Senin, 31 Agustus 2015

RENUNGAN MINGGU XIII SETELAH TRINITATIS 30 AGUSTUS 2015

Awas, Kristen Suam-suam Kuku 

(Wahyu 3:14-22)


Jemaat Laodikia adalah salah satu jemaat yang menerima surat Wahyu. Jemaat tersebut mendapat penilaian terburuk dari Tuhan Yesus. Kecaman Yesus terhadap jemaat tersebut sungguh keras “jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku…engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang” (ay. 16-17). Dimuntahkan dari mulut Tuhan? Jangan sampai deh. Apakah sebabnya sehingga Tuhan Yesus memberi predikat Kristen suam-suam kuku terhadap jemaat Laodikia, bukan Kristen tangguh?
Sebenarnya, banyak kelebihan yang membuat kota Laodikia terkenal. Beberapa di antaranya, pertama, sebagai salah satu pusat perdagangan pada zamannya, sudah dapat dipastikan bahwa uang yang beredar di Laodikia sangat banyak. Kedua, penghasil wool yang bermutu. Industri wool yang sangat terkenal di Laodikia adalah Trimita. Tidak heran jikalau harganya yang mahal ikut mendongkrak status sosial pemakainya. Jemaat Laodikia pun banyak menggunakan wool tersebut saat beribadah di gereja. Ketiga, produsen obat salep. Laodikia juga terkenal dengan industri farmasi penghasil obat salep mata dan telinga yang mujarab. Banyak orang yang mengalami kesembuhan setelah menggunakan obat salep tersebut.
Akan tetapi, serangkaian kehebatan, kemakmuran, dan kebanggaan Laodikia itu justru membuat penduduknya dan jemaatnya menjadi tinggi hati. Mereka tidak merasakan ketelanjangan dan kebutaan rohani karena prestasi dan gengsi. Stabilitas ekonomi dan keamanan menjadi tujuan. Bagaimana dengan hidup peribadahan? Ya, suam-suam kuku. Tidak panas, tidak dingin. Dikatakan tidak percaya, tidak. Tetapi, dikatakan percaya juga tidak. Sesungguhnya mereka rajin beribadah, memberi persembahan, perpuluhan, dan ucapan syukur. Bagi mereka, tanggung jawab orang Kristen hanya itu. Tidak lebih. Memang, pendapat gereja Laodikia meroket tajam, namun vitalitasnya (semangat, greget) melorot drastis. Sekedar menggelinding.
Pengalaman demian bukan tidak mungkin merebak di zaman modern ini. Bukankah hidup yang mapan dan keadaan tanpa gangguan yang berarti, sering membuat hidup beribadah kurang bergairah? Ditambah lagi kemajuan zaman seakan membuat segala sesuatu serba mudah dan murah diraih. Banyak orang terpikat dengan tawaran dan jawaban teknologi yang semakin hari semakin canggih dan menggoda. Dampaknya, manusia tak lagi mendengar pintu hati yang diketuk Tuhan. Jika itu terus terjadi, bukan tidak mungkin tegoran dan hajaran Tuhan datang kembali.
     Iman Kristen bukan anti kemajuan zaman, kekayaan, kehormatan (hasangapon), inovasi, dst. Justru kekristenan dipanggil hadir dan berkontribusi sehingga umat manusia semakin beradab di zaman yang terus berubah, selamat hari Minggu. Selamat beribadah. Pegang teguh janji Tuhan! Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...