Sabtu, 21 Mei 2016

RENUNGAN MINGGU TRINITATIS 22 MEI 2016

               “Aku Pergi untuk Kembali”
                              (Yohanes 16: 12-15)



B
ukan perpisahan yang kutangisi namun pertemuan yang kusesali,” salah satu ungkapan lama yang sering terucap saat perpisahan. Perpisahan menimbulkan beragam rasa karena banyak mengukir kenangan bermakna. Bahkan dalam salah satu peribahasanya, orang Batak mengekspresikan nada kesedihan akibat perpisahan itu dengan ungkapan “Manuk ni pea langge hotekhotek laho marpira. Sirang maraleale lobi sian na matean ina.” Lagu yang kita nyanyikan pun menuturkan perasaan senada “Molo adong tingki pajumpang, ingkon adong tingki marsirang. Hansit na i laho marsirang, ala rosu ni na mardongan…” (SDJ. No. 805:1).
Demikian juga rasa sedih menyelimuti hati para murid tatkala Yesus berkata, “tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku…Sebab itu hatimu berdukacita” (ay.5,6). Akan tetapi menurut Yesus “…adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab…jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (ay.7). Tiga tahun lebih melewati suka dan susah, tiba saatnya mereka akan berpisah. Berbeda dengan perpisahan kebanyakan orang, perpisahan Tuhan Yesus dengan para murid-Nya supaya Roh Kudus datang dan menyampaikan segala sesuatu yang dikehendaki Bapa (ay.13-15). Yesus pergi untuk kembali di dalam Roh-Nya.
Akan tetapi luka traumatis yang belum sembuh membuat para murid sulit memahami misi Yesus. Yesus yang mengalami penolakan, tragedi berdarah di Getsemani dan Golgota ikut memperkeruh keadaan. Ditambah lagi percekcokan di tengah-tengah para murid mengenai kedudukan yang lebih utama. Semua keadaaan itu di satu sisi menunjukkan kelemahan para murid namun di sisi lain menunjukkan keagungan Kristus. Dia, Sang mesias tetap memahami mereka dengan berkata, “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya” (ay.12). Yesus memahami keterbatasan murud-murid-nya. Dia menjanjikan penolong, Roh Kebenaran, yang memimpin mereka ke dalam seluruh kebenaran (ay.13). inilah kabar baik di minggu Trinitatis ini. Dia hadir dan memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah yang memahami. Dia memahami kedukaaan, ketakutan para murid. Dia mengutus Roh kudus untuk mendampingi mereka. 
Jemaat Kristus yang terkasih, yang senantiasa setia merayakan Tahun 2016 tahun keluarga HKBP. Masih adakah kosa kata dan dampak kata “Allah memahami” dalam hidupmu/keluargamu? Saat ini, tatkala firman Tuhan menyapamu, apakah engkau/keluargamu sedang menghadapi keadaan yang menyulitkan dan membingungkan? Apakah keragu-raguan sedang menggerogoti dan menggelisahkan hatimu/rumah tanggamu? Apakah engkau/keluargamu merasa minus dipahami sementara engkau/keluargamu berjuang agar tetap surplus dalam memahami orang lain? Bertahanlah dan bersujudlah di hadapan Kristus yang senantiasa memahamimu. Roh Kudus menopangmu. Selamat hari minggu. Selamat beribadah.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...