Sabtu, 11 Oktober 2014

RENUNGAN MINGGU XVII SETELAH TRINITATIS, 12 OKTOBER 2014 Matius 22:1-14



RENUNGAN
MINGGU XVII SETELAH TRINITATIS, 12 OKTOBER 2014



Menjadi yang Terpilih
(Matius 22:1-14)

Anda mungkin masih ingat sebuah grup band papan atas diundang ke istana Negara untuk menerima penghargaan dari Presiden RI. Rasa bahagia tampak di wajah mereka. Namun, ternyata mereka tidak diijinkan masuk dan berjumpa dengan sang presiden. Kok bisa? Karena mereka tidak memakai pakaian yang sesuai dengan protokoler kepresidenan. Meski dianjurkan untuk mengganti pakaiannya, namun grup band itu tetap menolak. Akhirnya, hilanglah kesempatan bertemu dengan presiden.
Kisah di atas memiliki sedikit kemiripan dengan perumpamaan dalam teks khotbah hari ini. Ada yang diundang menghadiri pesta perkawinan anak raja namun ditolak karena tidak memakai pakaian pesta. Itulah penggalan perumpamaan tentang kerajaan sorga yang disampaikan Yesus. Ada respons yang berbeda terhadap undangan pesta perkawinan (keselamatan). Undangan pertama direspon dengan pengabaian dan penolakan: ada yang pergi ke ladangnya, mengurus usahanya, adapula yang membunuh utusan raja. Ini merupakan gambaran tentang penolakan orang-orang Yahudi terhadap Yesus Kristus, Anak  Allah. Penolakan tersebut bisa dimaknai 2 hal. Pertama, pekerjaan (ekonomi). Pekerjaan adalah anugerah Tuhan. Manusia meminta pekerjaan lalu Tuhan menganugerahkan pekerjaan itu. Akan tetapi tidak jarang terjadi, manusia justru lebih mencinta pekerjaan ketimbang Tuhan yang menganugerahkan pekerjaan itu. Manusia dikuasai kesibukannya dan pekerjaannya. Kedua, kekerasan (anarkisme). Inilah tantangan yang terus dialami Injil dari jaman Kristus hingga kini dan nanti. Gereja terus dibabat namun terus merambat.
Undangan yang kedua, akibat dari penolakan yang pertama, ditujukan kepada semua orang di jalan-jalan, orang jahat dan orang baik sehingga penuhlah ruangan perjamuan perkawinan tersebut. Bagian ini merupakan gambaran dari penerimaan bangsa-bangsa non-Israel terhadap Yesus Kristus. Lalu apa makna orang yang tidak menggunakan pakaian pesta dalam perumpamaan tersebut?
Dalam perumpamaan tersebut, pakaian pesta dimaknai sebagai penerapan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang tidak memakai pakaian pesta adalah gambaran orang yang tidak menghidupi imannya. Sementara orang yang berpakaian pesta merupakan gambaran orang yang berjuang dalam menumbuhkembangkan imannya. Lalu apakah yang menjadi pakaian kita? BE No. 31:2 mengatakan “Songon dia paheanku mandapothon Debata?” Unduk, serep ni rohangku, i do abit na tama. Dung adong na songon i, tau ma au di Tuhanhi.” Taat dan rendah hati harus menjadi pakaian/ciri khas orang percaya, sebab “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (1 Pet. 5:5)

Allah senantiasa mengundang kita untuk masuk ke dalam pesta suka cita-Nya? Adakah kita mendengar-Nya? Adakah kita merespon-Nya? Kalaupun banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih bukan karena Allah yang terlalu selektif, jangan-jangan manusia yang tidak responsif. Senangkanlah hati Allah (tema bulan Oktober) dalam ketaatan dan kerendah hati di hadapan-Nya. Itulah karakter orang-orang pilihan. 
Selamat beribadah. 
Selamat menggumuli pilihan Tuhan. 

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...