Rabu, 24 Juni 2015

RENUNGAN MINGGU III SETELAH TRINITATIS 21 JUNI 2015

Bukalah Hatimu untuk-Ku
(2 Korintus 6:1-13)


     
     Bukan hanya ijazah palsu yang mengganggu, para rasul palsu pun telah mengganggu sejak ribuan tahun yang lalu. Di kota Korintus, para rasul palsu tampil untuk menyerang rasul Paulus. Masa lalunya sebagai mantan penganiaya orang Kristen, sering dijadikan sebagai alasan untuk menolak Paulus. Bukan hanya itu, dia dianggap tidak layak sebagai rasul karena tidak memiliki lisensi seorang rasul. Dia dituduh tidak memiliki kecakapan dalam hal karunia karismatis, pengalaman spiritual sebagai seorang rasul, tidak konsisten dalam menepati janji, kurang cakap dalam berkata-kata (11:6; 12:1; 12:13,16 dyb). Tuduhan-tuduhan yang disampaikan para rasul palsu tersebut sangat mempengaruhi orang Korintus dalam menerima kabar baik yang disampaikan Paulus. Menyikapi keadaan itu, ada 2 hal yang disampaikan Paulus kepada orang Korintus dan semua orang percaya di sepanjang masa agar senantiasa membuka hati untuk Allah.
     Pertama, menghargai kasih karunia Allah. Adalah kasih karunia jika Allah mengutus Paulus ke Korintus dan kota-kota lainnya. Demikian juga dengan para pemberita Injil lainnya yang menyampaikan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Penerimaan maupun penolakan terhadap Injil Kristus sangat mempengaruhi kualitas kehidupan di suatu tempat. Jika Injil diterima maka kerajaan Allah yang memerintah di tempat tersebut (Rom 14:17). Sebaliknya, jika ditolak maka kerajaan dunia yang menguasainya. Apakah kasih karunia Allah padamu? Kesehatan, pengharapan, firman-Nya, pengampunan, hidup kekal, dll. Kasih karunia itu harus dipertanggungjawabkan (Mat.25:23). Jika tidak, Allah bisa saja memberi kasih karunia-Nya kepada yang lain.
Kedua, menghidupi status sebagai hamba (budak, pembantu, pelayan) Allah. Apakah status hamba Allah? Sabar (marbenget ni roha, marlambas ni roha)! Sabar dalam hal apa? Dalam segala hal: dalam penderitaan, kesesakan, kesukaran, dst (ay.5-10). Dalam kesabaran selalu melekat sifat ketaatan (pangoloi) kepada Allah. Paulus sabar di tengah pahit getirnya pelayanan. Mengapa dia harus sabar? Sebab Allah juga sabar terhadap umat-Nya. Tujuan kesabaran-Nya adalah untuk membawa banyak orang kepada pertobatan (Rom 2:4). Kesabaran itu tampak dalam pendekatan yang variatif. Terkadang, Paulus menggunakan kalimat yang keras, terkadang pula dia menggunakan kalimat seperti berbicara kepada anak-anak (ay.13).
Sama seperti Paulus, demikianlah hendaknya setiap orang percaya menghargai kasih karunia Allah dan hidup sebagai hamba Allah. Hal itu dilakukan bukan untuk pencitraan, mempromosikan ataupun mempopulerkan diri melainkan “…supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (4:7). Sehingga, Allah saja yang dimuliakan dan kita dimampukan bertahan. Jika demikian, semakin banyak hati terbuka untuk-Nya. Selamat Hari Minggu, selamat beribadah. Tuhan Yesus memampukanmu dalam suka dan derita.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...