Kamis, 25 Juni 2015

RENUNGAN MINGGU IV SETELAH TRINITATIS 28 JUNI 2015


Berdiam Diri Menanti Pertolongan Tuhan, Adalah Baik! 

(Ratapan 3: 22-33)




 "Diam adalah emas." Begitu populer adagium bijak ini di telinga kita, dan diterima mentah-mentah oleh sebagian orang. Secara umum, mereka yang memilih untuk lebih baik 'diam'  berpikir, dengan diam setidaknya masalah dapat diredam dan tidak semakin membesar. Dengan diam banyak hati yang terselamatkan dari luka, dan berbagai alasan lainnya, yang pada intinya untuk menciptakan zona nyaman.”  Tapi ternyata, sering dalam diam, ada bara yang disimpan, membakar hati, menumpulkan rasa. Betapa sebuah kediaman, lebih potensial melahirkan kondisi yang tidak nyaman dan sehat. Kediaman boleh lebih melanggengkan kesewenang-wenangan dan kecurangan. Kebisuan lebih memungkinkan lahirnya syakwa sangka, saling curiga dan berujung fitnah. Berbicara boleh jadi jalan keluar untuk memulihkannya. Bagi Yeremia, “diam” adalah benar-benar emas. Karena saatnya Tuhan menolong!
Akibat ketidaksetiaan kepada Allah. Kerajaan Yehuda telah ditinggalkan penduduknya menderita sengsara karena perbudakan yang berat, jalan-jalan ke kota Sion diliputi dukacita, karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada. Kehancuran Yerusalem menjadi kesedihan mendalam bagi bangsa Yehuda, dan juga bagi nabi Yeremia. Bait Allah yang menjadi simbol kehadiran Allah di tengah-tengah umat Israel juga turut hancur, dan bangsa tersebut diangkut ke pembuangan di Babel. Nabi Yeremia sendiri turut di dalamnya. Kitab Ratapan merupakan ungkapan kesedihan yang amat dalam atas kehancuran Bait Allah dan Yerusalem dan atas dosa pemberontakan bangsa Isreal.
Yeremia menyadari bahwa semua yang terjadi adalah hukuman atas dosa dan ketidaksetiaan umat. Bangsa tersebut sangat perlu menyadarinya dan bertobat. Hingga akhirnya mereka mengakui bahwa kasih setia Tuhan tidak pernah berakhir. Dalam penderitaan dan berada dalam pembuangan, kasih setia Tuhan tidak pernah berhenti bahkan selalu diperbaharui setiap hari. Inilah penghiburan yang memberikan pengharapan bahwa sekalipun Yerusalem sudah hancur, kasih setia dan kebaikan Tuhan akan senantiasa berlangsung, dan berharap akan masa depan yang lebih baik yang akan Tuhan berikan. Ini menegaskan sifat Allah yang tertulis dalam Yehezkiel  33: 11 ”… Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup.” Pertobatan adalah jalan satu-satunya untuk bisa menerima dan mengenal Kasih Allah.
Merenungkan kasih setia Tuhan, kita membutuhkan suasana yang tenang, berdiam diri untuk berdoa, khususnya bagi kita yang senantiasa dalam rutinitas di kebisingan kota. Tuhan Yesus sendiri ketika hendak bersaat teduh, ia mencari tempat yang sunyi untuk berdiam diri berdoa (Mrk 1:35). Ketika kita beribadah, marilah dengan tenang berdiam diri merenungkan kasih setia Tuhan, untuk menemukan hadirat Tuhan dalam ibadah, di sela-sela kebisingan dan hiruk pikuk kehidupan. Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.” (ay.26).
Oh, jangan pernah lupa bahwa Yesus juga diremukkan dan diam seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian. Dia harus mengalami penghancuran, bukan karena apa yang dia lakukan, tapi karena dosa kita. Bahkan anak Allah yang kudus tidak dikecualikan dari sakit dan penderitaan yang dialaminya karena terpisah dari Allah dikarenakan oleh perlanggaran kita. Fakta bahwa juruselamat kita yang kudus dan benar diremukkan adalah suatu tanda unggul bagi kita, para pendosa, tentang betapa pentingnya bagi kita untuk meninggalkan apa saja yang menghadang kita dari bergantung sepenuhnya pada Allah untuk menjalani hidup yang benar. Hanya Kristus Tuhan yang adalah kasih setia Allah yang sanggup mengeluarkan kita dari dosa, dari sorga mulia Dia turun ke dunia. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa (Roma 12:12). Amin.
Selamat hari Minggu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...