagaimana ia dapat menjadi berkat untuk sesamanya. Untuk itu selagi hari masih siang, selagi kita masih punya kesempatan, selagi kita masih hidup  marilah kita berbuat baik, sebab jika sudah berlalu kita tidak akan dapat melakukannya lagi (Yoh 9:4; Gal 6:10). Kesempatan si burung menjatuhkan sehelai daun menyelamatkan nyawa si semut, dan kesempatan si semut menggigit kaki si pemburu menyelamatkan nyawa si burung, kesempatan berbuat baik bagi sesama akan menyelamatkan hidup banyak orang dan itulah tandanya kita sebagai manusia yang telah dibaharui. Yesus telah melakukan semuanya itu keselamatan kita. 
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...