Jumat, 17 Oktober 2014

RENUNGAN MINGGU XVIII SETELAH TRINITATIS Matius 22:15-22


RENUNGAN MINGGU XVIII SETELAH TRINITATIS

Yang Wajib Kita Berikan Kepada Allah Matius 22:15-22



Bertanya karena tidak mengerti atau supaya semakin mengerti, tentulah lumrah. Pertanyaan orang-orang Farisi bermaksud untuk menjebak Yesus. Mereka mulai menyapa Yesus dengan kata penuh hormat dengan harapan Yesus akan berbicara secara bebas dan terbuka: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. (Mat. 22:16). Kalimat ini langsung dilanjutkan dengan sebuah pertanyaan dilematis: Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" (Mat. 22:17). Dalam theokrasi bangsa Yahudi, YHWH (Yahweh) adalah Raja bangsa Yahudi dan sebagai tanda akan hal tersebut mereka harus membayar pajak untuk Bait Allah. Akan tetapi sejak diturunkannya Arkhelaus (putera Herodes Agung) dari takhtanya pada tahun 6 M, ada satu pajak lagi, yaitu bagi perbendaharaan kekaisaran. Pajak yang disebutkan belakangan ini mengingatkan orang-orang Yahudi dari masa ke masa akan ketergantungan mereka pada Roma.
Orang-orang Saduki membayar pajak Roma ini tanpa banyak pertanyaan, orang-orang Farisi membayar pajak itu dengan setengah hati, orang-orang Zelot (militan) samasekali tidak membayar pajak tersebut, karena membayar pajak untuk kepentingan Roma tersebut mereka pandang sebagai suatu penyangkalan terhadap theokrasi Allah.  Walaupun pajak tersebut relatif tidak besar, pembayaran tersebut dapat dipandang sebagai suatu pengakuan terhadap penguasaan Roma atas umat Allah, sehingga dengan demikian menjadi suatu pertanyaan keagamaan. Kekaisaran Roma cukup cerdik untuk memperkenankan para penguasa bonekanya membuat mata uang logam dari tembaga/perunggu, sedangkan Roma sendiri membuat uang logam perak (seberat 3,85 gram) yang dinamakan dinar (Latin: denarius; Yunani: dènarion) dan di atasnya tertera tulisan dan gambar Kaisar Tiberius.
Orang-orang Herodian bertanya apakah (1) diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar, dan apabila diperbolehkan, (2) apakah seseorang harus membayarnya. Mereka berpikir pertanyaan itu akan menjadi sebuah dilema bagi Yesus: Apabila Yesus mengatakan “tidak”, maka Dia melawan para pendukung Herodes dan terlebih lagi melawan penguasa Roma; maka dengan senang hati orang-orang Farisi dan para pendukung Herodes itu akan menggiring Yesus kepada  penguasa Romawi. Namun apabila Yesus mengatakan “ya”, maka Dia adalah seorang pengkhianat bangsa Yahudi.
Yesus membuat para lawannya menjawab sendiri pertanyaan mereka. Yesus minta diperlihatkan mata uang logam yang digunakan untuk membayar pajak. Ia sendiri tidak mempunyainya, namun para lawannya mempunyai uang logam tersebut dengan gambar Kaisar Tiberius. Yang mau menjebak Yesus sekarang menjadi pihak yang terjebak, karena ada sebuah hukum tak tertulis yang mengatakan bahwa uang siapa yang kugunakan berarti pemerintahannya kuakui dengan sukarela maupun tidak.
Bagian pertama pertanyaan para lawan Yesus tentang kebaikan moral membayar pajak kepada Kaisar dijawab oleh Yesus dengan mengatakan: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar” (Mat. 22:21). Hal ini tidak bertentangan dengan kewajiban kita terhadap Allah: “dan (berikan) kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Mat. 22:21). Jawaban penuh hikmat ilahi tersebut membuat mereka heran - merasa bodoh sendiri lalu diam-diam pergi meninggalkan Yesus (lihat Mat. 22:22). “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar” berarti bahwa setiap orang harus mempunyai keprihatinan tertentu terhadap kesejahteraan sosial-politik negaranya dan harus taat sebagai seorang warga negara. Pemerintah juga harus melaksanakan  suatu tanggung-jawab yang berasal dari Allah. Memberikan kepada Allah apa yang menjadi hak-Nya merupakan suatu hal yang senantiasa lebih penting daripada memberikan kepada Kaisar apa yang menjadi miliknya. Mengapa? Raja Babel pada jaman Daniel mengaku: "Sesungguhnyalah, Allahmu itu Allah yang mengatasi segala allah dan yang berkuasa atas segala raja (Daniel 2:47)
Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja! (1Ptr. 2:13-17). Inilah nasihat-nasihat bagi para penguasa, bagi pemerintahan dan para rakyat. Nasihat-nasihat tersebut sangat relevan untuk situasi negara dan bangsa kita Republik Indonesia yang sejak 20 Oktober 2014 nanti, setelah melewati suka duka politik di tanah air ini, memiliki Presiden dan wakil Presiden ke 7. Amin. ?
Selamat Hari Minggu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...