Senin, 06 Oktober 2014

MINGGU XVI DUNG TRINITATIS 05 OKTOBER 2014 Yesaya 5:1-7



MINGGU XVI DUNG TRINITATIS 05 OKTOBER 2014
Yesaya 5:1-7

Coba kita bayangkan jika pohon buah-buahan dari bibit terbaik yang kita tanam, dan rawat sebaik mungkin tidak menghasilkan buah yang lebat dan manis! Pasti ada kekecewaan, tetapi apakah kita berhenti pada kekecewaan? Renungan minggu ini Yesaya 5:1-7 tentang bagaimana perasaan pemilik kebun ketika pohon buah-buahan dari bibit terbaik yang ditanamnya, dan telah dirawat sebaik mungkin tidak menghasilkan buah yang lebat dan manis tetapi justru menghasilkan buah yang asam.
Kehidupan bangsa Israel, seperti kebun anggur yang telah di berikan perawatan yang maksimal, yang menggambarkan bagaimana Allah telah berlaku untuk menjadikan Yehuda bangsa yang benar dan produktif. Tetapi bangsa tersebut tidak menghargai semua perbuatan Tuhan, mereka gagal menjadi apa yang diinginkan oleh Tuhan, karenanya bangsa tersebut terancam binasa. Seperti seorang tukang kebun membinasakan kebun mereka yang tidak menghasilkan buah yang baik.
Nabi Yesaya mengilustrasikan bangsa Israel sebagai kebun anggur. Yesaya sebagai penyair kisah ini melambangkan dirinya memiliki “kekasih” yang memiliki kebun anggur. Siapakah kekasih Yesaya itu? Dia adalah pemilik kebun anggur. Tuhanlah pemilik segala sesuatunya, dan yang di maksudkannya sebagai kekasih adalah Tuhan. Anggur adalah tanaman yang sangat dikenal oleh orang Israel, dan sangat diminati setiap umat yang hidup di zaman itu, anggur juga dipahami sebagai lambang berkat Tuhan, bahkan dalam pesta-pesta, mereka tidak bisa kekurangan anggur. (bdk. Yoh 2:1-11)
Cerita tentang pemilik kebun ini diangkat oleh Yesaya untuk menggambarkan bagaimana serius dan bertanggungjawabnya pemilik kebun untuk mengusahai kebunnya. Ia memilih lokasi “di lereng bukit yang subur”, Ia mencangkul dan membuang batu-batunya dan menanaminya dengan bibit pilihan. Batu adalah salah satu tantangan bagi tumbuhan untuk bertumbuh dengan baik, karena di samping tidak dapat di tembus oleh akar (menghambat pertumbuhan akar) dan juga mengurangi zat hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan.
Kesaksian Alkitab menyatakan bahwa “Tanah Kanaan yang berlimpah susu dan madu” adalah tanah yang diberikan oleh Tuhan bagi umat Israel ketika Dia memanggil Abraham keluar dari kampung halamannya, inilah yang di juluki dengan bukit Zion atau di nats ini dikatakan dengan lereng bukit yang subur. Tuhan sendiri yang menyiapkan tanah itu supaya dapat memberikan kehidupan. Istilah “pokok Anggur pilihan” kesaksian Alkitab bahwa umat Israel adalah bangsa pilihan (bdk. I Petrus 2:9).
Kisah sedih kebun anggur yang gagal ini mengingatkan kita, tentang orang-orang yang tidak menghiraukan Firman Tuhan, terlebih kita yang sudah dipilih menjadi ahli waris kerajaan sorga, Tuhan sangat menaruh pengharapan yang besar bagi kita, untuk membawa keadilan, marilah kita menjauhkan diri dari tindakan kelaliman. Tuhan sangat merindukan kita untuk membawa kebenaran jadi marilah kita menjauhi tindakan-tindakan yang membuat keonaran.
Menghasilkan buah yang baik melalui prilaku kehidupan yang baik tentulah menyenangkan hati Tuhan, dan perlindungannya akan senantiasa menyertai kita untuk melakukan segala kebaikan tersebut. Untuk mengasilkan buah yang baik dalam perbuatan, kita harus melepaskan diri dari hal-hal lahiriah, mencintai Yesus lebih dari segalanya (Bdk. Nats Epistel Filipi 3:4b-7), di mana rasul Paulus berpindah dari jalan “kesenangan sendiri” ke jalan “kebenaran Tuhan”. Yang di maksud rasul Paulus “keuntungan” itu yang kami maksud dengan jalan kesenangan di mana dia punya kuasa untuk membunuh pengikut Kristus, dia seorang yang berpengaruh dihormati. Tetapi semuanya itu justru merupakan kerugian karena pengenalannya akan Yesus membawa dia berjalan dalam kebenaran, di mana rasul Paulus harus menyangkal dirinya, dianiaya dan dipenjarakan bukan karena kesalahannya tetapi semata-mata demi imannya kepada Kristus. Menghasilkan buah yang baik melalui perbuatan harus mengalami perubahan yang mengakar (radikal). Paulus sebelum mengikut Yesus adalah penganiaya tetapi setelah di dalam Yesus justru menderita. Sebelum menjadi pengikut Yesus dia adalah seorang pembunuh, aktor intelektual dalam kematian Stepanus tetapi setelah mengikut Yesus dia tidak takut mati. Menghasilkan buah yang baik dalam perbuatan kita hanya dapat kita lakukan jika kita terus dekat dan melekat pada pohon anggur yang benar, yaitu Kristus sendirilah pokok anggur yang benar (bdk. Yoh. 15: 4). Amen. ?
Selamat Hari Minggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...