Sabtu, 30 Mei 2015

RENUNGAN MINGGU TRINITATIS, 31 MEI 2015


Perjumpaan yang Menyadarkan

  (Yesaya 6:1-8)



Adakah orang Kristen yang pernah menyadari bahwa ibadahnya tak mengubah sifat dan perilaku hidupnya? Atau pernahkah menyadari  bahwa dosanya, persembahannya hanyalah rutinitas semata? Hal itu pernah dialami bangsa Israel. Allah sendiri, melalui nabi Yesaya, yang mengatakannya. Israel sangat aktif dalam perayaan ibadah hari-hari besar. Mereka juga rajin berdoa dan mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan. Tetapi anehnya, Alkitab mencatat bahwa perbuatan tercela pun tetap mereka lkakukan (1:11-17). Dengan kata lain rutinitas beribadah dan aktivitas kekejian dan kengerian berbanding lurus. Memang rajin berdoa dan rajin beribadah, namun rajin pula melukai hati sesama dan Allah. Sepertinya, ibadah yang hanya manis di bibir saja.
Di tengah keadaan seperti itulah, Allah menampakkan diri-Nya kepada Yesaya dalam sebuah penglihatan, sebagaimana teks khotbah minggu ini. Perjumpaan itu menyadarkan kembali bahwa, 
Pertama. Allah itu Kudus. Bait Allah pun disebut sebagai bait kudus. Artinya dikhususkan untuk Allah. Oleh karena kasih Allah maka orang berdosa diperkenankan masuk ke dalam kekudusan-Nya. Oleh karena itu hormatilah kekudusan Allah dan hiduplah dalam kekudusan karena hidupmu adalah ibadahmu. Dengan demikian masih tegakah menduakan Allah?
Kedua, mengenal diri. Setelah melihat kemuliaan Allah. Yesaya berkata, "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir,….(ay.5). Sangat menarik melihat terjemahan kata “Celakalah aku” dan  “Sebab aku ini seorang yang najis bibir” dalam Alkitab Bahasa Simalungun menjadi “bursik ma ahu!” dan “jolma parbibir na mabutak do ahu.” Betul-betul perjumpaan yang menyadarkan akan ketidaklayakan diri di hadapan Allah. Hal yang sama juga pernah dilakukan seorang pemungut cukai ketika masuk bait Allah. “Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” (Luk.18:13). Tidak ada nada kesombongan. Mengapa? Karena kita adalah orbuk (debu tanah). Orbuk kok sombong?
Ketiga, bersedia diutus. Karena kasih Allah, orang yang sadar diri dan mengahargai kekudusan-Nya akan dipilih dan diperlengkapi-Nya. Apakah kita adalah pilihan Allah atau yang dibiarkan Allah terpilih? Musa, Yosua, Daud, Salomo, Yesaya adalah sebagian orang pilihan Allah, namun Saul dibiarkan Allah terpilih. Apa misi Allah kepada Yesaya? Allah mengatakan “Patangkang ma roha ni bangso on, jala mingori pinggolnasida, jala pitungi matanasida,… unang muba manang malum hilalaonna.”(ay.10). Terkadang Allah mengutus anak-anak-Nya ke tengah-tengah situasi, kondisi yang tidak nyaman. Apakah orang Kristen sadar bahwa banyak orang yang diutus Tuhan untuk memberitakan pertobatan? Namun sepertinya banyak yang tidak perduli. Mengapa? Semoga bukan karena “nunga dipatangkang Debata roha i?.”  Selamat beribadah. Selamat hari Minggu. Tuhan Yesus memberkati.
                                                      Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...