Selasa, 05 Mei 2015

RENUNGAN MINGGU KANTATE, 03 MEI 2015



Hidupmu adalah Nyanyianmu kepada Tuhan
(Mazmur 47:2-10)





 “Adakah nyanyian baru yang dapat kupersembahkan bagi-Mu, Tuhan? Bukankah hidupku sering mendukakan hati-Mu?” demikian pergumulan seorang ibu tatkala mendengar seruan minggu Kantate “Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan,” dalam sebuah ibadah di gereja. Pergumulan sang ibu adalah pergumulan banyak orang di dunia ini. Ketika seseorang bertemu dengan Tuhan dalam menyusuri lereng dan lembah kehidupan, ia diperhadapkan dengan keterbatasannya sekaligus ketidakterbatasan Sang Pencipta.
N
yanyian baru adalah nyanyian yang dinyanyikan dengan baru, dimaknai dengan baru. Nyanyian rohani adalah ungkapan hati yang disampaikan kepada Tuhan yang lahir dari perenungan yang mendalam tentang eksistensi diri yang rapuh dan Allah yang  tidak terbatas dan tangguh. Pertemuan antara Allah yang suci dan manusia yang penuh noda, sering kali menghasilkan nyanyian yang dinyanyikan dengan tetesan air mata. Yah, air mata penyesalan dan pertobatan.
Pemazmur berseru “Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!” (ay. 2). Mereka bertepuk tangan, mengelu-elukan Allah dengan sorak-sorai karena merasakan kedahsyatan Allah (ay. 3). Bagi mereka, Allah adalah Raja seluruh bumi (ay. 8). Peristiwa keluarnya Israel dari Mesir dan tangan Allah yang menuntun mereka tiba di Kanaan, selalu dikenang sebagai kedahsyatan dan kemahakuasaan Allah. Sampai-sampai Yohanes yang terbuang di pulau Patmos pun menerima wahyu bahwa para martir, di akhir zaman, akan menyanyikan nyanyian Musa dan Anak Domba (Wahyu 15:1-4). Sebuah lagu, yang dari sudut waktu, telah melebihi ribuan tahun lamanya. Jadi persoalannya bukanlah usia sebuah lagu melainkan pemaknaan terhadap lagu itu yang membuatnya baru dan berbeda.  Jika demikian, tak cukup hanya tangan yang bertepuk, mulut yang bersorai-sorai bagi Allah, tetapi segenap hati, jiwa dan akal budi manusialah yang memuji Allah (Mt 22:38-40). Tak jarang terjadi, manusia hanya memuji Allah dengan syarat dan ketentuan berlaku. Mengapa? Hari ini, jam ini, di tempat ini memuji Allah, setelah itu? Akh, entahlah. Tapi, bukankah Tuhan Mahatahu? Tak ada yang tersembunyi bagi-Nya.
    Apakah dalam setiap ibadah yang Saudara tekuni, Saudara masih mengingat pengalaman pribadi di masa lalu yang kini membuat Saudara semakin takjub akan kehebatan Allah? Atau apakah Saudara dalam setiap pujian, ibadah yang Saudara ikuti, masih mengingat peristiwa masa lalu yang membuat Anda justru merasa takjub dan kagum dengan kehebatan dan kemampuan Anda sendiri? Apakah kita masih merasakan kedahsyatan Allah dan menjadikan Allah sebagai Raja dalam hidup kita (Kol.3:15)? Atau jangan-jangan kita telah membiarkan yang lain (harta, takhta, dst) menjadi raja baru dalam diri kita? Jika Yesus, Rajaku, maka aku harus taat tanpa syarat kepada-Nya. Hidup yang taat adalah nyanyian baru bagi Tuhan.
    Selamat hari Minggu, selamat beribadah. Tuhan Yesus memampukanmu dalam suka dan derita.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...