Jumat, 12 September 2014

Renungan Minggu XIII Trinitatis Roma 14:1-12

Renungan Minggu XIII Trinitatis
Roma 14:1-12

Menurut beberapa psikolog rata-rata setiap orang mempunyai 700 kesempatan untuk berbicara kepada orang lain dalam setiap hari. Dan orang yang banyak bicara dalam sehari menggunakan 12.000 kalimat dan kira-kira 100.000 perkataan. Penelitian menjelaskan, wanita berbicara sekitar 16.000 – 21.000 kata per hari, dan pria 5.000 – 9.000 kata per hari.

Dari hasil penelitian ini, kita disadarkan  betapa kita harus hati-hati dengan perkataan kita, karena kekuatan dari perkataan adalah sangat luar biasa. Perkataan kita memiliki kekuatan menyenangkan atau menyusahkan hati orang lain. Kita sering tidak dapat menguasai mulut kita karena kita masih suka mengumpat, menghakimi, berkata-kata kasar, jorok, membicarakan kelemahan atau kekurangan orang lain (gosip), dan sebagainya. Mulut kita bias menjadi sangat powerful (berkuasa). Ada banyak orang beroleh kekuatan dan dibangkitkan semangat hidupnya akibat mendengarkan perkataan orang lain. Sebaliknya ada pula yang menjadi terluka, hancur, frustrasi dan putus asa  karena terbunuh oleh perkataan yang disampaikan orang lain.

Berkaitan dengan itu yang disampaikan kotbah Minggu ini, “Jangan menghakimi”. Paulus menasehati jemaat di Roma supaya jangan menghakimi. Maksud menghakimi dalam perikope ini, membenarkan diri sendiri dengan cara menyalahkan yang lain, dan membuka kekurangan seseorang kepada yang lain. Menghakimi, menyebarkan kesalahan seseorang dengan tujuan mempermalukan dan merendahkan martabatnya. Supaya kita jangan suka menghakimi, ketahuilah, bahwa ketika jari telunjuk kita menuduh seseorang, tiga jari kita menuduh ke arah tubuh kita sendiri. Fakta itu menunjukkan, bahwa sebenarnya lebih banyak kekurangan kita daripada kekurangan orang lain. Mengapa kita senang menghakimi orang lain? Orang yang senang menghakimi adalah orang yang tidak pernah menyadari bahwa selumbar di mata saudara selalu dilihat, sementara balok di mata sendiri tidak diperhatikan, Matius 7, 3. Ketahuilah bahwa kata-kata bohong, fitnah dan gossip yang diucapkan adalah bagaikan kapas yang sudah beterbangan di udara, yang tidak mungkin lagi dikumpulkan. Oleh sebab itu hati-hatilah menggunakan lidah dan kata-kata.

Bagaimana seharusnya perkataan yang membawa berkat dan membangun sesama? Pertama, perkataan penuh kasih, keramahan, sehingga orang yang mendengarnya dibangun, dikuatkan, dihibur serta didorong ke arah yang baik. Kedua, perkataan sesuai dengan firman Tuhan, berisi kesaksian dan nasihat sehingga orang yang mendengarnya diberkati. “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang”, Kol.4,6. Ketiga, perkataan yang hendak diucapkan, dipikirkan dulu sebelum diucapkan, pepatah Batak mengatakan “Jolo nidilat bibir asa nidok hata”. Keempat, sesuai dengan maksud Hukum Taurat Kesembilan, kita diperintahkan untuk mengucapkan hal-hal yang baik saja, atau membicarakan kebaikan orang lain.
Selamat Hari Minggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...