Minggu, 16 Agustus 2015

RENUNGAN MINGGU XI SETELAH TRINITATIS 16 AGUSTUS 2015

Tak lupa Kacang akan Kulitnya


Ibrani 13: 1-15





Biasanya kita mendengar ungkapan “seperti kacang lupa akan kulitnya.” Ungkapan itu menggambarkan sikap seseorang yang lupa asal-usulnya, lupa budi baik, jasa seseorang yang membesarkannya, dst. Namun, tidak sedikit pula orang yang tetap mengingat asal-usulnya, budi baik atau jasa-jasa orang yang membesarkan. Seperti untaian sebuah lagu, “Dan bila aku berdiri, tegak sampai hari ini, bukan kar’na kuat dan hebatku…Semua karena cinta…T’rimakasih cinta.” Sebahagian orang mengganti kata “cinta” dalam lagu tersebut dengan kata “Tuhan”. Betul sekali, semua karena Tuhan! Mereka-mereka itulah yang disebut seperti “Tak lupa kacang akan kulitnya.” Lalu apakah yang dapat  diperbuat orang-orang yang telah merasakan cinta Tuhan?
Firman Tuhan yang disampaikan penulis surat Ibrani mengajak “Peliharalah kasih persaudaraan!” (Keep on loving one another as Christian brothers). Perintah tersebut diberikan bukan pada saat orang Kristen sedang aman dan nyaman, melainkan pada situasi hidup terancam karena iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Pada waktu itu, karena kuasa Injil Tuhan, semakin banyak orang yang percaya kepada-Nya, termasuk orang Yahudi. Akan tetapi bagi komunitas Yahudi, jika seseorang meninggalkan keyahudiannya dan menjadi pengikut agama lain, termasuk agama Kristen, maka yang bersangkutan akan dikucilkan dan dikeluarkan dari komunitas Yahudi. Selain itu, mereka juga akan terus diburu dan dibunuh oleh para penguasa. Lalu, jika kekristenan dianggap sebagian orang tidak dapat memberi jaminan, bukankah tidak sedikit orang yang tergoda untuk meninggalkannya?
Di tengah-tengah ancaman seperti itu, perintah untuk tetap memelihara kasih persaudaraan, terus berkumandang. Dari siapa orang percaya belajar memelihara kasih persaudaraan? Pertama, tokoh Alkitab. Tokoh-tokoh seperti Abraham, Ishak, dan Yakub, adalah sebahagian pribadi yang namanya tetap terukir indah di dalam Alkitab. Mengapa? Karena iman mereka kepada Tuhan. Mereka menjalani hidup dalam berserah diri meski gelombang pergumulan tak kunjung berhenti. Kedua, pengalaman iman secara pribadi maupun bersama. Pengalaman menyenangkan ataupun menyakitkan, menyimpan berjuta makna. Jika terus digali, dia dapat menjadikan pribadi yang terlatih.

Ketiga, Yesus Kristus setia. “Baik kemarin, hari ini, sampai s’lamanya, Yesus Kristus tak berubah, puji nama-Nya…” demikian penggalan sebuah lagu. Dia telah mempersembahkan hidup-Nya untuk menyelamatkan manusia. Memang banyak tokoh iman yang diceritakan Alkitab, namun mereka juga memiliki keterbatasan. Akan tetapi Yesus Kristus melampui para tokoh tersebut. Di dalam Kristus segala sesuatu telah disempurnakan. Demikianlah ketiganya menjadi pegangan orang percaya untuk semakin mengandalkan Tuhan dalam hidupnya sehingga tak lupa kacang akan kulitnya. Selamat beribadah. Selamat hari minggu. Pegang teguh janji Tuhan! 
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...